KEADAAN DAN KEDUDUKAN SPIRITUAL.
Teks-teks Tasawuf klasik membedakan antara
keadaan (hal) dan kedudukan (maqam) dalam perjalanan spiritual,
dan sebelum beralih kepada langkah-langkah utama menuju surga,
penting untuk memahami persoalan ini.
Sebuah keadaan adalah kondisi ruhani sementara ,
yang tiba-tiba turun kepada seorang faqir
dan meninggalkannya dengan tiba-tiba pula .
Seraya mengamalkan disiplin di jalan itu ,
orang bisa saja tiba-tiba mengalami perluasan (basth),
atau mungkin orang mengalami penyempitan (qabidh),
seolah-olah Allah telah meninggalkannya.
Seorang murid dapat mengalami takut atau harap ,
sukacita penyatuan, dukacita pemisahan, sebuah gurun atau taman.
Dia berkewajiban untuk melanjutkan amalan ruhani
melalui semua tahapan ini,
termasuk tahap saat dia memiliki pengalaman hebat
tentang cinta yang menggelorakan atau keindahan yang memabukkan.
Bahkan orang biasa sekali-sekali mendapatkan pengalaman batin
yang mirip dengan hal kaum Sufi.
Dalam menghadapi tragedi yang amat besar atau menikmati karya seni
yang agung seperti musik , untuk sesaat tembok ego
seolah-olah ambruk dan orang dapat merasakan pengalaman spiritual
yang terkait dengan kekaguman atau dukacita, sukacita atau keluasan.
Biasanya pengalaman langka seperti itu dalam kehidupan orang biasa
hanya bertahan sebagai sebuah kenangan , namun sebagian orang,
itu merupakan kesempatan untuk mengubah arah gerak kehidupan
mereka menuju Allah alih-alih menjauh dari-Nya.
Bagi orang yang menjalankan Tasawuf ,
pengalaman seperti ini biasanya lebih sering terjadi dan
mempengaruhi kehidupan spiritual secara lebih langsung.
Misalnya,
bagi mereka yang memiliki kepekaan pendengaran terhadap
musik suci dan tradisional tetapi tidak menjalankan disiplin jalan Sufi,
mendengar musik seperti itu dapat menempatkan mereka
ke dalam sebuah hal, yang akan berhenti ketika musik itu berakhir.
Bagi seorang faqir,
musik seperti itu terkait dengan sama'
seperti arus angin yang membantu sayap jiwa
untuk terbang lebih tinggi ke arah langit ,
dan pengaruhnya pada jiwa berlanjut
setelah musik itu sendiri berhenti.
Singkatnya,
keadaan spiritual merupakan merupakan elemen penting
perjalanan ruhani dan membantu jiwa dalam perjalanannya
asalkan itu tidak menjadi terikat oleh sebuah hal
dan senantiasa diingat bahwa tujuan dari jalan itu
bukanlah untuk mengalami fenomena ini atau itu,
meskipun bersifat spiritual ,melainkan Allah.
Banyak orang yang telah mengalami keadaan spiritual sementara
atau bahkan permanen , dan kemudian berhenti menempuh
di jalan itu setelah mendapatkan berbagai kekuatan psikis
bahkan visi tentang dunia perantara tetapi gagal
untuk mencapai Yang Esa ,yang merupakan tujuan dari jalan itu.
Berbeda dengan keadaan spiritual (hal),
kedudukan spiritual (maqam) bersifat permanen.
Itu bagaikan berbagai dataran tinggi yang dicapai seseorang
dalam pendakian gunung ,
tempat orang dapat beristirahat dalam perjalanan ke puncak ,
tapi tentu saja ia harus terus berjuang untuk mencapai puncak.
Tercapainya sebuah kedudukan menyiratkan
tingkat pencapaian spiritual yang tinggi .
Itu merupakan buah dari kerja keras (jihad) di dalam jiwa
untuk mengalahkan kelemahan-kelemahannya
dikombinasikan dengan rahmat.
Ketika seseorang di dalam tarekat Sufi disebut
"pemilik sebuah kedudukan",
itu berarti ia telah mencapai tingkat realisasi ruhani yang tinggi .
Kedudukan itu , terkadang oleh Sufi-Sufi tertentu ,
juga disebutsebagai tempat-tempat turun (manazil)
dan tempat perhentian atau perhentian spiritual
(mawaqif,
yang terutama berkenaan dengan akhir dari berbagai perhentian),
biasanya ditandai oleh kebajikan-kebajikan ruhani ,
yang pencapaian masing-masingnya
menandakan sebuah stasiun di jalan itu.
#SHN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar