Kamis, 14 Januari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF.

Pengantar.
Dr.Mir Validduin , yang meninggal dunia pada 1975,
telah memberikan sumbangan sangat berharga dan bernilai 
pada literatur otentik sufi dalam bahasa Inggris 
melalui buku-buku karyanya.

The Quranic Sufism (Delhi , 1959) dan Love of God :
The Sufi Approach (Delhi,1968), serta melalui banyak artikel 
yang muncul dalam beberapa jurnal selama tiga puluh tahun silam.

Dengan adanya telah ini , 
ia memberikan konstribusi atau sumbangan 
pada  sebuah aspek dalam Tasawuf yang hingga kini , 
tidak banyak diperhatikan.
Para orientalis resmi, yang tidak menyadari  bahwa 
sebagian besar teknik dan metode dalam Tasawuf . 
sama sekali tidak tergerak melakukan kajian dan telaah bermakna 
tentang teknik-teknik spiritual serupa yang telah hilang sejak lama 
dan baru sekarang dicari-cari dengan penuh semangat 
dalam berbagai tradisi Timur .

Akan halnya kaum okultis dan spiritualitas semu, 
yang dari hari ke hari jumlahnya kian meningkat bersamaan 
dengan melemahnya berbagai kekuatan spiritual di Barat ,
mereka berbicara tentang berbagai teknik spiritual 
dan belakangan ini menjarah wilayah Tasawuf 
sesudah beberapa  waktu mencampuradukkan Hinduisme dan Budhisme.
Tetapi karena mereka bukan kaum tradisional dan ortodoks 
dalam artian sesungguhnya - dan tidak menghormati Hukum Suci 
atau Syari'ah, yang hanya memungkinkan bahkan langkah pertama 
dalam menempuh Jalan (baca ; Thariqah atau Jalan Sufi , )
mereka pun  berbicara omong kosong.

Mereka menawarkan berbagai teknik meditasi dan kontemplasi 
yang, pada tataran maksimal, 
tidak banyak menimbulkan bahaya dan
pada tataran minimal , 
bisa menyebabkan orang gila serta kesurupan.
Karena itu, secara khusus pantas disambut dengan gembira bahwa 
buku ini membahas disiplin-disiplin Sufi dari sudut-pandang Tasawuf
itu sendiri serta disuguhkan oleh seorang menghabiskan usianya 
dalam mempelajari dan mempraktikkannya ,
seorang yang tenggelam sendiri dalam disiplin -disiplin ini.

Paparan dan uraian sang pengarang dalam buku ini 
adalah hasil dan buah dari tradisi panjang dalam Tasawuf 
yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya dan muncul 
dalam berbagai literatur Arab, Persia, dan Urdu.
Halaman-halaman buku ini penuh dengan berbagai kutipan 
dari puisi dan syair yang kaya selama berabad-abad 
juga telah menjadi bahasa kebudayaan di anak benua India
sebagaimana halnya di Persia sendiri.

Keindahan buku ini terletak dalam hampir semua pilihan terbaik 
bait syair  - sebagian memeliki keindahan samawi - 
yang bisa diapresiasi sepenuhnya hanya dalam bahasa aslinya.
Bisa dipahami bahwa  dalam buku ini , 
dikarenakan beberapa alasan
hanya terjemahan dari bait-bait syair ini saja yang diberikan.
Pilihan bait-bait syair amat kaya yang disuguhkan 
dalam halaman-halaman buku ini memperlihatkan pengetahuan
luar biasa sang pengarang dan keakrabannya dengan Tasawuf  
berikut literaturnya dalam bahasa -bahasa  tersebut diatas.

Banyaknya kutipan yang diringkas dalam edisi suntingan naskah asli
buku ini , karena alasan -alasan ekonomis , juga memperlihatkan 
hubungan atau kaitan organis yang ada antara Al-Qur'an dan Hadis 
dan Syair Sufi awal dalam bahasa Arab serta khazanah syair Sufi Persia
dan Urdu belakangan yang sangat kaya.
Literatur -literatur mistis ini bagaikan banyak sungai yang  mengalir 
dari  pancaran sumber inspirasi yang berasal  dari Al-Qur'an.

Sesungguhnya , 
keistimewaan buku ini ialah mulai menegaskan 
dan menandaskan secara kategoris asal-usul Tasawuf dari Al-Qur'an.

Menunjukkan bahwa praktik Tasawuf pada esensinya adalah  
emulasi atau upaya menandingi dan menyamai 
kehidupan serta praktik Nabi Muhammad saw 
dan bertujuan meraih pengetahuan hakiki atau ma'rifah 
tentang pesan Al-Qur'an yang bisa diringkaskan 
dalam intisari agung dari semua jenis metafisika, yakni
Laa Ilaha illa Allah .
berarti telah berkhidmat secara penuh pada Islam dan Tasawuf .

Sebab, 
penegasan ini sekurang-kurangnya menjauhkan orang 
yang sok berpura-pura yang - lantaran tidak  cukup bersungguh-sungguh
menerima displin yang tersirat dalam Syari'at Islam - 
ingin mengamalkan Tasawuf sebagai sebuah elemen asing yang telah
dicangkokkan di atas tubuh Islam, dan bagaimanapun, 
bertahan  hingga sekarang hanya sekedar menunggu kaum  okultis  
yang, seraya berpandangan bahwa mereka lebih mengetahui Tasawuf 
ketimbang kaum Sufi sendiri , bisa menjarah kekayaan yang dimilikinya.

Pendahuluan panjang buku ini , 
yang sarat dengan berbagai kutipandari tokoh-tokoh terkemuka 
dalam Tasawuf sepanjang zaman, 
menjelaskan makna Tasawuf  sepanjang zaman, 
menjelaskan makna Tasawuf , hubungannya dengan Syari'at , 
posisi beberapa tokoh intelektual besar Islam terhadapnya, 
dan alasan pertentangan atas sebagian elemen esoteris 
dalam masyarakat Islam terhadapnya..

Dalam bab delapan, pengarang buku ini menguraikan 
tahap-tahap perjalanan spiritual (suluk) , 
yang pada esensinya terdiri atas penyucian 
berbagai tingkatan wujud mikrokosmis yang berbeda, 
nafs, qalb, dan sirr, dan akhirnya pencerahan ruh oleh Cahaya Ilahi
yang membuahkan gnosis atau ma'rifah , 
yang merupakan akhir dan tujuan perjalanan Sufi.

Seterusnya, tahap-tahap perjalanan Sufi , 
diuraikan menurut tiga tarekat Sufi besar , di anak benua India.
Qadiriyyah, Naqsyabandiyah, dan Chistiyah.
Uraian tentang teknik fundamental zikir (dzikr) disertai banyaknya 
kutipan dari teks-teks Sufi , dalam bentuk prosa maupun puisi ,
tetap menduduki posisi sentral dalam bab ini.
Yang secara khusus menarik ialah uraian tentang zikir diam 
dalam tarekat Naqsyabandiyyah.

Pengarang buku ini dengan jelas menyatakan preferensi nya akan 
"Jalan Cinta"dalam tarekat Chistiyyah , 
dengan mengikuti apa yang telah dikemukakannya dalam karya-karya
sebelumnya .
Hanya saja, mesti dijelaskan bahwa cinta yang ditekankan di sini
janganlah dikacaukan dengan "jalan cinta" yang dikenal di Barat 
pasca Abad Pertengahan , 
yang biasanya dipandang sebagai terpisah atau malah bertentangan 
dengan jalan pengetahuan.

Dalam Islam, cinta dan pengetahuan 
tidak bakal pernah benar-benar bisa dipisahkan .
Masing-masing tarekat Sufi hanya menekankan satu segi 
tanpa pernah menafikan segi  lainnya.

Sesungguhnyalah , cinta Sufi ('ishyq) 
dipahami oleh kaum Sufi sebagai realisasi aspek gnosis atau ma'rifah.
Metafisika paling murni , jika hanya bercorak teoritis , 
adalah kecil dibandingkan dengan realisasinya dalam jiwa manusia.
Realisasi ini yang disebut 'isyq.

Ia adalah sejenis cinta yang dikawinkan gnosis atau ma'rifah 
serta mengantarkan pada Keesaan Allah atau tawhid , 
yang mengatasi semua bentuk dualitas , 
bahkan dualitas yang ada antara sang pencinta dan Kekasih .
Itulah sebabnya, "sang penyair dari Alam Gaib" (lisan al-ghaib)
Hafiz, menulis,

Orang-orang berakal 
(mereka yang mempunyai pengetahuan teoritis)
laksana titik pusat dari kompas eksitensi.
Namun,cinta ('isyq) tahu bahwa mereka tersesat 
mengembara dalam lingkaran ini.

Uraian dan paparan Dr Valiuddin mampu melukiskan garis luar
lingkaran eksistensi ini dan menunjukkan betapa 
melalui tahap-tahap kesadaran spiritual ,
manusia bisa mencapai kesadaran gnosis atau ma'rifah
yang melihat setiap formulasi hanya sebagai kunci 
untuk memahami Kebenaran 
yang pada esensinya tak  mungkin salah 
dan tetap berada jauh di atas segala macam bentuk formulasi.

Seyyed Hossein Nasr.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar