CINTA ALLAH.
Telah disebutkan bahwa Allah mencintai kita terlebih dahulu
sebelum kita memiliki kemungkinan untuk mencintai-Nya.
Prioritas ontologis ini harus selalu diingat.
Allah dapat saja menciptakan makhluk yang tidak bisa apa-apa
kecuali memuliakan Dia , dan Dia melakukan itu
dengan menciptakan malaikat.
Tetapi dalam kasus manusia ,
Dia menciptakan makhluk yang dianugerahi kehendak bebas,
yang mampu mencintai-Nya secara sadar,
tetapi juga mampu untuk tidak mencintai-Nya.
Tidak ada cinta dengan paksaan.
Cinta Allah adalah kenyataan yang meliputi penciptaan
meliputi tindakan penciptaan itu sendiri oleh Allah
yang Maha Penyayang, Maha Pengasih, dan Maha Pencipta.
Tetapi,
dari sisi manusia,
adalah mungkin untuk tidak mencintai Allah
sebagaimana mungkin pula untuk menolak keberadaan-Nya sendiri.
Hidup di dunia ini bukan hanya ujian bagi iman kita ,
seperti ditegaskanAl-Qur'an ,
tetapi juga bagi cinta kita kepada Allah
dan kemungkinan membalas cinta-Nya kepada kita
dalam keterbatasan kita.
Seperti disebutkan di dalam Hadis qudsi yang dikutip pada awal bab ini,
adalah hak manusia untuk menjadikan Allah sebagai kekasih mereka.
Atas dasar kenyataan ini ,
Allah meminta kita untuk menjadi kekasih bagi-Nya
dalam kepenuhan kehendak bebas kita.
Halangan terbesar untuk merespons secara positif terhadap
imbauan Ilahi ini adalah bahwa ada banyak hal lain
yang dapat menjadi objek kecintaan kita, termasuk ego kita sendiri.
Allah mengetahui keadaan ini, sehingga wahyu agama-agama
dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya,
dapat melepaskan ikatan kecintaan jiwa
pada yang sementara dan fana
lalu membelokkan nya ke arah Allah.
Ketika kaum Sufi berbicara tentang cinta , atau 'isyq ,
mereka berpikir tentang sifatnya yang membebaskan
dan bukan yang mengikat.
Mencintai Allah secara penuh berarti memiliki kebebasan penuh
dari setiap ikatan lain, dan karena Allah itu mutlak dan tak terbatas,
dan itu juga berarti mengalami kebebasan mutlak dan tak terbatas.
Dalam salah satu ghazal-nya yang paling terkenal Hafizh ,
penulis syair dan puisi mistik terindah dalam bahasa Parsi,
melantunkan,
"Aku puaskan dengan kata-kataku,
Aku hamba cinta dan terbebas dari kedua dunia .
Dulu aku terbang di dalam Taman Suci ,
bagaimana aku bisa menjelaskan keterpisahanku ?
Bagaimana aku lalu terjerat di dalam perangkap dunia ini ?
Dulu aku malaikat ,
dan syurga yang agung adalah tempat tinggalku,
Adam membawaku ke biara reruntuhan kota ini ?"
Cinta Ilahi membebaskan kita tidak hanya dari dunia ini
tetapi juga dari alam akhirat , yang dipahami dalam bahasa agama
sebagai alam yang penduduknya akan dihakimi dan
mendapat balasan sesuai perbuatan baik atau buruknya di dunia ini.
Melalui Cinta Ilahi ,
kita kembali ke Taman suci
tempat kita berada dalam kedekatan dengan Tuhan
sebelum kejatuhan kita;
Taman suci yang juga merupakan Taman kesatuan
di atas seluruh keadaaan penebusan dosa ,
di atas tempat tinggal di neraka dan surga
seperti biasanya dipahami.
#SHN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar