Pakaian Para Pejalan - Muhyiiddiin Ibn 'Arabi
27 Maret 2012 pukul 15:00
Pakaian Para Pejalan – Pelayan Faqir Allah,
Muhyiiddiin Ibn al-‘Arabi
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَٰنِ
الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ
Dia Yang menganugerahkan Asmaul Husna-Nya atas
para pelayan-Nya dan para syuhada; bahwa Dia akan memasukkan mereka
(li-yuhilla-hum) ke dalam Cahaya-Nya, tempat yang berkekalan dalam kemuliaan
(al-mahall). Allah memikrajkan (‘arraja) seorang manusia yang berjalan dengan
Asma-Nya, seorang pilihan untuk mengabdi dan diikat-eratkan kepada Diri-Nya
menuju maqom “dua anak panah atau qarib” (qaab qawsayn aw adna’). Qarib-Nya,
hidup dan merasa lepas bebas dalam Jalan kehidupan yang Dikehendaki-Nya, bagai
anak panah yang diluncurkan sang pemanah.
Hadits Qudsi, “Ketahuilah, bukan hal mustahil para
muqorrobiin akan memperoleh apapun yang mereka inginkan, karena keinginan
mereka berasal dari Kehendak-Ku.”
Di antara para pelayan pilihan-Nya, ada
orang-orang yang:
1. Telah menetap maqomnya
2. Gigih berjuang melakukan perjalanan malam
(israa’ u-hu)
3. Menderita dalam ujian tak berkesudahan, dan
mereka tak peduli dengan ujian-ujian berikut yang akan mereka hadapi dalam
pencarian-Nya
4. Allah ambil sebagai Kawan dan Orang Terpercaya,
seorang Kekasih dan Sahabat Qarib
Keempat golongan di atas disebut sebagai saadaat
ahlul amaanah, yaitu mereka yang dapat dipercaya Allah.
Mereka yang menggantungkan diri kepada Ruh
Illaahiyyah memiliki karakter yang berbeda dengan mereka yang bergantung kepada
jasadnya, dan sudah ditentukan sejak penggunaan Tangan yang dipergunakan untuk
mencipta. Manusia yang diciptakan dengan Tangan Kanan-Nya akan memperoleh
keberuntungan, sebaliknya Tangan Kiri. Tetapi karena Berkah-Nya meliputi segala
sesuatunya, dengan Rahmat-Nya Allah menjadikan yang jauh menjadi dekat. Insya
Allaah, ia yang diciptakan dengan Tangan Kiri pun bisa mendekat kepada-Nya,
mencapai Takdir sempurnanya. Dengan lisaan al-haal-Nya, Al-Haqq telah berbicara
kepada inti qalb (sirru-hu) nya, “Hal itu hanya terjadi bilamana Kami
Berkehendak!” dan betapa Dia selalu menanti penuh kerinduan Kehadiran
atribut-Nya (shifaat, af’al, perbuatan-Nya) dalam dada setiap manusia. Karena
itu, mendekatlah, wahai, yang diciptakan dengan Tangan Kanan maupun Tangan
Kiri.
الْحَمْدُ لِلَّهِ
, dengan tahmid seseorang yang berbicara melalui ‘Hu (Dia yang tak tercerapi)’,
bukan ‘aku’ sebagai manusia – dan ketika syukur-Nya dikirimkan kepada para
al-amaanah dan dituangkan ke dalam ‘wadah besar (qalb)’, maka keberuntunganlah
yang akan mereka peroleh. Berkah Allah bagi para utusan pilihan yang tak henti
mengajarkan al-quran mulai dari huruf per huruf, makna per makna kalimat dari
ayat, hingga makna dari suara/ bunyi kalimat-kalimat (ayat).
Setelah bertahmid dan berdoa serta menuturkan
limpahan anugerah dan kegembiraan yang Allah karuniakan bagi pencari teguh-Nya,
aku berkata, “الْحَمْدُ لِلَّهِ
, Yang membimbing kita menuju-Nya – dan tiada bimbingan selain oleh-Nya.
Sesungguhnya, setiap utusan-Nya membawa Al-Haqq!”
Qs. 7 : 26
يَا بَنِي
آدَمَ
قَدْ
أَنْزَلْنَا
عَلَيْكُمْ
لِبَاسًا
يُوَارِي
سَوْآتِكُمْ
وَرِيشًا
ۖ
وَلِبَاسُ
التَّقْوَىٰ
ذَٰلِكَ
خَيْرٌ
ۚ
ذَٰلِكَ
مِنْ
آيَاتِ
اللَّهِ
لَعَلَّهُمْ
يَذَّكَّرُونَ
[٧:٢٦]
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian (libaas) untuk menutup auratmu dan pakaian indah (riisan)
untuk perhiasan (al-ziinah). Dan pakaian takwa (libaas al-taqwa) itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah , mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Aspek yang harus ada (al-libaas al-zaahir) dari
seorang taqwa adalah malu, merupakan pakaian bagi orang yang bertaqwa –
berfungsi sebagai pelindung. Pakaian yang indah (riisan), adalah sesuatu yang
diberi hiasan (al-ziinah) – “Hiasan dari Allah yang dianugerahkan-Nya bagi para
pelayan”, harta karun yang berasal dari Dia Al-A’la, tempat Dia menyimpan
Perhiasan-Nya (khaalisah = akhlak yang tinggi) bagi para orang-orang beriman
dalam hidup dunia dan akhirat. Dan mereka pun tiada akan dihisab.
Qs. 38 : 46
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ
بِخَالِصَةٍ
ذِكْرَى
الدَّارِ
[٣٨:٤٦]
“Sesungguhnya Kami telah mengikhlaskan mereka di
dalam khoolisah (akhlak yang tinggi) yaitu selalu mengingatkan kepada negeri
akhirat (ad-daar).”
Pakaian beserta perhiasan yang dipergunakan tubuh
lahir, jika pergunakan tanpa Tujuan dan Kehadiran-Nya, hanya akan menimbulkan
kesombongan dan keangkuhan. Maka hanya akan menjadi perhiasan bagi hidup di
dunia saja (al-hayaah al-dunyaa). Pakaian yang dipergunakan hanya satu, tetapi
hisabnya menjadi bermacam-macam sesuai tujuan pemakainya.
Pakaian Taqwa, Allah kirimkan ke dalam qalb
(batin) para pelayan-Nya, dan manifest ke lahirnya. Seperti pada hari akhir
nanti, Pakaian Taqwa ibarat ‘sesuatu’ yang menutupi (libaas daruurii) hal
memalukan yang terdapat dalam aspek batin (saw’aat al-bathiin) manusia. Pada
dasarnya, ketakutan kepada Allah akan menutupi/ menghijabi kita dari sesuatu
yang dilarang Allah (taqwaa l-mahaarim).
Bagai pakaian indah (riisan) yang dikenakan oleh
tubuh lahir, maka akhlak mulia (makaarim al-akhlaaq)
yang tampil dalam perilaku seseorang menunjukkan
tingkat kebaktian (pengenaan) seorang manusia kepada Sang pencipta. Seseorang
yang mengetahui kebenaran, akan memiliki sifat memaafkan dan pendamai. Tetapi
sebenarnya, kebenaran itu sendiri merupakan salah satu cara manusia untuk
menghiasi dirinya sendiri dengan akhlak (pakaian) Allah – dan pakaian taqwa
merupakan syariat bagi kita untuk ditunjukkan Jalan.
Pakaian Taqwa manifest dalam bentuk lahiriyyah
sebagai syariat yang dijalankan sang pelayan; dan tampilannya akan berbeda pada
setiap pelayan dalam variasi tujuan dan maksud penciptaan, sehingga pakaian
taqwa yang diberikan pun berbeda macamnya. Tetapi para pelayan-Nya menggunakan
dua macam pakaian itu, dan menghiasi diri mereka dengan keduanya agar bisa
dikombinasikan menjadi Dua Kualifikasi Terbaik (al-husaynayayn) untuk
dikenakan/ ditampilkan sederhana (lahiriyyah). Pakaian itu menjadi tanda bahwa
mereka adalah keluarga Allah dan menjadi pertimbangan adab (suhbah wa-adab)
yang dijalankan.
Pakaian takwa setiap orang, tergantung fitrahnya –
sesuai dengan apa-apa yang ada di batinnya – apa-apa yang Allah letakkan dalam
hati pelayan-Nya.
Hadits Qudsi, “Bumi dan lelangitku tidak dapat
memuat-Ku, tapi qalb hambaku yang mukminlah yang mampu memuat-Ku.”
Pakaian memuati pemakainya. Manakala Allah hadir
dalam batinku, derajatku pun ditingkatkan di antara para ‘aliim-Nya. Lalu,
lahirlah puisi ini:
Pakaian Qalb
Di antara para ‘aliim, aku bukan yang paling tamak
akan pengetahuan
dengan Jalan dan Rahasia-Ku – aku paling kikir?
Oh, tentu saja tidak! Tentu aku bukan seorang yang
tamak,
tetapi tepatnya aku seorang dermawan, memiliki
pengetahuan yang banyak sekali:
Aku akan mengeluarkan khazanah-Nya
ketika qalb ku memanifestasikan Kehadiran-Nya!
Aku lah Matahari, mengungkapkan Hakikat-Ku Sendiri
dengan Kehendak-Ku;
dan Bulan-bulan yang turun menyingkapkan-Ku.
Manakala Aku Berkehendak, segala sesuatunya akan
bersesuaian dengan keadaan-Ku.
Begitupun Bintang-bintang akan menyingkapkan-Ku.
Ketidakhadiran-Ku menjadikan malam gelap gulita
dan dunia tak bisa memandang-Ku.
Ketika Pakaianku ‘ditutupi’ Hakikat-Nya,
segala sesuatunya akan menjadi Cerdas!
Kesalahan harus ditutup dengan kebenaran
(al-sidhq); dan khianat harus ditutupi dengan thawb al-amaanah;
Ketidaksetiaan ditutup dengan kesetiaan (khirqat
al-wafaa’); dan kemunafikan ditutup dengan keikhlasan;
Akhlak buruk ditutup dengan akhlak mulia (makaarim
al-akhlaaq); dan perilaku tercela ditutup dengan bersyukur (al-mahaamid); dan
setiap karakter jasadiyyah ditutup dengan karakter yang lebih tinggi (khuluq
sanii);
Ketidakyakinan harus ditutup dengan tawhiid
al-tajriid;
Ketidaktawakalan ditutup dengan iman Didalam
Allah.
Kufur ni’mat(kufr al-ni’mah) ditutup dengan
bersyukur (syukr al-mun’im)
Hiasilah dirimu di dalam Pakaian Allah (zinaat
Allaah) dengan akhlak mulia (malaabis al-akhlaaq al-mahmuudah), seperti:
1. Diam (al-samt) pada sesuatu yang bukan menjadi
urusanmu
2. Menghindari mata dari memandang sesuatu yang
tidak benar
3. menjadikan seluruh anggota tubuh takut kepada
Allah
4. Menjauhi sifat khianat
5. Memeriksa/ membaca dengan teliti (tasaffuh)
setiap detil perilakumu yang akan ditulis detil oleh Sang Pena
6. Merasa cukup (al-qonaa’ah) dengan yang sedikit,
kecuali dalam beramal shaleh
7. Memeriksa akhlaaq al-nafs
8. Senantiasa mencari ampunan Allah (ta’aahud
al-istighfaar) dan pelajari al-quran
9. Melaksanakan adab kebiasaan para Nabi
(al-aadaab al-nabawiiyyah) dan pelajari akhlaaq al-shaalihiin
10. Berjuang keras melaksanakan ad-diin dan
kerahiman (arhaam)
11. Berbuat baik kepada para tetangga
12. Mengabdikan diri kepada para pelayan-Nya.
Rasulullah Muhammad saw. bertanya, “Adakah di antara kalian yang bisa seperti
Abuu Damdam? Begitu ia bangun pagi, berseru, ‘Ya, Allah, sesungguhnya aku
memberikan diriku sebagai abdi bagi para pelayan-Mu’.”
13. Memenuhi kebutuhan orang lain
14. Perlakukan teman-teman maupun musuhmu dengan
ma’ruuf, rendah hati, lembut, dan pengendalian diri
15. Maafkan perilaku saudara-saudaramu
16. Jangan memperdebatkan ajaran para utusan
sekarang dan terdahulu yang menyebabkan kamu memilih-milih mereka
17. Meninggalkan perkumpulan/ kelompok/
kumpul-kumpul, kecuali menyeru mereka untuk mendzikiri Allah, merasakan
Kehadiran-Nya atau mengenalkan Allah
18. Merasa terpikat sehingga terus-menerus
melafalkan ayat-ayat Allah
19. Tidak membicarakan sesuatu yang menyebabkan
dosa
20. Meniadakan marah – kecuali terhadap orang yang
sudah benar-benar keterlaluan menghina Kemuliaan Allah (mahaarim Allaah) – dan
mendiadakan kebencian, kedengkian dan dendam di dalam qalb mu
21. Maafkan orang yang menyakitimu – bahkan jangan
membela dirimu
22. Tetap jangan ikuti kesalahan mereka yang
selama ini sudah berakhlak baik (menjadi suri teladan); barangkali kesalahan
mereka tidak disengaja, jadi bukan sesuatu untuk ditiru
23. Lindungi perempuan
24. Hormati para ulama dan ahli agama (ahlul diin)
25. Hormati jaman: dan hormati pemimpin Negara
baik muslim maupun non-muslim sesuai dengan hukum agama
26. Beradab yang baik kepada Allah dan setiap
orang – masih hidup ataupun sudah meninggal, sedang ada atau tidak
27. Membuktikan kesalahan orang yang memfitnah
kaum muslim
28. Mewaspadai banyak bicara, membual, omong
kosong, sikap berpura-pura, dan memuji diri sendiri – sesungguhnya, banyak
bicara akan menyebabkan seseorang terjatuh pada dosa
29. Hormati orang besar, kasihi dan sayangilah
yang lemah, berkahi mereka yang berakhlak baik – carilah orang-orang yang
membutuhkan harta bendamu dengan menginfakkan dan mensedeqahkannya
30. Ramah, menghibur, dan mengurus setiap tamu
dengan baik
31. Sebarkan kedamaian dan silaturahiim sesuai
dengan aturan agama, dan janganlah menjadi orang yang mengutuk, merusak nama
baik, mencari kesalahan, dan memarahi orang
32. Jangan membalas dendam meskipun engkau berada
di pihak yang benar, kecuali jika engkau bisa ‘membalasi’nya dengan cara yang
ihsaan
33. Memberi nasehat kepada pencari Allah,
utusan-Nya, dan pemimpin muslim dengan Tujuan Allah
34. Jangan mendoakan keburukan dan mengutuk orang
lain, khususnya para pelayan Allah – baik yang masih hidup ataupun sudah
meninggal. Kau tidak tahu bagaimana maqom akhir dari orang yang engkau doakan
dan kutuk
35. Jangan mengatakan bahwa keinginan seseorang
itu berasal dari syahwatnya belaka
36. Jangan mendominasi/ menguasai (al-riyaasah)
orang lain
37. Jangan meminta anak-anakmu untuk melayani
keinginanmu
38. Waspadai orang-orang yang memperbincangkan
(bergunjing) dirimu dan orang lain
39. Mencintai semua orang-orang beriman baik yang
merugikanmu maupun yang berbuat baik kepadamu, karena cinta mereka kepada Allah
dan utusan-Nya. Jangan membenci mereka yang memandang rendah dirimu dan lainnya
sedang mereka tetap berpandangan kepada Allah dan Rasulullaah Muhammad saw.
Rasulullaah saw. bertanya kepadaku, “Mengapa
engkau begitu marah?”
Aku menjawab, “Karena kemarahannya. Dia telah
memarahi seseorang.”
Beliau saw. menjawab, “Tidak tahukah engkau bahwa
ia mencintai Allah dan aku?”
Aku menjawab, “Tahu, ya, Rasulullaah.”
“Lalu mengapa engkau tidak mencintainya demi
cintamu kepadaku,” Rasulullaah Muhammad saw. bertanya lagi, “Kapan kau marah
kepadanya dikarenakan marahnya kepada orang lain?”
Aku segera menjawab, “Wahai, Rasulullaah, mulai
sekarang aku tidak akan melakukannya lagi! Tiada guru (mu’allim) sebaik engkau,
yang selalu mengingatkanku akan kesalahan, khilaf, dan apa yang luput dariku.”
40. Tidak merasa senang dengan reputasi terkenalmu
di kalangan manusia, bahkan jangan pernah menginginkannya. Apakah nanti
reputasimu akan kau bawa mati?
41. Di antara para orang beriman, jangan engkau
mengganggap dirimu sebagai orang yang layak mendapatkan pujian, memiliki akhlak
mulia lebih daripada pejalan lainnya, kecuali jika memang niatmu adalah ingin
menjadi orang yang tiada tertandingi
42. Jangan mengkhusyukkan – dengan memperlihatkan
– perilaku zahirmu, kecuali jika memang batinmu telah sebenar khusyuk
43. Jangan memiliki keinginan untuk
bermegah-megahan di dunia
44. Tidak peduli apakah orang lain mengambil
manfaat atau tidak darimu
45. Tidak (memiliki ke-) ingin (-an) orang lain
untuk mendengarkan kata-katamu
46. Tidak disusahkan dengan kata-kata orang yang
tidak mengenakkan tentang dirimu
47. Bersabar bersama dan tinggal lama dengan
Al-Haqq: “Dan bersabarlah bersama siapa saja yang mendzikiri Allah, pagi dan
petang, mencari Wajah-Nya. Jangan membelakangi mereka, jangan ingin memiliki
perhiasan hidup di dunia, jangan menentang mereka yang qalb nya penuh
mendzikiri Allah. Katakanlah, “Al-Haqq datangnya dari Tuhanmu!” Jadi,
barangsiapa yang mau, maka dia akan beriman. Barangsiapa yang tidak mau,
biarkan saja dia tidak beriman.”
48. Penuhilah kebutuhan jasadmu dalam batas wajar,
dan jangan pernah menuntut siapapun untuk mengikuti macam dan kadar kebutuhanmu
49. Berilah salaam kepada setiap muslim yang
engkau jumpai, dan balaslah mereka yang menyalamimu; keduanya dengan suara yang
pat damereka dengar
50. Hati-hati jangan sampai membicarakan kekikiran
orang kaya atau mereka yang saling bersaing dalam memperbanyak harta kekayaan,
dan jangan pernah iri dengan apa yang mereka miliki
51. Sertai Allah dalam setiap pengambilan keputusan
baik engkau sedang berada bersama orang beriman maupuan orang yang memusuhimu.
Jangan membalas musuhmu meski mereka menindasmu
52. Berjihadlah melawan syahwat dan hawa nafsumu;
sungguh, merekalah musuh terbesarmu!
53. Jangan banyak berbelanja ke pasar/ tempat
perbelanjaan, bahkan sekedar untuk jalan-jalan
54. Bersabarlah terhadap keputusan imam agamamu,
bahkan jangan pernah menyerang seorang muslim dengan kata-kata yang akan
menyebabkan ia diusir dari jama’ah
55. Peganglah dengan teguh pernyataan para nabi.
Apa-apa yang mereka nyatakan, untuk itulah mereka diutus
56. Tinggalkan orang-orang munafik dengan tetap
berpegang teguh kepada al-quran dan al-qadar
57. Hindari perkumpulan sesat dan para bid’ah
58. Membuang ketamakan, kedengkian dan kesombongan
jauh-jauh dari qalb
59. Masuklah ke dalam al-jamaa’ah orang beriman,
karena serigala akan memakan domba yang tersesat sendirian
60. Janganlah tergesa-gesa untuk bersegera
melakukan suatu urusan selain dalam 5 hal:
- Shalat, awal waktu merupakan saat terbaik
- Mendatangi majelis ilmu
- Menghidangkan makanan kepada tamu sebelum
bercakap-cakap
- Menguburkan jenazah
- Menikahkan anak perempuan begitu matang usianya
61. Berusaha keras dengan ikhlas melaksanakan
nasihat para pelayan-Nya
62. Berhenti melakukan hal syubhat, dan
meningkatkan kualitas shalat dengan menyempurnakan segala hal terkait dengannya
63. Menghisab diri rendahmu sebelum datangnya Hari
Penghisaban
64. Keluar dari kebodohan menuju Pengetahuan yang
benar: dan bahwasanya pengetahuan yang benar merupakan pengetahuan terbaik
karena Tujuanmu adalah Dia; dan hormati penolakan orang terhadap pengetahuanmu
65. Tidak berangan-angan dan menghindari tipuan
(daar al-ghuruur) nya
66. Meyakini bahwa betapa menjijikkannya diri
rendahmu. Orang-orang beriman selalu meyakini bahwa diri rendah selalu mencari
hal-hal yang menjadi kesenangan (khaatir madhmuum = hedonis?) baginya
67. Memerangi ketidakadilan dalam dirimu
68. Memperbaiki kebiasaan (adab, pola, gaya dll)
makanmu
69. Memperbaiki hubungan antar sesama manusia, dan
hubungkan kembali yang terpecah sebelum Allah membawa masalah itu pada Hari
Perhitungan
70. Tidak berprasangka buruk kepada Allah dan
manusia, tetapi tetaplah waspada
71. Mencintai dan membenci (al-hubb wa-l-bughd)
seseorang atau sesuatu hanya karena Allah; dan cintailah (al-mawaddah) Keluarga
para utusan-Nya – berkah dan perlindungan Allah bagi mereka! – dan ikatlah
persaudaraan (al-muwaalaah) dengan Kebenaran
72. Banyak menangis demi meraih Cinta-Nya
73. Bermohon dan berdoalah kepada-Nya sepanjang
hari
74. Berjalan di atas Jalan dengan istiqomah
75. Dalam keadaan apapun, selalu rendahkanlah
dirimu di hadapan Allah – Tinggikanlah Dia!
76. Mewaspadai segala bentuk keluhan dan merasa
diri tidak berguna dengan senantiasa bersyukur (syukr al-mun’im) atas segala
anugerah-Nya kepadamu
77. Engkau selalu menginginkan Allah dalam setiap
keadaan apapun
78. Menolong setiap orang di dalam amal shalehmu
(al-birr = kebaktian, Qs. 2 : 177 ) dan bertaqwalah (al-taqwa)
Qs. 2 : 177
لَيْسَ الْبِرَّ
أَنْ
تُوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ
قِبَلَ
الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ
وَلَٰكِنَّ
الْبِرَّ
مَنْ
آمَنَ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ
وَآتَى
الْمَالَ
عَلَىٰ
حُبِّهِ
ذَوِي
الْقُرْبَىٰ
وَالْيَتَامَىٰ
وَالْمَسَاكِينَ
وَابْنَ
السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ
وَفِي
الرِّقَابِ
وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ
وَآتَى
الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ
بِعَهْدِهِمْ
إِذَا
عَاهَدُوا
ۖ
وَالصَّابِرِينَ
فِي
الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ
وَحِينَ
الْبَأْسِ
ۗ
أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ
صَدَقُوا
ۖ
وَأُولَٰئِكَ
هُمُ
الْمُتَّقُونَ
[٢:١٧٧]
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang shodaquu; dan mereka itulah al-Muttaqiin.”
79. Memenuhi panggilan al-daa’ii
80. Membantu orang-orang yang tertindas (nusrat
al-mazluum)
81. Menghibur orang-orang yang sedang berduka dan
hapuskan air mata mereka
82. Menghabiskan siangmu dengan beramal shaleh
(turun kepada makhluk) dan malam-malammu dengan bercakap-cakap intim bersama
Allah – sesungguhnya menghabiskan malam dengan bertahajjud adalah lebih baik
bagimu. Al-Mutahajjudiin: orang yang berjaga sepanjang malam. Merekalah yang
akan memperoleh al-haqq.
83. Mengingat mati dan mengunjungi kuburan, tetapi
jangan mengkeramatinya
84. Memberi berkah pada acara pamakaman dan
antarkanlah jenazah ke pemakaman – paling depan jika engkau berjalan kaki, dan
bagian belakang jika berkendaraan
85. Santuni yatim piatu, kunjungi orang sakit,
bersedeqahlah kepada faqir miskin, dan cintailah para ahlul khayr (ahli
kebaikan)
86. Rutin (dawaam) mendzikiri-Nya dan takut
(muraaqobah) kepada-Nya
87. Muhaasabah al-nafs dalam setiap perilaku lahir
dan batin
88. Akrab dengan kata-kata Allah (uns bi-kalaam
Allaah) terutama Al-Quran
89. Mengambil hikmah dari setiap hal terdengar,
tampak, dan terasa
90. Bersabar dalam menanti ketetapan Allah (ahkaam
Allaah). Sesungguhnya engkau berada di dalam Pengawasan-Nya (bi-‘ayni-hi).
Qs. 52 : 48
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ
رَبِّكَ
فَإِنَّكَ
بِأَعْيُنِنَا
ۖ
وَسَبِّحْ
بِحَمْدِ
رَبِّكَ
حِينَ
تَقُومُ
[٥٢:٤٨]
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu,
maka sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.”
الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ
الْعَالَمِينَ
Sumber: Nasab al-Khirqoh, trjemahan teks Arab ke
Inggris oleh Gerald Elmore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar