MARI MELEPAS BELENGGU DUNIA!
Orang yang zuhud sangat memahami kehinaan dan kefanaan duniawi.
Baginya, dunia adalah penjara, sebagaimana hadis Nabi:
“Dunia adalah penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim).
Jadi, ketika dia mampu melepaskan diri dari belenggu dunia yang hina,
melalaikan dan menyesatkan,
maka sebenarnya dia sedang membebaskan dan memerdekakan dirinya sendiri.
Seorang yang zuhud sangat menyadari bahwa harta benda, kedudukan, dan keluarga hanyalah hiasan dunia.
Ini adalah belenggu-belenggu yang hanya membuatnya menjadi budak.
Semua itu tak dapat menyertainya saat menghadap Allah.
Karena itu Rasulullah SAW bersabda,
“Mayit diantar (ke kuburan) oleh tiga hal,
yang dua akan kembali sedang yang satu terus menyertainya.
Dia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya.
Harta dan keluarganya akan kembali,
sedang amalnya akan terus tetap bersamanya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Karena itu, Rasulullah SAW sangat khawatir
dengan apa yang akan terjadi pada kaumnya nanti sepeninggalnya.
Beliau sangatt tahu bahwa kelak umatnya akan terjerumus
pada kehidupan dunia dan materialisme
hingga melupakan tujuan hidupnya sebagai hamba.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Bergembiralah dan berharaplah apa yang menggembirakan kalian,
demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian,
tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian
seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian,
lalu kalian berlomba mengejarnya
sebagaimana mereka berlomba mengejarnya,
lalu dunia membinasakan kalian seperti dia telah membinasakan mereka.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Orang yang mengaku berzuhud adalah
yang selalu ingin bebas dari belenggu dunia dan berharap serta menyiapkan diri
untuk pertemuan dengan Allah.
Mereka sangat merindukan pertemuan dengan-Nya,
karena cintanya kepada Allah di atas cinta-cinta yang lain.
Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa mencintai perjumpaan dengan Allah,
Allah juga mencintai perjumpaan dengannya,
sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah,
Allah juga membenci perjumpaan dengannya.”
Kontan ‘Aisyah atau sebagian isteri beliau berkomentar
‘kami juga cemas terhadap kematian! ‘
Nabi lantas bersabda:
“Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar,
seorang mukmin jika kematian menjemputnya,
ia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan karamah-Nya,
sehingga tak ada sesuatu apapun yang lebih ia cintai daripada apa yang dihadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa kepadanya.
Sebaliknya orang kafir jika kematian menjemputnya,
ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya,
sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya,
ia membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nafsu dan syahwat tak akan mampu mempengaruhi tujuan hidup seorang zuhud
yang menginginkan perjumpaannya dengan Allah di surga.
Orang zuhud selalu menjaga panca inderanya
dari segala yang menghalangi kesaksiannya kepada Allah.
Syahwatnya terarah dan terkendali dengan baik.
Sahl bin Sa’ad r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.”
(HR. Al-Bukhari)
Surga bagi orang zuhud begitu dekat, sangat dekat.
Bahkan, di dunia ini, seorang zuhud mampu merasakan surga.
Abdullah bin Mas’ud r.a. menuturkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya,
neraka juga seperti itu.” (HR. Al-Bukhari).
Orang yang zuhud pun menyadari bahwa neraka sangat dekat dengan mereka
yang selalu mengumbar hawa nafsu dan syahwatnya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu),
sedang surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu).” (HR. Al-Bukhari)
Cinta seorang zuhud kepada Allah begitu besar dan dahsyat.
Tak ada cinta dunia yang tersisa di kalbunya.
Nafsunya telah tunduk kepada dirinya.
Dia telah berhasil melumpuhkannya.
Dia telah bebas dari belenggu apa pun, demi cinta kepada Allah, Al-Haqq.
Dan, tobatnya benar-benar telah sempurna dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul Asrar mengatakan,
“Mahabbah (cinta) kepada Allah tidak akan tercapai,
kecuali setelah engkau melumpuhkan musuh-musuh-Nya
yang ada di dalam wujudmu sendiri..
Seperti halnya, nafsu amarah, lawamah, dan mulhamah,
setelah terlumpuhkan maka lantas membersihkan diri dari
sifat-sifat bahimiyah
(binatang jinak) yang tercela, seperti makan, minum, tidur dan bercanda yang berlebihan.
Juga membersihkan hati dari
sifat-sifat sabu’iyyah (binatang buas),
seperti marah, mencaci, memukul, memaksa.
Juga membersihkan diri dari dari
sifat syaitaniyah (sifat-sifat setan),
seperti sombong, ujub, hasad, dengki, dendam, dan dari sifat-sifat badan
dan hati yang tercela lainnya.
Jika engkau sudah bersih dari sifat-sifat tercela tadi,
berarti engkau sudah bersih dari sumber dosa.
Maka engkau termasuk orang-orang suci dan ahli tobat.
Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar