Senin, 28 Desember 2015

Bulan Ilahi itu Ramadlan Namanya

Bulan Ilahi itu Ramadlan Namanya
Allah Turun ke muka bumi,
dengan Ridla, Mahabbah, Dloman, Ulfah, dan Nur-Nya.
Katanya bulan itu melebihi pendaran seribu purnama,

karena Senyum Ilahi membungkus Gairah RinduNya
Kecintaan Agung kepada para hambaNya.

Bulan itu, Ramadlan namanya.
Tak ada kenangan paling indah sepanjang masa,
kecuali kenangan yang tercitra jadi impian keabadian.
Allah, Meridloi kita, ketika kaki kita melangkah pertama, di pintu-pintu syurga.
Allah mengunci neraka, bara nafsu, dan memenjarakan liarnya hewani kita,
Allah membelenggu syetan-syetan yang berselingkuh di bilik urat nadi jiwa.
Lalu Allah memaafkan kita, Allah mencintai kita, Allah membebaskan kita.
Tak ada yang mengenang lebih panjang, lebih indah,
dibanding dengan pelaminan syurga di muka semesta.
Ketika dua pecinta berpandangan dengan cahaya jiwa,
lalu berpelukan dalam keteguhanhakiki,
lalu saling melepas dalam jarak kerinduan agungnya.

Ketika seluruh cahaya berkumpul,
Ruh-ruh suci menyatu,
milyaran Malaikat berhamburan,
dalam barisan-barisan yang digerakkan oleh
Kemahabesaran dan Kemahaindahan….
Disanalah Malam Kepastian (Lailatul Qadar):
Mahkota-mahkota Pengantin Ilahi dikenakan.
Keharuan yang melahirkan airmata.
Airmata yang yang bergolak dalam gelombang cinta dan kasih,
menjadi bahan-bahan jagad semestaraya.

Kelopak mata kita yang sembab ini
adalah kelopak “Kun’’, dan ketika “Fayakuun”,
airmata itu membelah pipi-pipi tulip Kemaha-IndahanNya,
dalam KemahabesaranNya.

Lalu selembar Lauhul Mahfudz di GenggamanNya
Sekadar untuk mencatat Kisah CintaNya,
Lalu disana tertulis

“Puasa ini hanya untukKu wahai hambaKu dan kekasihKu
Biar aku sendiri yang membalas cintamu, luruh kerinduanmu
Karena Aku mencintaimu”

Amboi, gulungan-gulungan ombak di di samuderaNya
Bunga-bunga dibermusim di Syajarah KauniyahNya
Mengembang dengan warna-warni:

RidlaNya
MahahabbahNya
DlomanNya
UlfahNya
NurNya

Lima macam bunga yang menghapus
seluruh keindahan dan semerbak semesta
Entah apa namanya, bidadarikah itu,
atau syurga-syurgaNya?

Yang jelas, tarian-tarian syurgawi itu mengepakkan sayap-sayap Keindahan
Sebab Mahkota Ilahi segera diturunkan, di selubung rahasia gua Hira
Dalam pelukan panglima Ruh
Jibril.

Dari kesunyian itu cahaya muncah menerangi kegelapan semesta
Kekafiran, kemusyrikan, kezaliman, ketidakadilan, ketakaburan
Kemunafikan, kefasikan, kecintaan duniawi
Keangkuhan, kepameran, ketakjuban diri,
Kekeroposan, kedengkian, dan irihati,
Tipusmuslihat, kedustaan, dan kebinatangan
Lapisan-lapisan kegelapan.
Hangus dalam cahayanya
Cahaya dari Maha Cahaya
Di Bulan Cahaya
Untuk lahirkanya Sayyidina yang bercahaya
Muhammad yang bercahaya
Agar lahir hamba-hamba yang bercahaya
Melalui malam paling bercahaya
Allahu Akbar! 

-M. Luqman hakiem-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar