KEWAJIBAN DI JALAN TOBAT
Imam Al-Ghazali mengungkapkan:
"Ketahuilah,
sesungguhnya kewajiban bertobat itu telah sangat jelas dinyatakan
dalam banyak hadis dan ayat Al-Qur'an.
Bahkan,
sangat nyata jika dilihat melalui cahaya mata batin (bashirah)
bagi orang yang telah terbuka bashirahnya
dan kalbunya telah dilapangkan Allah
dengan adanya cahaya iman
sehingga
ia mampu memandang dan menerobos gelapnya kebodohan,
tanpa perlu seorang pemandu
yang akan menuntunnya di setiap langkah.
Di antara para salik,
mungkin ada yang buta
sehingga ia memerlukan penuntun dalam setiap langkahnya.
Sedangkan para salik yang dapat melihat,
hanya memerlukan penuntun di awal langkahnya saja,
kemudian ia akan menuntun dirinya sendiri.
Sebaliknya,
ada orang yang beruntung dilapangkan dadanya oleh Allah
untuk menerima Islam, dan terus disinari oleh cahaya Rabb.
Dia cepat merespons setiap sinyal selemah apa pun
untuk menempuh perjalanan yang penuh rintangan
dan berbagai kesulitan yang melelahkan.
Di hatinya telah terpancar cahaya Al-Qur'an dan iman.
Cahaya dalam batinnya itu begitu tajam
sehingga ia sudah merasa cukup dengan penjelasan
yang hanya sekilas.
Keadaan ini seperti "...
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak tersentuh api."
Dan, jika tersulut api,
itu adalah "cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki."
(QS An-Nur: 35)
Tipe orang seperti ini
tentu tidak lagi memerlukan petunjuk tektual (nash) di setiap situasi."
---Imam Al-Ghazali dalam Kirab At-Tawbah, Ihya Ulumuddin
DZIKIR PEMBUKA PINTU LANGIT
Menurut Syekh Ibnu Atha'illah, sebagai tanda bahwa sebuah dzikir sampai pada sirr (nurani terdalam pada jiwa yang kelak menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah saat pedzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi. Dzikir sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Menurut Syekh Ibnu Atha'illah, sebagai tanda bahwa sebuah dzikir sampai pada sirr (nurani terdalam pada jiwa yang kelak menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah saat pedzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi. Dzikir sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Dzikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kond...
Lanjutkan Membaca
MARI BERSIHKAN CERMIN HATI KITA
"Kalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat."
---Syekh Ibnu Atha'illah
"Kalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat."
---Syekh Ibnu Atha'illah
Bagaimana mungkin hati ini dapat menampung cahaya Ilahi, jika hati yang kita diselubungi debu. Kita harus terus membersihkan cermin jiwa setiap saat dan berkaca pada diri sendiri.Dengan begitu, hati akan tetap terjaga dari noda dan dosa, serta siap mene...
Lihat Selengkapnya
TOLAK BALA DENGAN SEDEKAH
Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana. “ (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana. “ (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah SAW bersabda, “Tiap Muslim wajib bersedekah.”
Lalu para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” ...
Lihat SelengkapnyaLalu para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” ...
5 PESAN YANG GAMPANG-GAMPANG SUSAH
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah yang ingin mengambil pesan-pesanku untuk diamalkan atau siapakah yang telah mengetahui dan mengamalkan pesan-pesanku?”
Saya menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”
Lalu beliau menggenggam tanganku dan menghitung sampai lima kali.
Beliau bersabda:
...Lihat SelengkapnyaAbu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah yang ingin mengambil pesan-pesanku untuk diamalkan atau siapakah yang telah mengetahui dan mengamalkan pesan-pesanku?”
Saya menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”
Lalu beliau menggenggam tanganku dan menghitung sampai lima kali.
Beliau bersabda:
"Ya Allah, anugerahilah kami rasa takut kepada-Mu yang menjadi penghalang antara kami dan maksiat-maksiat kami, dan anugerahilah kami ketaatan kepada-Mu yang dapat mengantarkan kami kepada surga-Mu, dan anugerahilah kami keyakinan yang dapat meringankan berbagai musibah dunia.
Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada kami, melalui pendengaran kami, penglihatan kami, kekuatan kami, selama Engkau menghidupkan kami. Dan jadikanlah kebahagiaan itu selamanya bersama kami. Jadikanlah ...
Lihat Selengkapnya
Komunitas













!['MAKA, JADILAH KEKASIHNYA Ibn Mas‘ud r.a. menuturkan Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Para sahabat menjawab,”Wahai Rasulullah, setiap orang di antara kami pasti lebih mencintai hartanya sendiri daripada harta ahli warisnya.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya hartanya adalah apa-apa yang ada di depan dan harta ahli warisnya adalah apa-apa yang ada di belakang.” (HR al-Bukhari). Kedermawanan itu ada empat macam, yaitu: kedermawanan jiwa, kedermawanan ruh, kedermawanan hati, dan kedermawanan harta. Kedermawanan jiwa bagi para hamba adalah kerelaan mereka untuk mengorbankan jiwa, demi meraih petunjuk Allah.
Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.”(QS Al-Ankabut [29]:69) Kedermawanan ruh bagi para pejuang adalah rela mengorbankan nyawa demi meraih kehidupan yang kekal. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”(QS Ali Imran [3]:169)
Kedermawanan orang-orang arif adalah kesediaan untuk mengorbankan hati demi mencapai makrifat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Q.S. al-Syu‘arâ’ [26]: 88-89)
Kedermawanan hati bagi para zahid adalah kesedian untuk mengorbankan kehidupan dunia dan memilih kehidupan akhirat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah Swt., “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di (muka) bumi.”(QS Al-Qashash [28]: 83)
Abu al-‘Abbas—semoga Allah merahmatinya—berkata, telah sampai kepadaku bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Ibrahim a.s; “Apakah kamu tahu, kenapa saya menjadikanmu sebagai kekasih.” “Tidak, wahai Tuhanku,” jawab Ibrahim. Allah berfirman, “Karena Aku telah membuka rahasiamu, sehingga memberi lebih kamu cintai dari pada menerima.”
Dzun Nun al-Mishri berpesan, “Orang yang melecehkan peminta-minta, bukanlah orang mulia; orang yang memberikan dengan perantara-perantara, bukanlah orang mulia; orang yang meminta agar kamu memenuhi kebutuhannya, bukanlah orang mulia.”
----Syaikh Al-Anqary dalam Munyatul Wa'izhin'](https://scontent.fcgk1-1.fna.fbcdn.net/v/t1.0-0/p100x100/14232411_1073432902706643_6591628488095626187_n.jpg?oh=fd37d378146653bf57903134e3bfe727&oe=5844BA91)
!['DAN BILA TOBAT, SYUKUR & SABAR SAMPAI KEPADANYA
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Seharusnya kesibukan seorang Mukmin itu dengan berdzikir mengingat Allah, kembali kepada-Nya, mengingat dosa-dosanya, memohon ampunan-Nya, dan mencela nafsunya sendiri. Ketika selesai mengerjakan semua itu, ia akan kembali kepada qadha dan qadar Tuhannya. Lalu ia berkata,”Ini adalah qadha dan qadar-Nya. Dan, ini sudah ditetapkan Allah untukku.”
Dia akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah di dalam kalbunyaa, bukan lisannya saja. Ketika berada dalam keadaan seperti ini dengan kedua mata tertutup, ia akan mendapati dinding itu hilang. Pada saat ia membuka kedua matanya, pintu dinding itu terbuka, segala bahaya berubah menjadi nikmat, tempat yang sempit menjadi lapang, kesakitan menjadi keselamatan, dan kehancuran menjadi istana.
Semua itu menjadi bukti kebenaran firman Allah SWT, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka..” (QS Ath-Thalaq [65]: 2-3)
Seorang hamba akan tetap menerima nikmat dengan rasa syukur, menerima ujian dengan sikap ridha, mengakui segala salah dan dosa, serta mencela diri sendiri sampai langkah kalbunya berakhir kepada Rabb-nya. Dia terus melangkan dengan dengan amal kebaikan dan tobat dari segala kesalahan, sampai ia mencapai pintu Rabb-nya; mensyukuri nikmat-Nya dan bersabar menghadapi ujian sampai ia mencapai pintu Rabb-nya.
Jika telah sampai disana, dia akan melihat sesuatu yang belum pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam akal manusia.
Jika kalbu seorang hamba sampai kepada Rabb-nya, maka tobat, syukur, sabar, amal baik, lelah dan rasa sakit akan sampai kepada-Nya. Seperti seorang musafir yang telah berhenti di tempat tujuan dan rumahnya kembali hingga yang tersisa adalah mujalasah, mujanasah, musyahadah, muhadatsah dan melihat segala rahasia.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Jala’ Al-Khathir'](https://scontent.fcgk1-1.fna.fbcdn.net/v/t1.0-0/q90/p100x100/14142014_1073347892715144_4171510568601046800_n.jpg?oh=8e129d2877190b6107b7c8ace6159f6a&oe=5848F25C)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar