Minggu, 14 Februari 2016

ZIKIR DAN KONTEMPLASI DALAM TASAWUF.

ZIKIR DAN DO'A.

Sesudah mengutip ayat-ayat Al-Qur'an ini, 
disini akan disebutkan beberapa hadis Nabi Muhammad 
mengenai kewajiban mengingat Allah 
berikut segala keuntungan dan manfaat yang diperoleh darinya.

'Abdullah ibn Nashr menuturkan,
Seseorang berkata ,
"Ya Rasul Allah , 
 aku demikian banyak dibebani oleh perintah-perintah dalam Syari'ah
 Berilah aku nasihat ihwal sesuatu yang mesti kupegang erat -erat"

Nabi Bersabda,
"Hendaknya lidahmu 
 tidak pernah berhenti mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah".

Telah diriwayatkan oleh Abu Darda' bahwa Nabi Muhammad bersabda,

"Maukah aku beritahukan kepadamu amalan-amalan  
yang dipandang Tuhanmu sebagai lebih baik dan lebih utama , 
yang menjadi sarana menaikkan derajatmu 
dan yang lebih baik ketimbang memerangi musuh mu,
entah dalam keadaan membunuh mereka atau terbunuh oleh  mereka ?

Mereka menjawab ,"Ya".

Nabi bersabda ,
"Mengingat Allah".

Seperti diungkapkan seorang penyair ,
"Kuucapkan nama-Mu  dan kubakar kehidupanku,
 Aku laksana lilin, dalam api, lantaran lidahku".

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari 'Abdullah ibn 'Umar bahwa 
Nabi Muhammad saw bersabda :
"Tak ada sesuatu pun yang lebih efektif 
 dalam menyelamatkan diri kita dari hukuman Allah 
 selain mengingat-Nya".

Orang-orang bertanya 
"Tidak jugakah berjuang di jalan Allah akan menyelamatkan diri kita ?

Beliau menjawab ,
"Tidak ,
 Tidak ada suatu amalan pun yang bisa menyamai zikir 
 atau mengingat Allah,
 sekalipun para prajurit menggunakan pedangnya sedemikian rupa
 sehingga pedang itu patah".

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda ;
"Orang-orang yang tidak terikat dan bebas sudah lebih dulu unggul ".
kata Nabi.

Orang-orang bertanya,
"Ya Rasul Allah,
  siapakah orang-orang yang tidak terikat dan bebas ini ?

Beliau menjawab,
"Laki-laki dan perempuan yang tiada henti-henti nya mengingat Allah".

Seperti diungkapkan oleh seorang penyair Sufi ;

"Hati seorang Mukmin 
 beroleh kegembiraan dan kebahagiaan iman.
 Kegembiraan iman memberikan kebahagiaan 
 kepada kaum Mukmin.
 Semua kegembiraan lainnya pun terlupakan,
 Di saat kaum ahli batin, 
 beroleh kebahagiaan dari mengingat Allah".

Anas meriwayatkan langsung dari Rasulullah ,
Allah swt berfirman,

'Aku senantiasa bersama pikiran hamba-Ku 
 dan bersamanya manakala ia mengingat-Ku.
 Manakala ia mengingat-Ku dalam hatinya, 
 Aku juga mengingatnya dalam hati-Ku.
 Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah  majelis ,
 Aku juga mengingatnya dalam sebuah majelis,
 dan majelis ini lebih baik dari majelisnya".
 (Bukhari dan Muslim).

"Janganlah melupakan Allah,
 agar engkau menjadi sahabat-Nya,
 Jika engkau pernah mengingat-Nya ,
 pasti engkau akan menjadi sahabat-Nya".

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Allah SWT berfirman,
 'Aku bersama hamba-Ku manakala ia mengingat-Ku 
 dan bibirnya hanya bergerak menyebut-nyebut nama-Ku".
 (Bukhari).

Al-Qusyairi meriwayatkan dari Anas ,
"Nasib malang tidak akan menimpa orang yang mengatakan, Allah, Allah".

Dalam sebuah hadis lain diriwayatkan ,
"Hari kiamat akan terjadi jika, 
 Allah, Allah tidak lagi diucapkan di muka bumi".

Abu Musa  meriwayatkan langsung dari Nabi,

"Seseorang yang mengingat Allah 
 bisa disamakan dengan orang hidup,
 dan seorang yang tidak mengingat Tuhan-Nya 
 bisa disamakan dengan orang mati, yakni 
 orang yang mengingat Allah adalah hidup
 dan orang yang tidak mengingat - Nya adalah mati".

Sesudah mengetahui titik berat yang ditegaskan pada zikir 
dan berbagai manfaatnya, kita bisa memahami 
ucapan 'Ali al-Daqqaq berikut ini,

"Zikir adalah piagam Persahabatan Allah .
 Barangsiapa diberi anugerah zikir,
 maka yang demikian itu berarti bahwa 
 ia sudah diberi perintah berikut,
 "Engkau memang benar-benar sahabat Allah".

Di sini lalu timbul pertanyaan :

Mengapa zikir atau mengingat Allah , 
yang demikian mudah dan sama sekali tidak susah ,
dipandang sebagai lebih bermanfaat dan lebih unggul 
ketimbang bentuk-bentuk ibadah lainnya 
yang memerlukan tindakan yang sulit dan sukar ?

Imam Ghazali memberikan jawaban sebagai berikut :
Kenyataan ini bisa ditetapkan melalui pengetahuan mistis,
akan tetapi, sejauh pengetahuan praktis,
bisa dikatakan bahwa 
hanya zikir atau mengingat Allah saja yang efektif dan bermanfaat ,
yang senantiasa dan terus menerus dilakukan disertai kehadiran (Allah)
dalam jiwa dan pikiran.
Akan halnya zikir atau mengingat Allah secara verbal 
dan hati disibukkan dengan senda gurau , 
maka yang demikian ini tak banyak manfaatnya.

Hadis Nabi memperkuat pandangan ini.
Sebagaimana diungkapkan seorang penyair darwisy :

"Jika engkau tidak sadar di saat mengingat Allah
 Meskipun engkau sibuk sepanjang hayatmu
 Engkau tak beroleh apa-apa .
 Namun,
 mengingat wajah Kekasih
 senantiasa bermanfaat dan selalu berguna".

Begitu pula,
manakala seseorang mengingat Allah sebentar 
dengan penuh kesadaran,
dan kemudian melupakan-Nya , 
serta terlibat dengan berbagai urusan duniawi ,  
maka yang demikian itu tak banyak bermanfaat.
Selanjutnya, dengan zikir seperti ini , 
semua jenis ibadah memperoleh semacam harkat dan martabat,
dan zikir ini adalah akhir dan tujuan dari semua amalan ibadah.

Pangkal zikir ialah kecintaan kepada Allah
dan ujung zikir menjadikan kecintaan ini 
suatu keharusan dan kemestian yang mesti dimiliki hati.
Kecintaan inilah tujuan tertinggi seorang hamba.

Dengan demikian jelaslah  bahwa 
tujuan zikir bukanlah sekedar mengingat saja,
persis seperti halnya 
tujuan pengetahuan adalah menggunakannya.
Dan tujuan membaca Al-Qur'an ialah mengamalkannya.
Tujuan mengingat Allah adalah kecintaan pada Zat yang disebut-sebut,
sehingga pengetahuan tentang-Nya dan juga kecintaan kepada-Nya 
bisa dikembangkan , dan Kedekatan-Nya bisa dicapai.

Dengan mengingat  ultima Thule, 
sang hamba mengarahkan hati dan lidahnya kepada Allah.
Akan tetapi , 
ketika ia sudah  biasa mengingat Allah secara terus-menerus , 
maka ia mulai mencintai-Nya .
Akibat-nya , 
cinta itu pun menembus ke dalam relung  hati dan kalbunya.
Tanpa itu,
jiwanya tidak bakal damai dan tenang, 
dan ia pun berseru,

"Tahun-tahun ku bermanfaat 
 hanya kala kukenang wajah-Mu,
 Hidupku berguna 
 hanya kala kubersimpuh  di bawah kaki-Mu,
 Kala Engkau sudah bersemayam dalam hatiku,
 lalu mengapa  aku mesti khawatirkan ini dan itu ?

 Jika engkau telah bersemayam dalam kehidupan ,
 mengapa mesti kupedulikan kehidupan ?

 Engkau demikian Agung dalam kemuliaan-Mu 
 dan aku memuji-Mu !

 Siapakah kini  yang harus merawat hati lemah ini ?
 Apa yang akan dilakukannya dengan kehidupan yang mengenal - Mu?
 Apakah ia perhatikan anak-anak dan keluarganya ?

 Engkau palingkan dirinya pada cinta-Mu 
 dan kemudian 
 Engkau anugerahkan kedua dunia,
 Apa manfaatnya kedua dunia itu lagi 
 bagi seorang gila ?"

Pada tahap ini,
seseorang memandang bagian kehidupannya yang berguna 
hanya yang dihabiskan dan dilewatkan dalam mengingat Kekasihnya.
Baginya,
hati yang lalai dan kematian tapak satu dan sama.
seorang berhati tulus semisal ini , sama sekali tidak peduli 
dengan ratapan dan rintihan atau dengan diskusi.

Keadaan jiwanya diungkapkan dengan amat indah demikian ;

"Hanya pikiran-Mu saja yang tersembunyi 
 dan hanya pancaran-Mu saja yang singgah berkemah.
 Dalam kepedihan hatiku yang bergelora
 dalam seruanku yang gembira-ria,
 Aku tidak peduli pada seseorang,
 aku peduli pada amalku, yakni
 zikir-Mu, pikiran-Mu, dan nama-Mu".

Tujuan dari mengingat Allah secara terus-menerus ,
menurut kaum Sufi ialah 
membangkitkan kecintaan kepada Allah.
Menurut mereka,
sebab penciptaan dan sumber kebijaksanaan 
adalah  cinta ini.

Dr. Mir Valiuddin.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar