Berawal NUR itu keluar dari HATI yaitu PERASAAN yang merupakan
ISTANA MUHAMMAD
di pancarkan-lah ke PIKIRAN menjadi AKAL yang merupakan
ISTANA ALLAH kemudian
dari situ-lah keluar menjadi suatu TINDAKAN dan
tindakan atau PERBUATAN
yang ber-ulang-ulang akan menjadi suatu
KEBIASAAN dari kebiasaan menjadi
suatu KARAKTER selanjutnya akan
menentukan NASIB orang tersebut.
“ZIKIR NAFI ITSBAT”
Cara Zikir Nafi Itsbat :
1. Istighfar – 7x = “Astaghfirullaha Robbi Min Kulli Zanbin Wa Atubu Ilaihi”
2. Niat : ini adalah adab, etika dalam berdoa, mohon izin dengan cara
menghadiahkan ‘pahala’ bacaan (Al-Fatihah+Qul Huwa Allah) kepada para
guru-guru, sebut saja mulai guru awal sampai guru akhir, yang sudah
dikenal (sebutkan) atau yang belum dikenal (bayangkan sejenak), mohon
keberkahan dari amalan ajaran ini, hadiahkan juga ‘pahala’ ini kepada
semua leluhur “kramat” mulai dari bapak, kakek, dan seterusnya (kalau
kenal sebutkan kalau tidak bayangkan sejenak) dengan segala kerendahan
hati ucapkan :
“Ya Allah! Dengan izinMu aku hadiahkan “karomah”
dari bacaan Fatihah dan Qul Hu Allah kepada sekalian arwah para guru,
para leluhur yang saya maksudkan”.
Selepas niat langsung baca :
3. Alhamdu Syarif – 1x = “Surah Al-Fatihah dengan A’uzubillah dan Bismillah”
4.Qul Huwa Allah – 3x = “Surah Al-Ikhlas dengan Bismillah”
5.Selepas itu fokus lagi lalu bayangkan hadirnya Maut –
(Caranya :
ucapkan dalam hati,
“Aku sudah mati…,
rasakan ketika dimandikan orang…,
kemudian dikafankan orang….,
lalu di-sholat-kan orang…,
dan dihantarkan
orang jenazah aku kedalam liang lahad…,
gambarkan itu semua”)
6.
Buang nafas dan tahan di bawah pusat serta angkat lidah ke
langit-langit.
Hati mengucapkan ‘LA’ sambil menariknya dari pusat naik
ke otak dan
ketika menyebut lafadz ‘ILAHA’ hendaklah membawanya ke arah
bahu kanan dan
ketika menyebut lafadz ‘ILLA ALLAH’ hendaklah dihempaskan
ke hati,
dengan merasakan kesannya terhadap semua Lataif Alam Amar dan
Alam Khalaq
tanpa menggerakkan lidah dan anggota tubuh.
Zikirlah sampai “merasa fana” dan ketika hendak melepaskan nafas
sambung dengan ucapkan MUHAMMADUR RASULULLAH.
7. Tawajjuhkan diri terhadap hati dan hati bertawajjuh kepada Allah Ta’ala.
Ini adalah Wuquf Qalbi.
8. Senantiasa Muraqabah dengan menggambarkan limpahan Faidhz dari Allah Ta’ala
jatuh ke hati kita.
9. Sesudah beberapa lama kemudian, ucapkan dalam hati dengan rasa rendah diri
ucapan “Baz Gasht” yaitu :
Bagi peringkat awal ucapkan :
• “Ilahi Anta Maqsudi Wa Ridhoka Matlubi”
• “Ya Tuhanku! Maksudku hanyalah Engkau dan Keredhaan Mu yang aku harapkan”
Bagi peringkat pertengahan hendaklah menambah ucapan:
“A’tini Mahabbataka Wa Ma’rifataka”
“Karuniakanlah Cinta dan Ma’rifat Mu”
Bagi peringkat tinggi sebelum itu harus diucapkan:
“Taraktu Ad-Dunia wa Al-Akhirah laka A’tini Mahabbataka wa Ma’rifataka”
“Telah ku lepaskan Dunia dan Akhirat karena Engkau,
Karuniakanlah Cinta dan Ma’rifatMu”.
• Wuquf Qalbi dan Baz Gasht adalah di antara syarat-syarat Zikir.
10. Di dalam satu majelis hendaklah mengerjakan zikir ini sebanyak 2000x sehari
dalam waktu 2 jam berzikir.
11. Begitu juga ketika berjalan, berbaring, bangun dan duduk, berwudhu
ataupun tidak, setiap waktu dan keadaan hendaklah tetap tekun berzikir
sehingga amalan zikir itu menjadi sifat yang tertanam dalam hati agar
dapat menghasilkan penyucian batin dan menghasilkan
Tawajjuh hati dan
hadir hati terhadap Allah.
Tanda-Tanda Penyucian Batin Dan Warna Nur Lataif
Serta batas-batas Sayr Afaqi Dan Sayr Anfusi
Cahaya Nur-nur Latifah selalu dzahir pada pandangan batin ahli-ahli
Kasyaf,
hal ini disebabkan karena tuntunan ilmu mereka, maka
nampaklah
penyaksian Musyahadah dalam diri mereka.
Para Ahli Kasyaf telah
menerangkan Nur Latifah-latifah ini dan
menetapkan warna-warna tertentu
untuk setiap Latifah tersebut, sebagai berikut :
1. Qalb – Kuning
2. Ruh – Merah
3. Sir – Putih
4. Khafi – Hitam
5. Akhfa – Hijau
Pada awalnya warna nur-nur tersebut ‘di luar diri’ dinamakan Sayr
Afaqi.
sesudah itu mereka akan memperhatikan warna cahaya nur-nur itu di
dalam batin mereka dan ini dinamakan Sayr Anfusi.
Yang
dimaksudkan dengan Sayr Afaqi adalah bermula dari bawah ‘Arash
sampai
sebawah-bawahnya dan
yang dimaksudkan dengan Sayr Anfusi adalah bermula
dari atas ‘Arash
hingga seatas-atasnya.
Apabila semua Latifah ini
telah keluar dari daerah Qalibiyah dan
menuju naik dan bertawajjuh ke
arah Asal Usulnya sampai ke ‘Arash ini dinamakan Sayr Afaqi.
Dan
apabila dari atas ‘Arash, maka dia mengalami Jazbah tarikan dan untuk
naik ke atas lagi, maka di situlah dinamakan permulaan Sayr Anfusi.
Tentang “Kashaf ‘Ayani Dan Kashaf Wijdani”
Bagi orang-orang yang Ahli Kashaf, mereka dapat menyaksikan warna cahaya Nur-nur
tersebut dalam pandangan mereka.
Akan tetapi di zaman ini, mungkin
disebabkan makanan yang halal sudah tercampur dengan perkara Syubhah,
maka orang yang mencapai Kashaf ‘Ayani semakin berkurangan.
Kebanyakan
para penuntut memperolehi Kashaf Wijdani..
Perbedaan antara
Kashaf Wijdani dan Kashaf ‘Ayani adalah,
orang yang memiliki Kashaf
‘Ayani dapat melihat secara dzahir dari satu Maqam ke Maqam yang lain.
Orang yang memiliki Kashaf Wijdani belum…….
Tentang “Muraqabah Ahadiyyat”
Muraqabah adalah suatu kegiatan kerja menunggu serta menantikan
limpahan karuniah Faidhz dari Mabda Faidhz yakni sumber pernyataan dan
penampakan Faidhz yaitu Hadhrat Allah dan melihat, serta memperhatikan
limpahan karuniah Faidhz tersebut jatuh pada Mawrid dirinya yaitu tempat
terjatuhnya Faidhz pada kedudukan Latifah.
Kedudukan di mana
limpahan Faidhz itu terjatuh, maka mana-mana Latifah itu dinamakan
sebagai Mawrid Faidhz.
Karena itulah Para Masyaikh telah menetapkan bagi
setiap Maqam ,
ada Muraqabah tertentu baginya.
Para Masyaikh telah menetapkan amalan Muraqabah Ahadiyyat.
Yang dikatakan Muraqabah Ahadiyyat itu adalah Muraqabah terhadap Hadhrat Zat Maha
Tinggi yang terhimpun padaNya segala Sifat-Sifat yang sempurna dan suci dari segala sifat
kekurangan, kelemahan dan keaiban, bahwa Nama yang Mubarak yaitu Allah adalah bagi
Dzat yang dinamakan denganNya.
Dalam kegiatan Muraqabah, perkara yang perlu diperhatikan bahwa hendaklah kita
memperhatikan limpahan Faidhz dari Hadhrat Dzat Yang Maha Suci jatuh ke Latifah Qalb.
Tentang “ Zikir Rabitah”
Cara melakukan zikir ini adalah :
1. Membayangkan rupa wajah Mursyid dalam fikiran
2. Memelihara rupa bentuk Mursid di dalam hati
3. Membayangkan rupa kita ini sebagai rupa Mursyid kita.
Apabila amalan Rabitah ini telah menguasai murid, maka dia akan melihat
pada segala sesuatu dan akan kelihatan rupa Hadhrat Mursyidnya.
Hal ini dinamakan “Fana Fi Syaikh”.
Bahwa dari permulaan menjalani tarikat, mulai dari ‘Arash turun ke
bawah akan mendapati rupa Mursyid meliputi semuanya dan bahwa setiap
gerak diamku itupun akan merasakan sebagai gerak diam Mursyid juga.
“Apabila setiap tembok dan dinding telah berubah menjadi cermin,
saat
datang ‘zauq’, di mana saja aku melihat Engkau ada disitu Mursyidku”
(Syair)
Zikir semata-mata tanpa Rabitah dan tanpa “Fana Fi Syaikh” tidak akan sampai,
karena bertentangan dengan Rabitah Mursyid.
Ketahuilah
bahwa jalan Tarekat Rabitah jika dibandingkan dengan semua
jalan Tarekat lainnya
adalah merupakan jalan Tarekat yang paling
terdekat untuk mencapai Makrifat.
Nur muhamad ada pd setiap man
BalasHapususia. Tinggal bgmmanusianya. Carilah guru yg sdh mengalami.maaf maka engkaupun akan mengalaminya.sesuai nasehat gurumu.