Kamis, 22 September 2016

"Bismillah"

Bismillah"
Sangat sulit menjelaskan
hakikat dan makrifat kepada
orang-orang yang mempelajari
agama hanya pada tataran
Syariat saja, menghafal ayat- ayat Al-Qur’an dan Hadist akan
tetapi tidak memiliki ruh dari
pada Al-Qur’an itu sendiri.
Padahal hakikat dari Al-Qur’an
itu adalah Nur Allah yang tidak
berhuruf dan tidak bersuara, dengan Nur itulah Rasulullah
SAW memperoleh
pengetahuan yang luar biasa
dari Allah SWT. Hapalan tetap
lah hapalan dan itu tersimpan
di otak yang dimensinya rendah tidak adakan mampu
menjangkau hakikat Allah,
otak itu baharu sedangkan
Allah itu adalah Qadim sudah
pasti Baharu tidak akan
sampai kepada Qadim. Kalau anda cuma belajar dari dalil
dan mengharapkan bisa
sampai kehadirat Allah dengan
dalil yang anda miliki maka
PASTI anda tidak akan sampai
kehadirat-Nya. Ketika anda tidak sampai
kehadirat-Nya sudah pasti
anda sangat heran dengan
ucapan orang-orang yang
sudah bermakrifat, bisa
berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah
SAW dan melihat Allah SWT,
dan anda menganggap itu
sebuah kebohongan dan sudah
pasti anda mengumpulkan lagi
puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para
ahli makrifat tersebut dengan
dalil yang menurut anda sudah
benar, padahal kadangkala
dalil yang anda berikan justru
sangat mendukung ucapan para Ahli Makrifat cuma
sayangnya matahati anda
dibutakan oleh hawa nafsu,
dalam Al-Qur’an disebuat
Khatamallahu ‘ala Qulubihim
(Tertutup mata hati mereka) itulah hijab yang menghalangi
anda menuju Tuhan. Rasulullah
SAW
menggambarkan Ilmu hakikat
dan makrifat itu sebagai
“Haiatul Maknun” artinya “Perhiasan yang sangat indah”.
Sebagaimana hadist yang
dibawakan oleh Abu Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sebagian ilmu
itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah
dan selalu tersimpan yang
tidak ada seoranpun
mengetahui kecuali para
Ulama Allah. Ketika mereka
menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali
orang-orang yang biasa lupa
(tidak berzikir kepada Allah)
” (H.R. Abu Abdir Rahman As-
Salamy). Di dalam hadist ini
jelas ditegaskan menurut kata Nabi
bahwa ada sebagian ilmu yang
tidak diketahui oleh siapapun
kecuali para Ulama Allah yakni
Ulama yang selalu Zikir kepada
Allah dengan segala konsekwensinya. Ilmu
tersebut sangat indah laksana
perhiasan dan tersimpan rapi
yakni ilmu Thariqat yang
didalamnya terdapat amalan-
amalan seperti Ilmu Latahif dan lain-lain. Masih ingat kita
cerita nabi
Musa dengan nabi Khidir yang
pada akhir perjumpaan
mereka membangun sebuah
rumah untuk anak yatim piatu untuk menjaga harta berupa
emas yang tersimpan dalam
rumah, kalau rumah tersebut
dibiarkan ambruk maka
emasnya akan dicuri oleh
perampok, harta tersebut tidak lain adalah ilmu hakikat dan
makrifat yang sangat tinggi
nilainya dan rumah yang
dimaksud adalah ilmu syariat
yang harus tetap dijaga untuk
membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak berhak.
Semakin tegas lagi pengertian
di atas dengan adanya hadist
nabi yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah sebagai berikut :
“Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama
ialah ilmu yang aku dianjurkan
untuk menyebarluaskan
kepada sekalian manusia yaitu
Ilmu Syariat. Dan yang kedua
ialah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk
menyebarluaskan kepada
manusia yaitu Ilmu yang
seperti “Hai’atil Maknun”. Maka
apabila ilmu ini aku
sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku
(engkau menghalalkan
darahku). (HR. Thabrani).
Hadist di atas sangat jelas jadi
tidak perlu diuraikan lagi,
dengan demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang
yang tidak senang dengan
Ilmu Thariqat? Karena ilmu itu
memang amat rahasia,
sahabat nabi saja tidak
diizinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu
harus diturunkan dan
mendapat izin dari Nabi, dari
nabi izin itu diteruskan kepada
Khalifah nya terus kepada para
Aulia Allah sampai saat sekarang ini. Jika ilmu Hai’atil
Maknun itu
disebarkan kepada orang yang
belum berbait zikir atau
“disucikan” sebagaimana telah
firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ala, orang-orang yang
cuma Ahli Syariat semata-
mata, maka sudah barang
tentu akan timbul anggapan
bahwa ilmu jenis kedua ini
yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah
dlolalah. Dan mereka ini
mempunyai
I’tikqat bahwa ilmu yang
kedua tersebut jelas diingkari
oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu
yang kedua itu tadi justru
merupakan intisari daripada
ilmu yang pertama artinya
ilmu Thariqat itu intisari dari
Ilmu Syari’at. Oleh karena itu jika anda ingin
mengerti Thariqat, Hakekat
dan Ma’rifat secara mendalam
maka sebaiknya anda
berbai’at saja terlebih dahulu
dengan Guru Mursyid (Khalifah) yang ahli dan diberi izin
dengan taslim dan tafwidh dan
ridho. Jadi tidak cukup hanya
melihat tulisan buku-buku lalu
mengingkari bahkan mungkin
mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli thariqat. Dalam
setiap peristiwa yang
mewarnai kehidupan ini,
seringkali kita tidak mampu
atau tidak mau menangkap
kehadiran Allah dengan segala sifat-sifatNya. Padahal sifat-
sifat Allah sangat terkait erat
dengan ayat-ayat
kauniyahNya yang terhampar
di atas muka bumiNya. Betapa
Allah –melalui ayat-ayat kauniyahNya- memang ingin
menunjukkan keMaha
KuasaanNya dan keMaha
BesaranNya agar hamba-
hambaNya senantiasa mawas
diri, waspada dan berhati-hati dalam bertindak dan
berprilaku agar tidak
mengundang turunnya sifat
JalilahNya yang tidak akan
mampu dibendung, apalagi
dilawan oleh siapapun, dengan upaya dan sarana kekuatan
apapun tanpa terkecuali,
karena memang Allahlah satu-
satunya pemilik kekuatan dan
kekuasaan terhadap seluruh
makhlukNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar