Pengantar.
Dr.Mir Validduin , yang meninggal dunia pada 1975,
telah memberikan sumbangan sangat berharga dan bernilai
pada literatur otentik sufi dalam bahasa Inggris
melalui buku-buku karyanya.
The Quranic Sufism (Delhi , 1959) dan Love of God :
The Sufi Approach (Delhi,1968), serta melalui banyak artikel
yang muncul dalam beberapa jurnal selama tiga puluh tahun silam.
Dengan adanya telah ini ,
ia memberikan konstribusi atau sumbangan
pada sebuah aspek dalam Tasawuf yang hingga kini ,
tidak banyak diperhatikan.
Para orientalis resmi, yang tidak menyadari bahwa
sebagian besar teknik dan metode dalam Tasawuf .
sama sekali tidak tergerak melakukan kajian dan telaah bermakna
tentang teknik-teknik spiritual serupa yang telah hilang sejak lama
dan baru sekarang dicari-cari dengan penuh semangat
dalam berbagai tradisi Timur .
Akan halnya kaum okultis dan spiritualitas semu,
yang dari hari ke hari jumlahnya kian meningkat bersamaan
dengan melemahnya berbagai kekuatan spiritual di Barat ,
mereka berbicara tentang berbagai teknik spiritual
dan belakangan ini menjarah wilayah Tasawuf
sesudah beberapa waktu mencampuradukkan Hinduisme dan Budhisme.
Tetapi karena mereka bukan kaum tradisional dan ortodoks
dalam artian sesungguhnya - dan tidak menghormati Hukum Suci
atau Syari'ah, yang hanya memungkinkan bahkan langkah pertama
dalam menempuh Jalan (baca ; Thariqah atau Jalan Sufi , )
mereka pun berbicara omong kosong.
Mereka menawarkan berbagai teknik meditasi dan kontemplasi
yang, pada tataran maksimal,
tidak banyak menimbulkan bahaya dan
pada tataran minimal ,
bisa menyebabkan orang gila serta kesurupan.
Karena itu, secara khusus pantas disambut dengan gembira bahwa
buku ini membahas disiplin-disiplin Sufi dari sudut-pandang Tasawuf
itu sendiri serta disuguhkan oleh seorang menghabiskan usianya
dalam mempelajari dan mempraktikkannya ,
seorang yang tenggelam sendiri dalam disiplin -disiplin ini.
Paparan dan uraian sang pengarang dalam buku ini
adalah hasil dan buah dari tradisi panjang dalam Tasawuf
yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya dan muncul
dalam berbagai literatur Arab, Persia, dan Urdu.
Halaman-halaman buku ini penuh dengan berbagai kutipan
dari puisi dan syair yang kaya selama berabad-abad
juga telah menjadi bahasa kebudayaan di anak benua India
sebagaimana halnya di Persia sendiri.
Keindahan buku ini terletak dalam hampir semua pilihan terbaik
bait syair - sebagian memeliki keindahan samawi -
yang bisa diapresiasi sepenuhnya hanya dalam bahasa aslinya.
Bisa dipahami bahwa dalam buku ini ,
dikarenakan beberapa alasan
hanya terjemahan dari bait-bait syair ini saja yang diberikan.
Pilihan bait-bait syair amat kaya yang disuguhkan
dalam halaman-halaman buku ini memperlihatkan pengetahuan
luar biasa sang pengarang dan keakrabannya dengan Tasawuf
berikut literaturnya dalam bahasa -bahasa tersebut diatas.
Banyaknya kutipan yang diringkas dalam edisi suntingan naskah asli
buku ini , karena alasan -alasan ekonomis , juga memperlihatkan
hubungan atau kaitan organis yang ada antara Al-Qur'an dan Hadis
dan Syair Sufi awal dalam bahasa Arab serta khazanah syair Sufi Persia
dan Urdu belakangan yang sangat kaya.
Literatur -literatur mistis ini bagaikan banyak sungai yang mengalir
dari pancaran sumber inspirasi yang berasal dari Al-Qur'an.
Sesungguhnya ,
keistimewaan buku ini ialah mulai menegaskan
dan menandaskan secara kategoris asal-usul Tasawuf dari Al-Qur'an.
Menunjukkan bahwa praktik Tasawuf pada esensinya adalah
emulasi atau upaya menandingi dan menyamai
kehidupan serta praktik Nabi Muhammad saw
dan bertujuan meraih pengetahuan hakiki atau ma'rifah
tentang pesan Al-Qur'an yang bisa diringkaskan
dalam intisari agung dari semua jenis metafisika, yakni
Laa Ilaha illa Allah .
berarti telah berkhidmat secara penuh pada Islam dan Tasawuf .
Sebab,
penegasan ini sekurang-kurangnya menjauhkan orang
yang sok berpura-pura yang - lantaran tidak cukup bersungguh-sungguh
menerima displin yang tersirat dalam Syari'at Islam -
ingin mengamalkan Tasawuf sebagai sebuah elemen asing yang telah
dicangkokkan di atas tubuh Islam, dan bagaimanapun,
bertahan hingga sekarang hanya sekedar menunggu kaum okultis
yang, seraya berpandangan bahwa mereka lebih mengetahui Tasawuf
ketimbang kaum Sufi sendiri , bisa menjarah kekayaan yang dimilikinya.
Pendahuluan panjang buku ini ,
yang sarat dengan berbagai kutipandari tokoh-tokoh terkemuka
dalam Tasawuf sepanjang zaman,
menjelaskan makna Tasawuf sepanjang zaman,
menjelaskan makna Tasawuf , hubungannya dengan Syari'at ,
posisi beberapa tokoh intelektual besar Islam terhadapnya,
dan alasan pertentangan atas sebagian elemen esoteris
dalam masyarakat Islam terhadapnya..
Dalam bab delapan, pengarang buku ini menguraikan
tahap-tahap perjalanan spiritual (suluk) ,
yang pada esensinya terdiri atas penyucian
berbagai tingkatan wujud mikrokosmis yang berbeda,
nafs, qalb, dan sirr, dan akhirnya pencerahan ruh oleh Cahaya Ilahi
yang membuahkan gnosis atau ma'rifah ,
yang merupakan akhir dan tujuan perjalanan Sufi.
Seterusnya, tahap-tahap perjalanan Sufi ,
diuraikan menurut tiga tarekat Sufi besar , di anak benua India.
Qadiriyyah, Naqsyabandiyah, dan Chistiyah.
Uraian tentang teknik fundamental zikir (dzikr) disertai banyaknya
kutipan dari teks-teks Sufi , dalam bentuk prosa maupun puisi ,
tetap menduduki posisi sentral dalam bab ini.
Yang secara khusus menarik ialah uraian tentang zikir diam
dalam tarekat Naqsyabandiyyah.
Pengarang buku ini dengan jelas menyatakan preferensi nya akan
"Jalan Cinta"dalam tarekat Chistiyyah ,
dengan mengikuti apa yang telah dikemukakannya dalam karya-karya
sebelumnya .
Hanya saja, mesti dijelaskan bahwa cinta yang ditekankan di sini
janganlah dikacaukan dengan "jalan cinta" yang dikenal di Barat
pasca Abad Pertengahan ,
yang biasanya dipandang sebagai terpisah atau malah bertentangan
dengan jalan pengetahuan.
Dalam Islam, cinta dan pengetahuan
tidak bakal pernah benar-benar bisa dipisahkan .
Masing-masing tarekat Sufi hanya menekankan satu segi
tanpa pernah menafikan segi lainnya.
Sesungguhnyalah , cinta Sufi ('ishyq)
dipahami oleh kaum Sufi sebagai realisasi aspek gnosis atau ma'rifah.
Metafisika paling murni , jika hanya bercorak teoritis ,
adalah kecil dibandingkan dengan realisasinya dalam jiwa manusia.
Realisasi ini yang disebut 'isyq.
Ia adalah sejenis cinta yang dikawinkan gnosis atau ma'rifah
serta mengantarkan pada Keesaan Allah atau tawhid ,
yang mengatasi semua bentuk dualitas ,
bahkan dualitas yang ada antara sang pencinta dan Kekasih .
Itulah sebabnya, "sang penyair dari Alam Gaib" (lisan al-ghaib)
Hafiz, menulis,
Orang-orang berakal
(mereka yang mempunyai pengetahuan teoritis)
laksana titik pusat dari kompas eksitensi.
Namun,cinta ('isyq) tahu bahwa mereka tersesat
mengembara dalam lingkaran ini.
Uraian dan paparan Dr Valiuddin mampu melukiskan garis luar
lingkaran eksistensi ini dan menunjukkan betapa
melalui tahap-tahap kesadaran spiritual ,
manusia bisa mencapai kesadaran gnosis atau ma'rifah
yang melihat setiap formulasi hanya sebagai kunci
untuk memahami Kebenaran
yang pada esensinya tak mungkin salah
dan tetap berada jauh di atas segala macam bentuk formulasi.
Seyyed Hossein Nasr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar