Nama Sejati - Rumi
Penghulu umat manusia, Adam:
kepadanya Allah mengajarkan nama-nama seluruhnya;
dia memiliki ribuan ilmu di setiap pembuluh darahnya.
Pada jiwanya terhimpun pengetahuan
mengenai nama dari segala sesuatu ciptaan sampai akhir zaman:
dari yang telah, sampai yang akan, mewujud.
Tidak ada panggilan yang telah diberikannya kepada sesuatu
kemudian berubah,
apa yang disebutnya cepat tidak akan lalu menjadi lambat.
Siapa yang pada akhirnya menjadi seorang beriman,
telah diketahuinya sejak awal;
siapa saja yang pada akhirnya menjadi seorang yang kufur,
sejak awal jelas belaka baginya.
Apakah telah kau dengar
nama dari segala sesuatu dari dia
yang telah diberi ilmu mengenai hal itu;
dengarlah makna terdalam dari rahasia
Dan telah diajarkan kepada Adam,
al-asma 'akullaha.... [1]
Bersama kita,
nama dari sesuatu adalah tampilan lahiriahnya;
bersama Sang Pencipta nama dari sesuatu
adalah hakikat batiniah sejatinya.
Di mata Musa a.s.
nama dari sebatang kayu di tangannyaadalah tongkat;
di mata Sang Pencipta namanya adalah naga.
Pernah disini nama Umar berarti penyembah berhala,
tetapi di alam Alastu nama sebenarnya adalah [2]
Mukmin Sejati.
Nama itu,
yang bersama kita baru merupakan semacam bibit;
dalam pandangan Sang Pencipta,
adalah dirimu saat ini,
saat sedang membaca ini.
Bibit tersebut adalah suatu bentuk ide
ketika sesuatu belum mewujud,
masih sesuatu saat mengada bersama dengan-Nya;
tidak lebih tidak kurang.
Ringkasnya:
apa yang merupakan tujuan kita adalah
nama kita yang sejati bersama dengan-Nya. [3]
Dia menganugerahkan nama
kepada seorang insan sesuai dengan keadaan akhirnya;
dan bukannya berdasarkan keadaan sementaranya,
saat nama itu baru merupakan suatu pinjaman.
Demikianlah,
karena pandangan Adam melihat dengan penglihatan Cahaya Murni,
jiwa dan makna terdalam dari semua yang diberi nama
nampak jelas baginya.
Karena para malaikat menangkap dalam dirinya
cahaya Ilahiah,
mereka bersujud kepadanya
dan bergegas menghormat kepadanya.
Adam seperti inilah yang namanya kurayakan,
jika aku memujinya sampai Hari Kebangkitan,
masih kurang aku menghormatinya.
__________
(Rumi: Matsnavi I no 1234 - 1248, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholoson)
Catatan:
[1] QS [2]: 31.
[2] QS [7]: 172; Persaksian Awal,
ketika jiwa-jiwa bersaksi bahwa Rabb mereka adalah Allah.
[3] Seseorang sebagaimana adanya dalam pandangan Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar