Jika memang diri itu Hayat (Ruh),
hendaknya kita jangan berhenti pada Ruh saja,
akan tetapi teruskan dan tembuskan pandanganmu itu
kepada Hal dan Sifat Allah Ta’ala.
Sekiranya pandanganmu itu berhenti hanya kepada Nyawa saja,
maka sesungguhnya kita salah dalam memahami pernyataan bahwa ”Diri itu Ruh”.
Sebab tatkala Ia Nasab bagi sekalian tubuh Nyawa namanya,
tatkala Ia keluar masuk Napas namanya,
tatkala Ia berkehendak Hati namanya,
tatkala Ia percaya akan sesuatu Iman namanya, dan
tatkala Ia dapat memperbuat sesuatu Akal namanya.
Pohon Akal itu adalah Ilmu,
inilah jalannya
dan inilah yang disebut sebenar-benarnya diri.
Jika demikian adanya maka
dapat dikatakan bahwa sekarang ini kita hanya bertubuhkan Ruh semata-mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar