GURU SPIRITUAL DAN MURIDNYA .
SANG GURU.
Didalam Al-Qur'an (al-Kahfi ayat 65 dan seterusnya )
terdapat kisah terkenal tentang Musa,
yang ditampilakan disini sebagai pembawa Hukum dan
demikian aspek eksoterik dari agama ,
serta Kaidir (lebih dikenal sebagai Khidir) ,
nabi misterius yang dikaitkan dalam Yudaisme dengan Elias dan
fungsi inisiasi serta bimbingan ruhani yang dijalankan oleh Elias ,
sehingga juga mencakup dimensi esoterik agama bagi Islam.
Musa meminta dibolehkan menemani Khidhir dalam perjalanan,
tetapi dia pada awalnya menolak sampai Musa berjanji
tidak akan mempertanyakan satu pun dari tindakannya.
Mereka berangkat dengan perahu , dan
di tengah laut Khidhir mulai mengebor sebuah lubang
di bagian dasar perahu. Musa protes ,
dan Khidir mengingatkan tentang janjinya.
Kemudian mereka bertemu seorang anak muda
yang lalu dipenggal oleh Khidhir , Musa protes lagi ,
dan sekali lagi Khidir mengingatkan tentang janjinya.
Akhirnya mereka tiba di sebuah kota ,
yang orang-orangnya tidak bersikap ramah kepada mereka.
Khidhir dan Musa menemukan sebuah dinding yang sudah ambruk.
Khidhir membangunnya kembali .
Musa bertanya mengapa ia melakukan itu
tanpa bayaran di sebuah kota yang begitu tidak ramah
sementara ia bisa saja meminta bayaran untuk tenaganya.
Khidhir menyatakan bahwa
karena Musa terus saja mengkritik perbuatannya, dia tidak dapat lagi
melakukan perjalanan bersama Khidhir ,
tetapi sebelum berpisah dari Musa dia mengungkapkan kepadanya
maksud tersembunyi dari tindakannya,
menunjukkan melalui penjelasannya kebenaran bahwa
setiap bentuk lahiriah memiliki makna batiniah.
Khidhir memberi tahu Musa bahwa ia melubangi perahu
untuk mencegahnya pergi lebih jauh
ke tempat di mana seorang raja menyita semua kapal -kapal ;
karena perahu itu milik orang miskin.
Khidhir ingin mencegah penyitaannya.
Adapun sang pemuda, orangtuanya adalah orang yang beriman
sedangkan dia adalah orang kafir yang menindas orangtuanya
dan akan membunuh mereka.
Allah akan menggantikan dia dengan keturunan yang saleh
dan berbelas kasihan.
Akhirnya,
tentang tembok di kota itu, dibawahnya ada yang tersembunyi
harta milik dua anak yatim dan ditinggalkan di sana
oleh seorang ayah yang baik.
Dia membangun kembali tembok itu agar harta tersebut
tidak akan digali da diambil oleh orang lain, tetapi akan tetap terjaga
sampai anak yatim itu cukup usia.
Musa dan Khidhir meninggalkan kota ,
tetapi melalui pengalaman baru
Musa menyadari kenyataan batin
dari hal-hal yang tersembuyi darinya
sebelum melakukan perjalanan.
Cerita ini adalah protitipe dari fungsi guru spiritual
untuk mengajari murid-murid dan
untuk memperlihatkan kepada mereka , kapan mereka siap
untuk memahami makna batin dari beberapa hal.
Dalam literatur Sufi, pada kenyatannya, guru spiritual ,
yang biasanya disebut syaikh, pir,
(keduanya berarti orang yang lebih tua) , mursyd (pembimbing),
dan murad (orang yang dicari oleh kehendak sang murid),
juga disebut Khidhir jalan spiritual (khidr-i-rah) dalam bahasa Persia)
Seperti yang dikatakan Hafizh dalam salah satu puisinya yang terkenal :
""Kita berjalan menembus kegelapan ,
di manakah Khidhir jalan ini ?
Jika ia tidak ada ,
Api kemelaratan akan membakar harta kita".
Anggur spiritual , anggur murni yang disebutkan dalam Al-Qur'an
dan begitu sering dikutip, dalam karya-karya Sufi , adalah
api Cinta Ilahi dan sekaligus cahaya pengetahuan yang mencerahkan
dan makrifat.
Ia juga merupakan seruan Nama-Nama Allah.
Sang murid adalah cawan kosong dari minuman cinta diri
yang berasa tajam.
Guru spiritual dengan demikian adalah saki yang menuangkan
anggur lelangit ke dalam wujud sang murid.
Pencari yang serius mencari saki yang autentik dan
tidak berhenti daalam pencahariannya hingga sang saki itu ditemukan.
"Di manakah engkau wahai Saki ,
dimanakah engkau ?
Datanglah demi jiwaku yang merindu anggur ,
Anggur merah darah yang murni di surga.
Datanglah !
Wahai Saki, tuangkan anggur mu ke dalam cawan jiwaku.
Dimana pun engkau ,
aku akan mencari dan menemukanmu,
Dan setelah kutemukan , takkan pernah kubiarkan pergi,
Sampai dahaga ku terpuaskan dan wujudku terbenam
Di dalam anggur yang kita minum saat fajar prakekal,
Dan akan minum lagi pada malam bahagia
dalam kehidupan duniawi kita.
Seorang syaikh atau guru spiritual dapat ditunjuk oleh gurunya sendiri,
atau tugas ini dapat diturunkan dari langit pada orang tersebut.
Dalam kedua kasus itu dibutuhkan penobatan Ilahi,
Sepanjang sejarah ada banyak orang yang pura-pura menjadi guru
dan tak pernah sebanyak sekarang,terutama di Barat.
Selama abad yang lalu telah banyak muncul apa yang disebut
lingkaran Sufi, baik di Amerika dan Eropa yang tak ada kaitannya
dengan rantai tradisonal penyampaian kekuatan esoterik dari otoritas
(silsilah) entah sama sekali tidak ada, mencurigakan atau
tersembunyi secara misterius.
Sebuah contoh kasus adalah Gurdjief , yang pada awal bad kedua puluh
mengklaim di Prancis sebagai menyebarluaskan ajaran Sufi
tanpa pernah menunjukkan kaitannya dengan rantai Sufi yang autentik.
Atau kita dapat menyebutkan Idris Shah , yang berusaha mengajarkan
Tasawuf dengan terlepas Islam di Amerika dan Eropa.
Keautentikan seorang guru dinilai dari kualitas muridnya ,
sebagaimana kata pepatah , pohon dinilai dari buahnya.
Tetapi ada juga beberapa kriteria eksternal untuk menentukan
siapakah guru yang sebenarnya , seperti ortodoksi dalam pengertiannya
yang terdalam dan bukan hanya pada tataran formal,
penguasaannya untuk mengobati penyakit jiwa tertentu ,
otoritas spiritual, dan unssur kesucian .
Sang Guru bisa jadi tua atau muda ,laki-laki ataupun perempuan ,
Arab, Persia, Turki, ataupun dari etnis lain tetapi dalam semua kasus
dia harus menampakkan sesuatu dari rahmat Muhammad, atau barakah,
dan menunjukkan pengetahuan tentang jalan yang dia tunjuki.
Salah satu guru Sufi yang paling besar dari abad yang silam menulis
dalam sebuah puisi sehubungan dengan dirinya sendiri :
"Teman,
jika kebenaran tentang keadaanku telah kau mengerti
jalan ini terhampar di hadapanmu,
ikutilah jejak langkahku,
karena demi surga,
tak ada keraguan di sini,
tak ada khayalan samar.
Aku mengenal Allah,
dengan pengetahuan setengah rahasia, setengah nyata.
Aku meminum cawan cinta , dan kemudian memilikinya,
dan ia telah menjadi milikku untuk selamanya..
Allah mengganjar orang yang mencurahkan Rahasianya kepadaku,
karena karunia, karunia sejati , adalah membukakan Rahasia.
Aku sembunyikan Kebenaran pada satu waktu ,
dan menutupi-Nya dengan baik.
Dan barangsiapa yang menjaga Rahasia Allah
akan mendapatkan ganjarannya.
Kemudian ketika sang Pemberi menjamin
bahwa aku boleh menunjukkan-Nya,
Dia persiapkan aku - entah bagaimana aku tidak tahu -
untuk bersihkan diriku,
dan pasangkan pedang keteguhan di pinggangku,
dan curahkan kebenaran dan ketakwaan ,
dan Anggur kepadaku,
yang selalu ingin diminum semua yang pernah meminumnya,
bahkan orang mabuk ingin menjadi lebih mabuk,.
Lalu kudatang untuk menuangkan-Nya - bukan,
akulah yang memeras-Nya
Adakah orang lain yang menuangkannya di zaman ini ?"
Puisi ini memuat ciri dasar seorang guru Sufi sejati,
yang mencakup kemampuan untuk menjaga rahasia Allah
serta memberitahukan apa yang harus diberitahukan kepada mereka
yang siap untuk menerimanya.
Tasawuf kadang-kadang disebut Mazhab Rahasia (asrar) ,
suatu istilah yang merujuk kepada Misteri Ilahi .
Fungsi sang guru adalah untuk menerima Misteri tersebut,
merealisasi Pengetahuan Ilahi , mendapatkan anggur ,
dan menuangkannya ke dalam setiap cawan , yaitu
masing-masing murid sesuai dengan kapasitasnya.
Sang Guru mewakili otoritas Nabi di dalam walayah/wilayah
dan mencerminkan di dalam dirinya sendiri Nama-Nama Allah
yang Maha Pengampun serta Maha Mulia.
Tetapi di atas semua itu, sang guru merupakan cerminan Nama Tuhan
pada tataran manusia, Pemberi Petunjuk (al-Hadi),
yang dengan itu ia mampu menuangkan anggur ke dalam cawan diri
murid-muridnya.
Tidak semua orang, sekalipun sejak awal memenuhi syarat,
cocok untuk menjadi murid bagi setiap guru yang ia temukan,
meskipun murid itu memenuhi syarat,
dan tidak pula setiap guru sesuai dengan untuk setiap murid,
meskipun ia autentik secara spiritual.
Ada berbagai jenis manusia dan berbagai dimensi kenyataan spiritual
yang tercakup yang tercakup dalam Tasawuf.
Dengan cara yang sama , Allah melalui rahmat - Nya memperlihatkan
agama-agama yang berbeda dan dalam Islam hal itu dimungkinkan
dengan berkembangnya berbagai bentuk tarekat Sufi ,
di dalam masing-masingnya.
Dia telah hadirkan syaikh-syaikh dengan berbagai karakteristik .
Wajarlah apabila anggota tarekat tertentu membanggakan
dan bahkan dalam beberapa kasus memutlakkan
kedudukan guru mereka sendiri,
sebagaimana banyak pengikut sebuah agama
memutlakkan agama mereka sendiri dan risalah pendirinya.
Dalam kedua kasus, terdapat unsur kemutlakan masa kini.
Akan tetapi, "rasa kemutlakan" dalam sebuah agama
atau sebuah jalan spiritual yang autentik tidak memungkiri
jalan autentik lainnya atau tradisi agama-agama lainnya,
karena mereka berasal dari yang Mutlak.
Saat ini , jumlah guru-guru besar Sufi tidak sebanyak dimasa lalu.
Namun demikian ,kita bisa menemukan guru-guru autentik
baik di Timur maupun di Barat bahkan di tengah begitu banyak
Tasawuf palsu.
Fenomena semacam ini - mengklaim Sufi asli
tetapi yang biasanya tak berhubungan dengan Islam - tumbuh subur ,
sayangnya , dengan begitu mudah di Barat hari ini,
sedangkan guru-guru Sufi yang asli serta ajaran-ajarannya yang berakar
sangat kuat dalam tradisi Islam dan selalu dimuali dengan fondasi
Hukum Tuhan atau Syari'ah menemukan kesulitan yang lebih besar
untuk berfungsi dengan baik.
Peran murid adalah mencari guru yang autentik ,
yang kepadanya ia dapat tunduk sepenuhnya.
Orang yang memerlukan bimbingan harus selalu ingat
ucapan inisiatik Kristus :
"Banyak yang terpanggil, tetapi sedikit yang terpilih".
#HSN,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar