Sabtu, 16 Januari 2016

ALLAH SUMBER DARI SEGALA SUMBER CAHAYA

ALLAH SUMBER DARI SEGALA SUMBER CAHAYA.

Faham wahdat al wujud Ibnu Arabi ialah 
wahdat al wujud dari kalimat tauhid Laa Ilaha Illa Allah, yakni keesaan wujud. 
maksudnya tiada wujud selain Allah dialam ini, 
sedang wujud segenap alam adalah bersifat bayang-bayang atau majazi 
yang diartikan tidak ada sesuatu pun yang memiliki wujud hakiki kecuali Tuhan. 

Sementara alam atau segala sesuatu selain Tuhan keberadaannya adalah
 karena diwujudkan oleh Tuhan. 

Karena dilihat dari segi keberadaannya dengan dirinya sendiri, 
alam itu tidak ada (ma’dum) tetapi 
jika dilihat dari segi "keberadaannya karena wujud Tuhan" maka 
jelaslah bahwa alam itu ada (maujud) atau 
lebih tepatnya alam hanyalah bayang-bayang Tuhan 
Artinya tak akan ada gambar bayangan 
bila tidak ada wujud benda yang membayanginya.

Yang dimaksud kesatuan wujud yang dikatakan syech ibn arabi 
dalam faham wahdat al wujud secara esensialnya adalah wahdatus syuhud 
(kesatuan penyaksian), 
bukan Allah menjadi wujud makhluk atau bertempat didalam makhluk, 
Allah itu tiada bertempat atau mengambil tempat di segenap alam ini, 
namun Allah Meliputi segenap Alam ini, 
Huwal Awwalu Wal Akhiru Waz Zahiru Wal Bathinu Wa Huwa Bi Kulli Syai'in Alim 
(Dia yang awal Dia yang Akhir Dia yang zahir Dia yang Bathin dan 
Dia meliputi segala alam).

Sahabatku meksipun kita menyadari bahwa sesungguhnya seluruh alam semesta ini diciptakan dari Nur Muhammad dan Nur Muhammad dari Nur Allah, 
namun semua perwujudannya hanya tampil sebagai bayang-bayang saja, 
ibarat terang dan gelap, jauh dan dekat, baik dan buruk, siang dan malam.

Jika seorang salik tidak mampu melihat Allah yang meliputi cahaya 
di balik semua gambaran yang kerlap-kerlip ini, 
berarti ia sebenarnya masih dalam kebingungan 
terhadap bayang-bayang eksistensial dan awan-awan realitas yang berubah-ubah.

Jalaluddin Rumi menuliskan didalam bait Syair Puisinya :
Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan: 

"Aku tidak tersembunyi, 
tinggi atau rendah Tidak di bumi, 
langit atau singgasana. 
Ini kepastian, wahai kekasih, 
Aku tersembunyi di qalbu orang yang beriman. 
Jika kau mencari Aku, carilah di qalbu-qalbu ini."

Allah telah menjadikan hati manusia sebagai wadah 
untuk memandang kepada hamba-Nya dan 
sekaligus tempat memandang hamba kepada Tuhannya.

Ibarat hati itu laksana cermin dan Allah laksana Matahari. 
Engkau tidak akan mampu melihat matahari secara langsung, 
tetapi engkau hanya bisa melihat matahari hanya melalui cermin, 
di dalam cermin itu engkau dapat menyaksikan gambar atau bentuk matahari.

Ibn arabi berkata :
“Makhluk ini hanyalah majazi (bayangan) dan 
bila diperbanyak cerminnya maka terlihat banyaklah makhluknya”

Jadi jika engkau letakkan seribu cermin itu, 
maka pada setiap cermin akan engkau lihat bentuk matahari, 
namun yang engkau lihat itu bukan matahari yang sesungguhnya 
tetapi hanya pantulan cahayanya saja, 
matahari yang sesungguhnya hanya satu 
yang tak mampu engkau lihat 
karena keterbatasan mata di dalam memandangnya, 
dikarenakan sangat terangnya cahaya matahari itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar