Wujud sempurna manusia yang menjadi rahasia Ilahi itu
terdiri atas tiga bagian utama, yakni al-basyar, an-nafs, dan ar-ruh.
Al-basyar adalah wujud manusia yang terdiri atas gumpalan daging.
Allah mencipta al-basyar dari tanah lempung kering (shalshalin/adamah)
yang adonannya “diolah dengan kedua Tangan-Nya” (QS al-Hijr: 28; QS Shad: 75).
Al-basyar sendiri mengacu pada makna: “diolah oleh-Nya dengan kelembutan”
(al-mubasyarah).
Al-basyar yang terbentuk dari bahan tanah (ath-thin)
inilah yang oleh iblis dianggap lebih rendah derajatnya daripada dirinya
yang terbentuk dari bahan api (QS Shad: 76).
Iblis tidak mengetahui rahasia di balik keberadaan al-basyar
sebagai ciptaan baru yang diberi-Nya anugerah kemuliaan sebagai khalifah Allah.
An-nafs adalah daya kehidupan (al-hayy) yang bersifat netral.
Ia mudah terpengaruh pada lingkungan di mana ia berada.
An-nafs memaknai keberadaan al-basyar, sekaligus al-basyar mempengaruhi an-nafs.
Tanpa an-nafs maka al-basyar hanyalah gumpalan lempung kering.
Dengan an-nafs itulah al-basyar bagaikan tanah lempung kering
yang mendapat siraman air hujan, memiliki daya melahirkan benih-benih kehidupan.
An-nafs membangkitkan dorongan-dorongan naluriah
sehingga al-basyar menyadari keberadaannya sebagai bagian dari dunia materi
yang membutuhkan materi-materi lain untuk memperkukuh keberadaannya.
An-nafs yang kedudukannya dekat dengan al-basyar di alam indriawi disebut
dengan an-nafs al-hayawaniyyah, yang menempati tataran paling rendah
dari kemanusiaan (asfal as-safilin) (QS at-Tin: 5)
karena cenderung mendorong naluri al-basyar untuk menuju ke alam materi.
Ar-ruh adalah Tiupan Suci Ilahi yang dihembuskan Allah ke dalam al-basyar.
Nafakhtu fihi min ruhi (QS Shaad: 72; QS al-Hijr: 29), kepada al-basyar itulah
seluruh malaikat diperintahkan untuk bersujud.
Ar-ruh yang tidak dicipta adalah Hakikat Yang Terpuji (al-Haqiqat al-Muhammadiyyah). Pada tataran ini ruh bersifat murni. Suci. Bebas dari materialistis.
Inilah yang disebut ar-Ruh al-Haqq.
Ar-ruh tidak berada di dalam atau di luar tubuh al-basyar.
Ia tidak terikat, tetapi juga tidak terlepas bebas.
Ar-ruh ada di luar, namun juga ada di dalam.
Lantaran ar-ruh berasal dari Tiupan Suci Ilahi dalam kata nafakhtu maka
ar-ruh secara alami selalu cenderung menarik kesadaran manusia
untuk kembali kepada Allah.
.
#Novel Syaikh Siti Jenar #Quotes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar