Wahai Pencari yang Haus, Kemarilah - Rumi
Waktu terbatas;
air yang melimpah mengalir menjauh. [1]
Minumlah,
sebelum engkau pecah, berkeping-keping. [2]
Ada sebuah aliran yang sangat terkenal,
penuh dengan Air Kehidupan. [3]
Reguklah Air itu, agar engkau bisa berbuah. [4]
Minumlah Air Khidr a.s,
dari sungai sabda para Waliyullah:
wahai pencari yang haus, kemarilah! [5]
Bahkan jika tak engkau lihat aliran itu,
dengan ketrampilan layaknya seorang yang buta,
bawalah cangkirmu ke sungai itu, dan isilah. [6]
__________
(Rumi: Matsnavi, III no 4300 - 04, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson)
Catatan:
[1] Waktu di alam dunia bagaikan terbang.
Kesempatan terbatas.
Keika ada kesempatan langka berjumpa seorang Guru Sejati,
banyak orang yang menyia-nyiakannya
dengan menanyakan hanya masalah duniawi.
Padahal raga sangat pendek usia pakainya.
[2] Tanpa jiwa yang dibangkitkan kembali dengan Air Kehidupan,
yang tegak dari manusia hanyalah raganya,
yang terbentuk dari "tanah liat kering dari lumpur hitam" (QS [15]: 26).
[3] 'Air Kehidupan,' "yang tawar lagi segar" (QS [25]: 53)
membasuh, mentahirkan, 'menghidupkan kembali' jiwa yang semula bagaikan mati, terkubur aneka-ragam kesibukan yang semata ragawi (QS [102]: 1 - 2).
[4] Buah diri sejati merupakan ciri pokok 'Pohon yang Baik' (QS [14]: 24).
[5] Pencari sejati senantiasa berharap
agar suatu saat jiwanya dapat mencapai tempat dimana Khidr a.s menunggu,
"majma'al-bahrain" (QS [18]: 60).
[6] Persembahkanlah keseluruhan dirimu; seadanya, apa adanya.
Tags: Jalaluddin Rumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar