Senin, 21 September 2015

Ayat Kursi, Penangkal Pengaruh Dursila Setan dan Iblis

Setiap muslim niscaya sering mendengar sebutan ayat kursi . Ayat nan biasa dijadikan wirid usai shalat ataupun wirid nan dibaca setiap pagi dan petang. Ayat ke-255 dari surat al-Baqarah ini memiliki kandungan isi nan sangat luar biasa. Keluarbiasaannya terlihat dari padatnya kandungan makna nan terdapat di dalamnya.



Teks Ayat Kursi dan Artinya
Adalah krusial buat tetap dituliskan ayatnya. Harapannya, bagi nan sudah hapal dapat menjadi makin hapal. Dan untuk nan belum hapal, melalui artikel ini dapat buat segera menghapalnya. Berikut ini bunyi teks arab ayat kursi.

Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum laa takkhuzuhu sinatum wa laa naum. Lahu maa fis samaawaati wa maa fil ardhi man dzal ladzi yasyfa'u 'indahu illaa bi izdnih. Ya' lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum wa laa yukhiituuna bi syaaiin min 'ilmihii illa bi ma syaa´. Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardhi wa laa yaudhu hifdzuhuma wa huwal 'aliyyul 'adziim

(Allah, tak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha hidup, nan monoton mengurus (mahluk-Nya), tak mengantuk dan tak tidur. Milik-Nya apa nan ada di langit dan apa nan ada di bumi. Tidak ada nan bisa memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa nan ada di depan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tak mengetahui sedikit pun tentang ilmu-Nya melainkan apa nan Dia kehendaki. Kursi-nya meliputi langit dan bumi. Dan dia tak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha tinggi lagi Maha besar)



Kandungan Ayat Kursi
Secara eksplisit berdasarkan teks ayat kursi di atas, bisa dipahami ada empat pesan primer di dalamnya.

Mentauhidkan Allah

Di dalam ayat ini, Allah dengan jelas menyatakan bahwa hanya Dia tuhan. Artinya, tidak ada tuhan nan sama atau mirip dengannya. Keesaan-Nya benar-benar mutlak. Dan keesaan-Nya itu juga tinggal. Hanya Dia sendiri nan Maha hidup, selainnya akan mengalami kematian dan kepunahan, kecuali beberapa ciptaan-Nya nan dikekalnya. Ingat, dikekalkan Allah, bukan kekal sendiri. Misalnya, surga dan neraka nantinya.
Mengakui kepemilikan Allah

Di dalam ayat ini, bisa dipahami juga dengan eksplisit kepemilikan Allah. Dengan bahasa ringkasnya bahwa ia nan memiliki langit dan bumi, sungguh menunjukkan bahwa ia maha pemilik. Apa nan ada di langit seluruhnya ialah milik-Nya. 

Demikian halnya nan ada di bumi. Maka, tidak layak manusia arogan jika memiliki sesuatu sebab semua itu ialah milik Allah, bukan milik manusia. Andaikata milik manusia, ketika dicabut Allah dari kepemilikannya, manusia itu tak dapat apa-apa. Tak dapat berontak, apalagi melawan kepada Allah.
Mengakui keluasan Ilmu Allah

Ayat ini juga mengurai dengan ringkas. Dalam ilmu balaghah, ayat ini termasuk kategori bentuk kalimat ijaz (ringkas). Dengan mengatakan, " Dia mengetahui apa nan ada di depan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tak mengetahui sedikit tentang ilmu-Nya melainkan apa nan Dia kehendaki." 

Sudah jelas sekali, bahwa apa nan diketahui manusia hanyalah sedikit. Dan manusia tak mengetahui apa nan ada di ilmu Allah. Maka seharusnya manusia tetap berpikir positif atas apa nan ditetapkan Allah terhadap dirinya. Pasalnya, manusia tak mengetahui apa nan ada pada ilmu Allah.
Mengakui kekuasaan Allah

Ayat ini juga mengajarkan kepada manusia buat mengakui kekuasaan Allah. Ia sebab kekuasaan Allah meliputi langit dan bumi. Seperti firman-Nya berbunyi, " Kursi-nya meliputi langit dan bumi." Tak sedikit pun Allah merasa kesusahan buat menjaganya. 

Pasalnya, langit dan bumi ialah milik-Nya. Dia nan mengatur apa nan ada di langit dan di bumi, termasuk manusia nan ada di dalamnya. Karena itu, tidak boleh 'nelangsa' jika mengalami kesusahan. Percayalah Allah kuasa membuat kita senang kembali.

Dari keempat kandungan ayat kursi di atas, bisa kita petik ilmu nan sangat bernilai. Ilmu nan mengharuskan kita buat tak boleh berpikiran negatif. Karena apa nan dimiliki, sejatinya milik Allah. Apa nan dialami saat ini, ada pada ilmu Allah. Allah nan lebih tahu apa misteri nan terjadi. Karena itu, ketika harus tetap optimis dan senantiasa berbaik sangka serta berpikiran positif.

Dan terakhir, tidak ada nan dimiliki di global ini milik kita. Semuanya ialah milik Allah. Allah berhak memberikan jatah waktu, baik panjang atau pendek, buat kita. Namun, sekali lagi, kita harus berpikir positif. Harus selalu memancarkan energi positif setiap hari. Yaitu, bersyukur kepada Allah.



Ayat Kursi, Penangkal Pengaruh Dursila Setan dan Iblis
Bagi umat muslim nan rajin membaca Al-Qur'an rasanya nama Ayat Kursi tidak akan asing lagi di telinga sebagai bagian dari ayat nan sangat tersohor khasiat dan manfaatnya. Ayat ini berada di dalam surat Al-Baqaroh ayat 255 nan bunyinya;

Allah tak ada Tuhan melainkan Dia nan Maha Kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, tak mengantuk dan tak tidur KepunyaanNya apa nan di langit dan di bumi. Siapakah nan bisa memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa-apa nan di hadapan mereka dan di belakang meraka, dan mereka tak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa nan dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Dan Allah tak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Ayat ini kemudian disebut-sebut sebagai ayat penangkal pengaruh dursila setan dan iblis. Lantas, apa sahih Nabi Muhammad SAW sebagai panutan muslimin sendiri memuji kehebatan ayat kursi?



Penjelasan
Turunnya Ayat Kursi ini terjadi pada satu malam selepas masa Hijrah Rasul dari Mekah Al-Mukarromah menuju Madinah Al-Munawwaroh. Dalam catatan riwayat, diceritakan bahwa saat ayat ini diturunkan maka ribuan malaikat menjadi saksi dan mengantarkannya kepada Muhammad.

Semua ini sebab kebesaran dan kemulian ayat nan menyebut dua nama Allah nan maha besar, yakni Al-hayyu dan Al-Qayyum. Sementara para setan dan iblis menjadi kalangkabut sebab mereka sadar, bahwa telah turun ayat nan akan menjadi tameng dan perintang bagi mereka dalam melancarkan aksi-aksinya menggelincirkan umat Islam ke tanah neraka.

Apalagi setelah Rasulallah SAW langsung memanggil dan memerintah kepada Zaid bin Tsabit, nan kelak dikenal sang penulis teks Al-Quran, buat segera mencatat lalu menyebarkan kabar baik turunnya ayat ini. Dalam perjalanannya, syahdan terdapat 95 hadits nan kemudian menjelaskan keutamaan ayat kursi ini. Lantas kenapa ayat ini disebut dengan ayat kursi?

Jawabannya ialah sebab di dalam surat ini ada kata 'kursy' nan bermakna kursi atau dalam kontek Allah ialah singgasana. Tentu saja bukan singgasana layaknya loka duduk para raja-raja tetapi konotasinya lebih pada singgasana dunia kebesaran Allah.



Hadist
Dalam sebuah riwayat hadits, dikisahkan Abu Hurairah ra. pernah berdebat dengan setan nan mencuri harta zakat. Lalu setan tersebut berkata:

"Biarkan saya mengajarimu beberapa kalimat nan Allah memberimu kegunaan dengannya. Jika engkau berangkat tidur, bacalah ayat kursi. Dengan demikian, akan selalu ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tak akan mendekatimu sampai pagi."

Ketika hal ini kemudian oleh Abu Hurairah dikonfirmasikan kepada Rasulullah SAW, maka beliau beliau menjawab;

"Sungguh ia (setan) telah jujur, padahal ia banyak berdusta." (HR. al-Bukhari).

Sementara itu dalam sebuah kisah nan lain dan mempunyai kemiripan dengan kisah di awal telah diriwayatkan bahwa Ubay bin Ka'b ra. menyebutakan bahwa si jin juga mengatakan;

"Barangsiapa membacanya ketika sore, ia akan dilindungi dari kami sampai pagi. Barangsiapa membacanya ketika pagi, ia akan dilindungi sampai sore." (HR. ath-Thabran).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar