HARUSKAH MENCINTA UNTUK MENCARI TAMAN KEBENARAN ?
Karena Taman kebenaran ,
dicapai melalui pengetahuan yang mencerahkan
seperti yang dibahas dalam bab yang lalu , maka dapat ditanyakan ,
apakah cinta merupakan unsur yang diperlukan di jalan gnosis ?
Untuk menjawab pengetahuan yang mendasar ini,
penting untuk membedakan,
antara cinta sebagai emosi dan signifikansi metafisika cinta .
Ada jalan mistik yang didasarkan hanya pada cinta
yang menggiring manusia, melalui penggunaan emosi cinta
yang ditujukan kepada Allah, kepada Allah sendiri.
Kebanyakan mistisisme Kristen adalah mistisime cinta,
seperti halnya bhakti marga dalam Hindu.
Tasawuf bukan jalan seperti itu ,
meskipun Sufi tak henti-henti nya berbicara tentang cinta.
Dalam Tasawuf ,
cinta adalah pelengkap makrifat dan
terkait dengan kenyataan yang diwujudkan oleh pengetahuan.
Tentu saja,
sebagian Sufi menekankan cinta dan pengetahuan yang lain,
tetapi baik pengetahuan maupun cinta selalu hadir
dalam setiap ajaran Sufi yang terpadu,
sebagaimana halnya unsur tindakan,
yang akan kita bicarakan dalam bab berikutnya.
Rumi, adalah seorang penggubah lirik terindah tentang cinta
dalam Tasawuf, dalam Matsnawi -nya diawali dengan syair-syair
penuh pujian terhadap cinta, namun buku yang sama disebut
"samudera makrifat" oleh orang-orang yang mengenal karyanya
dengan baik.
Yang lain, seperti sahabatnya Shadr al-Din Qunawi,
menekankan makrifat tetapi tidak mengabaikan cinta .
Singkatnya,
jalan Tasawuf menggabungkan pengetahuan dan cinta,
dan jarang kita temukan seseorang atau sebuah mazhhab
dalam Tasawuf yang ajarannya, meskipun menekankan cinta ,
tidak memiliki dimensi sapiential (pengetahuan) ,
yang murni bhakti dan bergenre sama dengan mistisme Kristen
serta beberapa bentuk spiritualisme Hindu.
Atas pertanyaan ,
apakah kita dapat mencapai Taman Kebenaran tanpa cinta ,
jawabannya adalah tidak,
tapi pada saat yang sama harus ditekankan bahwa kesalehan sentimental,
walaupun berharga pada tingkatannya sendiri, tidak sendirinya memadai
untuk jalan tersebut.
Harus ada pengetahuan yang direalisasi ,
tetapi realisasi ini melibatkan seluruh wujud kita
dan karenanya harus meliputi realitas cinta.
Lebih jauh lagi,
cinta mengantarkan kepada persatuan ,
dan Allah mencintai makhluk-Nya , sehingga tidak ada cara
untuk mencapai Tuhan tanpa mengalami api cinta ini,
yang membinasakan keberadaan kita yang terpisah
lalu mengubah kita menjadi abu, yang darinya
jiwa kita yang abadi muncul kembali dengan kehidupan yang baru.
Oleh karena itu, dapat dikatatakan bahwa
orang yang tidak mencinta , sesungguhnya tidaklah hidup.
#SHN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar