Jumat, 11 Desember 2015

MEREGUK SARI TASAWUF.

KEDAMAIAN.

Kita tidak dapat membicarakan makna spiritual keindahan 
tanpa berpaling kepada soal kedamaian.
Keindahan menarik jiwa , 
dan di dalam nya jiwa menemukan semua yang dicarinya.

Jadi, 
mengapa pergi ke tempat lain ?
Mengapa dia terusik ?

Menyaksikan keindahan ,
membutuhkan ...
ketenangan dan kesenangan,
ketentraman dan kedamaian.

Dalam tatanan formal , 
selama jiwa tertarik oleh keindahan bentuk tersebut ,
ia tetap dalam keadaan damai.
Tetapi, bagi kaum Sufi  ,
keindahan bentuk merupakan simbol dan pantulan 
dari arketipe surgawinya, yang ia renungkan melalui bentuk tersebut.
Keindahan bentuk dengan demikian mengantarkan seorang Sufi 
kepada wajah Keindahan Tak Terbatas , 
tempat ditemukannya kedamaian sejati.

Dalam Keindahan Tak Terbatas , 
tidak terdapat batasan ekstensial,
dan tidak ada yang dapat menganggu 
keadaan mengalami kedamaian tertinggi seperti itu 
dengan mengalihkan perhatian jiwa ke tempat lain 
karena jiwa berada dalam keadaan di mana pada kenyatannya 
tidak ada tempat lain baginya untuk beralih .

Ini adalah sebuah keadaan yang oleh sebagian Sufi Asia Tengah disebut
perdamaian universal (shulh-i-kull) .
Itu adalah kedamaian yang diraih ketika seseorang terbenam 
di dalam Realitas yang melampaui semua ketegangan dan dualisme,
di mana hal-hal yang berlawanan bertemu , coincidentia oppsitorum.

Adalah luar biasa bahwa jiwa mendamba kedamaian 
sementara hidup di dunia yang penuh dengan 
perselisihan , pertikaian,perlawanan , perjuangan, dan peperangan.

Apabila kita merenungkan istilah peace, shalom, shanti, dan salam
dalam Kekristenan, Yudaisme, Hindu, dan Islam secara berturut-turut 
dan penggunaannya di mana-mana oleh para pengikut agama ini,
serta istilah dengan arti yang sama yang digunakan di tempat lain,
kita menjadi sadar akan keuniversalan kerinduan ini.

Tasawuf menekankan pentingnya kerinduan ini di dalam jiwa 
dan pentingnya mewujudkan tujuan dari kerinduan ini.
Tetapi kaum Sufi,  berulang-ulang menekankan bahwa 
perdamaian ini tidak dapat ditemukan di dunia oposisi dan dualisme
sementara kita tetap terikat ke dunia itu;
itu hanya dapat ditemukan dengan mentransendensi dunia ini
dan meraih Realitas Ilahi, yang sebagai Keindahan mutlak , 
juga merupakan kedamaian mutlak.

Seperti yang dikatakan ;

"Tiada ketentraman kecuali di dalam Kebenaran Ilahi (Haqq)".

Menurut Al-Qur'an dan sebuah hadis Nabi, 
ucapan sambutan dari para penghuni Surga adalah salam atau damai;
itulah ucapan salam yang biasa di kalangan Muslim, al-salam 'alaikum,
atau "damai atasmu".

Nah, Taman itu bersinar dengan keindahan yang agung , 
yang dulu kita saksikan sebelum Kejatuhan kita 
dan orang-orang yang diberkati akan kembali mengalaminya 
setelah kematian.
Keindahan seperti itu tidak dapat tidak 
kecuali berpadu dengan kedamaian dan ketenangan.

Jiwa yang tidak merasakan ketenangan 
di dalam Keindahan Ilahi  tidak layak mendapatkan Surga.
Dia bahkan harus membawa ketenangan batin dan ketenangan jiwa
ke ranah surgawi melalui pencapaian kebajikan - kebajikan spiritual 
agar dapat memasuki Taman itu 
dan mampu memetik manfaat dari kedamaian di ranah  
yang  ke dalamnya jiwa-jiwa yang diberkati diperolehkan masuk.
Dengan cara yang sama , 
jiwa yang diberkati  harus menambahkan sesuatu pada Baiti jannati 
agar orang itu layak untuk berada di sana.

Singkatnya ,
damai (al-salam) berada pada level tertinggi Nama Tuhan , 
dan Allah adalah kedamaian itu sendiri sekaligus pemberi kedamaian,
karena Dia adalah indah dan sumber segala keindahan.
Al-Qur'an menegaskan dalam sebuah ayat 
yang memainkan peran penting dalam amalan seorang Sufi,

"Dialah yang telah menurunkan ketenangan (al-sakinah)
  ke dalam hati orang-orang mukmin" - (Q.S.Al-Fath(48);4.

Sakinah ini ,
yang memiliki kesesuaian dengan Shekinah menurut Kabbalis,
merupakan kedamaian yang bersifat surgawi dan berpadu dengan rahmat,
karena Allah adalah sumber langsungnya.

Tetapi kita harus siap untuk menerima karunia yang besar ini 
dengan menyelaraskan diri dengan kebenaran , 
beriman dan mencintai Allah, 
dan mengarahkan jiwa kita kembali 
kepada Sumber dari semua keindahan 
dengan cara mengamalkan kebajikan.

Melihat Keindahan Wajah sang Kekasih 
tidak dapat dipisahkan dari cinta mutlak dan tak bersyarat pada Dia
yang mutlak dan tak bersyarat, dan ini tak terpisahkan 
dari mengalami kedamaian "yang melampaui semua pemahaman".

Mari kita ingat bahwa jalan spiritual 
melibatkan pengetahuan di satu sisi, 
serta cinta dan keindahan , di sisi yang lain.
Akan tetapi, 
konsekuensi mengikuti jalan ini juga menyebabkan 
diraihnya kedamaian yang didambakan jiwa.

Selain itu, seperti yang kita akan lihat dalam bab berikutnya,
jalan pengetahuan , cinta, dan keindahan 
memerlukan tindakan benar dan baik,
yang tanpa nya seseorang tidak dapat menyadari sepenuhnya
pengetahuan Ilahi dan tidak akan mampu untuk mencintai Allah
dan melihat keindahan-Nya dengan sepenuh wujud dirinya.

Akibatnya , tanpa kebaikan dan kebajikan 
orang tidak bisa mencapai perdamaian 
yang pada tingkatan yang paling mendalam 
tidak dapat dipisahkan dari keindahan 
dan yang kita semua cari jauh di kedalaman diri kita
bahkan di tengah hiruk pikuk , kekacauan, dan ketegangan dunia
tempat kita hidup.

@HSN.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar