ZIKIR DAN DO'A.
Sesudah mengutip ayat-ayat Al-Qur'an ini,
disini akan disebutkan beberapa hadis Nabi Muhammad
mengenai kewajiban mengingat Allah
berikut segala keuntungan dan manfaat yang diperoleh darinya.
'Abdullah ibn Nashr menuturkan,
Seseorang berkata ,
"Ya Rasul Allah ,
aku demikian banyak dibebani oleh perintah-perintah dalam Syari'ah
Berilah aku nasihat ihwal sesuatu yang mesti kupegang erat -erat"
Nabi Bersabda,
"Hendaknya lidahmu
tidak pernah berhenti mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah".
Telah diriwayatkan oleh Abu Darda' bahwa Nabi Muhammad bersabda,
"Maukah aku beritahukan kepadamu amalan-amalan
yang dipandang Tuhanmu sebagai lebih baik dan lebih utama ,
yang menjadi sarana menaikkan derajatmu
dan yang lebih baik ketimbang memerangi musuh mu,
entah dalam keadaan membunuh mereka atau terbunuh oleh mereka ?
Mereka menjawab ,"Ya".
Nabi bersabda ,
"Mengingat Allah".
Seperti diungkapkan seorang penyair ,
"Kuucapkan nama-Mu dan kubakar kehidupanku,
Aku laksana lilin, dalam api, lantaran lidahku".
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari 'Abdullah ibn 'Umar bahwa
Nabi Muhammad saw bersabda :
"Tak ada sesuatu pun yang lebih efektif
dalam menyelamatkan diri kita dari hukuman Allah
selain mengingat-Nya".
Orang-orang bertanya
"Tidak jugakah berjuang di jalan Allah akan menyelamatkan diri kita ?
Beliau menjawab ,
"Tidak ,
Tidak ada suatu amalan pun yang bisa menyamai zikir
atau mengingat Allah,
sekalipun para prajurit menggunakan pedangnya sedemikian rupa
sehingga pedang itu patah".
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda ;
"Orang-orang yang tidak terikat dan bebas sudah lebih dulu unggul ".
kata Nabi.
Orang-orang bertanya,
"Ya Rasul Allah,
siapakah orang-orang yang tidak terikat dan bebas ini ?
Beliau menjawab,
"Laki-laki dan perempuan yang tiada henti-henti nya mengingat Allah".
Seperti diungkapkan oleh seorang penyair Sufi ;
"Hati seorang Mukmin
beroleh kegembiraan dan kebahagiaan iman.
Kegembiraan iman memberikan kebahagiaan
kepada kaum Mukmin.
Semua kegembiraan lainnya pun terlupakan,
Di saat kaum ahli batin,
beroleh kebahagiaan dari mengingat Allah".
Anas meriwayatkan langsung dari Rasulullah ,
Allah swt berfirman,
'Aku senantiasa bersama pikiran hamba-Ku
dan bersamanya manakala ia mengingat-Ku.
Manakala ia mengingat-Ku dalam hatinya,
Aku juga mengingatnya dalam hati-Ku.
Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah majelis ,
Aku juga mengingatnya dalam sebuah majelis,
dan majelis ini lebih baik dari majelisnya".
(Bukhari dan Muslim).
"Janganlah melupakan Allah,
agar engkau menjadi sahabat-Nya,
Jika engkau pernah mengingat-Nya ,
pasti engkau akan menjadi sahabat-Nya".
Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Allah SWT berfirman,
'Aku bersama hamba-Ku manakala ia mengingat-Ku
dan bibirnya hanya bergerak menyebut-nyebut nama-Ku".
(Bukhari).
Al-Qusyairi meriwayatkan dari Anas ,
"Nasib malang tidak akan menimpa orang yang mengatakan, Allah, Allah".
Dalam sebuah hadis lain diriwayatkan ,
"Hari kiamat akan terjadi jika,
Allah, Allah tidak lagi diucapkan di muka bumi".
Abu Musa meriwayatkan langsung dari Nabi,
"Seseorang yang mengingat Allah
bisa disamakan dengan orang hidup,
dan seorang yang tidak mengingat Tuhan-Nya
bisa disamakan dengan orang mati, yakni
orang yang mengingat Allah adalah hidup
dan orang yang tidak mengingat - Nya adalah mati".
Sesudah mengetahui titik berat yang ditegaskan pada zikir
dan berbagai manfaatnya, kita bisa memahami
ucapan 'Ali al-Daqqaq berikut ini,
"Zikir adalah piagam Persahabatan Allah .
Barangsiapa diberi anugerah zikir,
maka yang demikian itu berarti bahwa
ia sudah diberi perintah berikut,
"Engkau memang benar-benar sahabat Allah".
Di sini lalu timbul pertanyaan :
Mengapa zikir atau mengingat Allah ,
yang demikian mudah dan sama sekali tidak susah ,
dipandang sebagai lebih bermanfaat dan lebih unggul
ketimbang bentuk-bentuk ibadah lainnya
yang memerlukan tindakan yang sulit dan sukar ?
Imam Ghazali memberikan jawaban sebagai berikut :
Kenyataan ini bisa ditetapkan melalui pengetahuan mistis,
akan tetapi, sejauh pengetahuan praktis,
bisa dikatakan bahwa
hanya zikir atau mengingat Allah saja yang efektif dan bermanfaat ,
yang senantiasa dan terus menerus dilakukan disertai kehadiran (Allah)
dalam jiwa dan pikiran.
Akan halnya zikir atau mengingat Allah secara verbal
dan hati disibukkan dengan senda gurau ,
maka yang demikian ini tak banyak manfaatnya.
Hadis Nabi memperkuat pandangan ini.
Sebagaimana diungkapkan seorang penyair darwisy :
"Jika engkau tidak sadar di saat mengingat Allah
Meskipun engkau sibuk sepanjang hayatmu
Engkau tak beroleh apa-apa .
Namun,
mengingat wajah Kekasih
senantiasa bermanfaat dan selalu berguna".
Begitu pula,
manakala seseorang mengingat Allah sebentar
dengan penuh kesadaran,
dan kemudian melupakan-Nya ,
serta terlibat dengan berbagai urusan duniawi ,
maka yang demikian itu tak banyak bermanfaat.
Selanjutnya, dengan zikir seperti ini ,
semua jenis ibadah memperoleh semacam harkat dan martabat,
dan zikir ini adalah akhir dan tujuan dari semua amalan ibadah.
Pangkal zikir ialah kecintaan kepada Allah
dan ujung zikir menjadikan kecintaan ini
suatu keharusan dan kemestian yang mesti dimiliki hati.
Kecintaan inilah tujuan tertinggi seorang hamba.
Dengan demikian jelaslah bahwa
tujuan zikir bukanlah sekedar mengingat saja,
persis seperti halnya
tujuan pengetahuan adalah menggunakannya.
Dan tujuan membaca Al-Qur'an ialah mengamalkannya.
Tujuan mengingat Allah adalah kecintaan pada Zat yang disebut-sebut,
sehingga pengetahuan tentang-Nya dan juga kecintaan kepada-Nya
bisa dikembangkan , dan Kedekatan-Nya bisa dicapai.
Dengan mengingat ultima Thule,
sang hamba mengarahkan hati dan lidahnya kepada Allah.
Akan tetapi ,
ketika ia sudah biasa mengingat Allah secara terus-menerus ,
maka ia mulai mencintai-Nya .
Akibat-nya ,
cinta itu pun menembus ke dalam relung hati dan kalbunya.
Tanpa itu,
jiwanya tidak bakal damai dan tenang,
dan ia pun berseru,
"Tahun-tahun ku bermanfaat
hanya kala kukenang wajah-Mu,
Hidupku berguna
hanya kala kubersimpuh di bawah kaki-Mu,
Kala Engkau sudah bersemayam dalam hatiku,
lalu mengapa aku mesti khawatirkan ini dan itu ?
Jika engkau telah bersemayam dalam kehidupan ,
mengapa mesti kupedulikan kehidupan ?
Engkau demikian Agung dalam kemuliaan-Mu
dan aku memuji-Mu !
Siapakah kini yang harus merawat hati lemah ini ?
Apa yang akan dilakukannya dengan kehidupan yang mengenal - Mu?
Apakah ia perhatikan anak-anak dan keluarganya ?
Engkau palingkan dirinya pada cinta-Mu
dan kemudian
Engkau anugerahkan kedua dunia,
Apa manfaatnya kedua dunia itu lagi
bagi seorang gila ?"
Pada tahap ini,
seseorang memandang bagian kehidupannya yang berguna
hanya yang dihabiskan dan dilewatkan dalam mengingat Kekasihnya.
Baginya,
hati yang lalai dan kematian tapak satu dan sama.
seorang berhati tulus semisal ini , sama sekali tidak peduli
dengan ratapan dan rintihan atau dengan diskusi.
Keadaan jiwanya diungkapkan dengan amat indah demikian ;
"Hanya pikiran-Mu saja yang tersembunyi
dan hanya pancaran-Mu saja yang singgah berkemah.
Dalam kepedihan hatiku yang bergelora
dalam seruanku yang gembira-ria,
Aku tidak peduli pada seseorang,
aku peduli pada amalku, yakni
zikir-Mu, pikiran-Mu, dan nama-Mu".
Tujuan dari mengingat Allah secara terus-menerus ,
menurut kaum Sufi ialah
membangkitkan kecintaan kepada Allah.
Menurut mereka,
sebab penciptaan dan sumber kebijaksanaan
adalah cinta ini.
Dr. Mir Valiuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar