Rabu, 09 Desember 2015

MEREGUK SARI TASAWUF

CINTA ALLAH.

Telah disebutkan bahwa Allah mencintai kita terlebih dahulu 
sebelum kita memiliki kemungkinan untuk mencintai-Nya.

Prioritas ontologis ini harus selalu diingat.
Allah dapat saja menciptakan makhluk yang tidak bisa apa-apa 
kecuali memuliakan Dia , dan Dia melakukan itu 
dengan menciptakan malaikat.

Tetapi dalam kasus manusia , 
Dia menciptakan makhluk yang dianugerahi kehendak bebas,
yang mampu mencintai-Nya secara sadar, 
tetapi juga mampu untuk  tidak mencintai-Nya.
Tidak ada cinta dengan paksaan.

Cinta Allah adalah kenyataan yang meliputi penciptaan 
meliputi tindakan penciptaan itu sendiri oleh Allah 
yang Maha Penyayang, Maha Pengasih, dan Maha Pencipta.
Tetapi, 
dari sisi manusia,
adalah mungkin untuk tidak mencintai Allah 
sebagaimana mungkin pula untuk menolak keberadaan-Nya sendiri.

Hidup di dunia ini bukan hanya ujian bagi iman kita , 
seperti ditegaskanAl-Qur'an , 
tetapi juga bagi cinta kita kepada Allah 
dan kemungkinan membalas cinta-Nya kepada kita 
dalam keterbatasan kita.

Seperti disebutkan di dalam Hadis qudsi yang dikutip pada awal bab ini,
adalah hak manusia untuk menjadikan Allah sebagai kekasih mereka.
Atas dasar kenyataan ini , 
Allah meminta kita untuk menjadi kekasih bagi-Nya 
dalam kepenuhan kehendak bebas kita.

Halangan terbesar untuk merespons secara positif terhadap 
imbauan Ilahi ini adalah bahwa ada banyak hal lain 
yang dapat menjadi objek kecintaan kita, termasuk ego kita sendiri.

Allah mengetahui keadaan ini, sehingga wahyu agama-agama 
dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya, 
dapat melepaskan ikatan kecintaan jiwa 
pada yang sementara dan fana 
lalu membelokkan nya ke arah Allah.

Ketika kaum Sufi berbicara tentang cinta , atau 'isyq , 
mereka berpikir tentang sifatnya yang membebaskan 
dan bukan yang mengikat.
Mencintai Allah secara penuh berarti memiliki kebebasan penuh 
dari setiap ikatan lain, dan karena Allah itu mutlak dan tak terbatas,
dan itu juga berarti mengalami kebebasan mutlak dan tak terbatas.

Dalam salah satu ghazal-nya yang paling terkenal Hafizh , 
penulis syair dan puisi mistik terindah dalam bahasa Parsi, 
melantunkan,

"Aku puaskan dengan kata-kataku,
 Aku hamba cinta dan terbebas dari kedua dunia .
 Dulu aku terbang di dalam Taman Suci , 
 bagaimana aku bisa menjelaskan keterpisahanku ?
 Bagaimana aku lalu terjerat di dalam perangkap dunia ini ?
 Dulu aku malaikat , 
 dan syurga yang agung adalah tempat tinggalku,
 Adam membawaku ke biara reruntuhan kota ini ?"

Cinta Ilahi membebaskan kita tidak hanya dari dunia ini 
tetapi juga dari alam akhirat , yang dipahami dalam bahasa agama
sebagai alam yang penduduknya akan dihakimi dan 
mendapat balasan sesuai perbuatan baik atau buruknya di dunia ini.

Melalui Cinta Ilahi , 
kita kembali ke Taman suci 
tempat kita berada dalam kedekatan dengan Tuhan 
sebelum kejatuhan kita;
Taman suci yang juga merupakan Taman kesatuan 
di atas seluruh keadaaan penebusan dosa ,
di atas tempat tinggal di neraka dan surga 
seperti biasanya dipahami.

#SHN.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar