Kamis, 14 Januari 2016

Filsafat Iqbal

Filsafat Iqbal
Pemikiran Iqbal Tentang Expresi Kreatif Ego
A. Tentang Keindahan

Dalam pemikiran filsafat pemikiran Iqbal 
pusat dan landasan organisasi kehidupan manusia adalah ego 
yang dimaknai sebagai 
seluruh cakupan pemikiran dan kesadaran tentang kehidupan. 

Ia senantiasa bergerak dinamis untuk menuju kesempurnaan 
dengan cara mendekatkan diri pada ego mutlak, tuhan. 

Karena itu, 
kehidupan manusia dalam keegoannya adalah perjuangan terus-menerus 
menaklukan rintangan dan halangan demi tergapainya ego tertinggi. 

Dalam hal ini, 
karena rintangan yang terbesar adalah benda atau alam, 
manusia harus menumbuhkan instrument-instument tertentu dalam dirinya, 
misalnya, daya indra, daya nalar, dan lainnya 
yang membantu menyesuaikan penghalang-penghalangnya. 

Selain itu, 
manusia juga harus terus menerus menciptakan hasrat dan cita-cita 
dalam kilatan cinta (`isyq), keberanian dan kreatifitas 
yang merupakan essensi dari keteguhan pribadi. 

Keindahan tidak lain adalah bentuk dari 
ekspresi kehendak, hasrat dan cinta ego 
dalam mencapai ego mutlak tersebut.

Dengan demikian, 
keindahan adalah hasil ciptaan ego. 
Keindahan adalah hasil ekspresinya, 
karena tenaga- hidup ego itu sendirilah 
yang mengekspresikan diri dalam perwujudan keindahan.

Menurut syarif 
teori estetika Iqbal masuk dalam kategori objektif, 
karena bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas benda (objek) yang diciptakan 
oleh ekspresi ego-ego mereka sendiri. 

Untuk memperoleh keindahan, 
ego tidak berhutang pada jiwa penanggap, subyek, 
melainkan pada tenaga kehidupannya sendiri. 

Perbedaannya dengan Plotilus terletak pada konsepnya tentang kehidupan. 

Menurut Plotilus hidup pada dasarnya bersifat rasional, 
dan bagi Iqbal, kehidupan bersifat sukarela, 
sehingga harus ada kreatifitas untuk menjadikannya bermakna. 

Karena itulah, 
dalam pandangan Iqbal 
dunia bukan sesuatu yang hanya dilihat atau dikenal lewat konsep-konsep 
tetapi sesuatu yang harus dibentuk dan dibentuk lagi 
lewat tindakan-tindakan nyata .

Iqbal ingin memberkan 
gagasan keindahaan yang berwawasan kreatif, dinamis, dan aplikatif 
terhadap kehidupan dan lebih mengutamakan tindakan konkret 
dari pada  sekedar tindakan intelektual 
sebagai manifestasi perjuangan kehendak, hasrat dan cinta sang ego.

Adalah menyakitkan seorang merdeka
Hidup dalam dunia ciptaan orang lain
Ia yang kehilangan daya cipta
Bagi-ku tidak punya arti apa-apa
Selain pembangkang dan penyebal
Tak diperkenankan ambil bagian dalam keindahan-ku
Ia tak memetik sebiji pun buah kurma kehidupan
Pahatlah lagi bingkaimu yang lama
Bangunlah wujud yang baru
Wujud seperti itu adalah wujud sebenarnya
Atau jika tidak demikian
Egomu hanyalah gumpalan asap belaka

Dalam pemikiran filsafat, 
gagasan Iqbal tersebut disebut sebagai estetika vitalisme, 
yakni bahwa keindahan merupakan ekspresi ego-ego 
dalam kerangka perisip-prinsip universal 
dari suatu dorongan hidup yang berdenyut dibalik kehidupan 
sehingga harus juga memberikan kehidupan baru 
atau memberikan semangat hidup bagi lingkungannya. 

Tidak hanya sampai disitu, 
bahkan lebih jauh, iqbal menginginkan bahwa ego-ego tersebut 
harus mampu memberikan hal baru, dalam kehidupan. 

Dengan menawan sifat-sifat tuhan dalam penyempurnaan kualitas dirinya, 
manusia harus mampu menjadi saingan tuhan. 

Disinilah hakekat pribadi dan kebanggaan manusia dihadapan Tuhan.

Tuhan menciptakan dunia dan
Manusia membuatnya lebih indah
Apakah manusia ditakdirkan
Untuk menjadi saingan tuhan?
Kau ciptakan malam, aku ciptakan lentera
Kau ciptakan lempung, aku ciptakan cawang
Kau ciptakan padang pasir, gunung dan rimba
Kau ciptakan kebun, taman dan hutan buatan
Akulah yang membuat batu menjadi cermin
Akulah yan merubah racun menjadi obat
Kebesaran manusia terletak pada daya ciptanya
Bulan dan bintang hanya mengulang
Kewajiban yang ditetapkan atasnya.

B. Tentang Seni

Pada masa Iqbal, 
setidaknya ada dua gertutakan yang berkaitan dengan seni. 

Pertama, gerakan anti fungsionalisme, 
yakni gerakan yang menyatakan bahwa seni tidak mempunyai tujuan 
dan tidak mengejar tujuan diluar dunia, karena ia adalah tujuan itu sendiri. 

Slogannya yang terkenal adalah seni untuk seni (i`art pour i`art). 
Maksudnya, 
kualitas yang khusus dari seni adalah keindahan, 
dan ia sekaligus merupakan nilai dasarnya yang absolut, 
menyeluruh dan tertinggi, mengalahkan nilai-nilai yang lainnya, 
harta kebenaran dan kebaikan. 
Sedemikian, 
sehingga dengan nilai tertinggi tersebut, seni wujud untuk dirinya sendiri. 
Ia bersifat otonom, mempunyai daerah sendiri dan kelengkapan sendiri, 
tidak bergantung pada daerah lain. 

Gerakan yang merupakan warisan kaum romantisisme ini, 
di prancis dipelopori oleh flauber, gauter dan Baudelaire, 
di inggris oleh walter peter dan oscar widle, 
di rusia oleh pushkin, dan 
di amerika oleh edgar allan poe.

Kedua, gerakan yang dipelopori oleh psikolog john fredrich herbart 
yang kemudian dilanjutkan oleh Hanslick, Fielder, Clive Bell dan Roger Fry. 

Gerakan ini membedakan atara kandungan dan bentuk seni. 
Menurutnya, 
kandungan seni tidak mempunyai niali estetika, 
tetapi hanya sekedar alat untuk menimbulkabn efek artistic. 

Apa yang disampaikan lewat seni, baik atau buruk, benar atau salah, 
sesuai dengan hokum atau tidak, 
tidak menjadi masalah dan tidak berpengaruh pada nilai seni; 
yang penting adalah bagaimana penyampaiannya, pada bentuknya. 

Nilai estetika berkenaan dengan bentuk, hubungan atau pertalian, 
sehingga slogan “seni untuk seni” berupa menjadi “bentuk untuk bentuk”. 

Dalam sebuah musik, 
misalnya, keindahan tidak terletak pada satu not tertentu, 
tetapi pada hubungan atau keselarasan 
diantara not-not atau bunyi-bunyi yang lain 
ketika dibunyikan secara bersamaan. 
Artinya, 
cita rasa artistic adalah hasil pemahaman yang sempurna 
terhadap pertalian yang berbentuk oleh unsur-unsur yang kompleks.

Iqbal menolak kedua model gerakan tersebut. 

Baginya, 
seni tanpa keadaan emosi, kemauan dan gagasan-gagasan 
tidak lebih dari apa yang telah padam. 

Sesuai dengan konsepnya tentang kepribadian, 
kemauan adalah sumber utama dalam pandangan seni Iqbal, 
sehingga seluruh isi seni-sensasi, perasaan, sentiment, 
ide-ide dan ideal-ideal harus muncul dari sumber ini. 

Karena itu, 
seni tidak hanya sekedar gagasan intelektual atau bentuk-bentuk estetika 
melainkan pemikiran yang dibumbui emosi dan 
mampu mengetarkan manusia (penanggap). 
Tegasnya, dalam pandangan Iqbal, seni adalah ekspresi diri sang seniman.

Karena itu, 
Iqbal memberi criteria tertentu pada kiarya seni ini. 

Pertama, 
seni harus merupakan karya kratif sang seniman, 
sehingga karya seni merupakan buatan manusia dalam citra ciptaan Tuhan. 

Ini sesuai dengan filsafat Iqbal 
yang menempatkan kreatifitas sebagai hakekat kehidupan, 
karena dengan sifat-sifat itulah tuhan mencipta dan menggerakkan semesta. 

Kedua, 
berkaitan dengan yang pertama, 
kreativitas tersebut bukan sekedar membuat sesuatu 
tetapi harus benar-benar menguraikan jati diri sang seniman, 
sehingga karyanya bukan merupakan tiruan dari yang lain (imitasi), 
dari karya seni sebelumnya maupun dari alam semesta. 

Bagi iqbal, 
manusia adalah pencipta bukan peniru, dan  pemburu bukan mangsa, 
sehingga hasil karya seninya harus menciptakan
“apa yang seharusnya” dan “apa yang belum ada”, 
bukan sekedar menggambarkan “apa yang ada”.  

Dalam salah satu puisinya,
 iqbal mengecam dan menyebut sebagai kematian 
terhadap seni Timur yang meniru seni Eropa.

C. Fungsi-fungsi Seni

karena mengikuti jumlah faham fungsional, 
gagasan seni Iqbsal mengandung beberapa fungsi. 

Pertama, 
seni harus menciptakan kerinduan pada hidup abadi, 
karena tujuan seni adalah hidup itu sendiri.

 Sedemikian, 
sehingga seni bisa meneruskan tujuan Tuhan, 
sebagaimana Jibril yang menyampaikan berita hari pembalasan. 

Seni adalah sarana yang sangat berharga bagi prestasi kehidupan, 
sehingga ia harus memelihara ladang kehidupan agar tetap hijau dan
 memberikan petunjuk kehidupan abadi pada kemanusiaan.

kedua, 
pembinaan manusia. 

Seniman harus memompakan semangat kejantanan dan keberanian 
kedalam hati orang yang berhati ayam 
dan menciptakan kerinduan kedalam hati manusia 
tentang tujuan-tujuan baru dan ideal. 

Karena itu seni harus mengandung tujuan etis dan instruksional. 
Musik misalnya harus dapat menimbulkan semangat juang 
dan mendorong keberanian serta mengilhami perbuatan yang gagah berani, 
atau membuat manusia berlaku sederhana, teratur, adil dan menghormati Tuhan. 

Adapun sifat menyenangkan dari seni 
tidak lain hanya sekedar pelengkap akal sehat 
yang berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Ketiga, 
membuat kemajuan social. 

Seorang seniman, menurut Iqbal, adalah mata bangsa, 
bahkan ia adalah nurani terdalam suatu bangsa. 

Dengan kekuatan kenabian, 
seniman dapat meninggikan bangsa dan 
mengantarkannya kearah kebesaran demi kebesaran 
yang lebih tinggi. 

Apa nilai karya seni 
jika tidak dapat membangkitkan badai emosional dalam masyarakat?

Itulah seniman yang menyempurnakan semesta
Dan dibeberkannya rahasia-rahasia pada kita
Bidadari-bidadari lebih indah dibanding bidadari surga
Siapa yang mengingkari arca-arcanya
Ingkar dirilah ia

DAFTAR PUSTAKA

Azzam,Abd Wahhab, Filsafat & Puisi Iqbal, Bandung: Pustaka, 1985
Bagus,Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 1996
Iqbal, The Reconstructon of Religious Thought in Islam, New Delhi: Kitab Bafan, 1981

Iqbal, Javid Namah, terj. Sadikin, Jakarta: Panji Mas, 1987
Maitre,Claude, pengantar ke Pemikiran Iqbal, Bandung: Mizan, 1989
Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Bandung: Mizan, 1993

Leaman, Oliver, 
Pengantar Filsafat Islam Sebuah Pendekatan Tematis. Bandung: Mizan, 2002.

Bagikan ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar