Minggu, 20 Desember 2015

SELAWAT NABI, RUKUN DAN SYARAT DOA TERKABUL

Imam Al-Qasthalani dalam kitab Masalik Al-Hanfa mengatakan, 
“Sebagian ulama berkata: 
‘Jika harapan-harapanmu sukar terpenuhi, 
maka perbanyaklah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.”

Al-‘Arif billah Sayyid Muhammad bin Umar Al-Qashri mengatakan,
 “Membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW adalah sebuah keharusan 
bagi para salik di awal perjalanan spiritualnya, 
dan terus-menerus membaca selawat baik siang maupun malam. 

Selawat dapat menjadi penolongnya selama menempuh perjalanan spiritual 
dan meraih kedekatan kepada Allah SWT 
dibandingkan dengan macam dzikir yang lain.

Selawat juga merupakan kunci untuk membuka pintu hidayah menuju Allah SWT. 
Sebab 
Nabi Muhammad SAW adalah perantara (washilah) antara kita dengan Allah; 
penunjuk jalan bagi kita menuju kepada-Nya; 
orang yang memperkenalkan kita kepada-Nya. 
Maka, 
bergantung kepada perantara adalah lebih utama 
daripada langsung kepada dzat yang dituju. 
Karena, 
perantara adalah faktor utama bagi kita 
untuk bisa berhubungan dengan Tuhan yang Mahaagung dan Mahakuasa; 
kunci utama untuk masuk ke tempat-tempat yang berada di dekat dengan-Nya. 

Nabi Muhammad SAW adalah perantara (washilah) antara makhluk dan Tuhan.”

Menurut Imam Al-Qasthalani, 
“Ketahuilah, 
tak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak Nabi kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali sangat cinta kepada Nabi, 
dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi 
kecuali dengan cara memperbanyak bacaan selawat. 
Sebab, 
barangsiapa yang suka pada sesuatu, 
maka 
dia akan sering menyebut-nyebutnya.
Karena itu, 
bagi seorang salik, 
ia mesti memulai jalan spiritualnya dengan memperbanyak bacaan selawat 
atas Nabi Muhammad SAW. 

Mengingat bacaan selawat menyimpan keajaiban-keajaiban luar biasa 
dalam rangka pembersihan jiwa dan penerangan batin, 
di samping masih banyak lagi rahasia-rahasia dan faedah-faedah 
yang tidak mungkin dihitung oleh angka dan bilangan.

Seorang salik, 
perlu memiliki hati yang ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah 
ketika membaca selawat atas Nabi sehingga dia mampu memetik buah selawat 
dan barokahnya yang bertebaran. 

Selawat di sepanjang jalan mencari Tuhan 
bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi hidayah yang diperlukan. 

Barangsiapa yang menghiasi kalbunya dengan lampu shalawat,
 maka dia akan mampu melihat segala hakikat tauhid 
berkat cahaya terang selawat tersebut.”

Rasulullah SAW bersabda, 

“Semua doa tertolak, 
kecuali dia membaca selawat untuk Muhammad dan keluarganya,” 
Hadis ini diriwayakan oleh Ath-Thabrani 
dalam kitab Al-Awsath, dan 
dari Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, ia berkata: 

“Setiap doa pasti terhalangi oleh sebuah tabir antara pemohon doa dan Allah. 
Kecuali orang itu membaca selawat, 
maka tabir tersebut akan terbakar, dan doa itu akan menembusnya. 
Jika orang itu tidak membaca selawat, maka doanya akan terpental.”

Dalam kitab Asy-Syifa dari Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: 

“Jika di antara kalian ada yang mengharapkan sesuatu dari Allah, 
maka hendaklah memulai doanya dengan puja dan puji kepada-Nya, 
disusul dengan membaca selawat atas nabi-Nya, 
baru kemudian menyampaikan hajatnya (harapan). 
Hal yang demikian ini lebih berpeluang besar untuk terkabulkan.”

Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Husaini r.a. berkata, “Ibnu ‘Atha berkata,
 ‘Doa memiliki rukun-rukun tertentu, sayap-sayap, sebab-sebab, dan waktu-waktu khusus.

 Jika memenuhi rukun-rukunnya maka doa itu akan menjadi kuat. 
Jika memiliki sayap-sayap maka ia akan terbang ke langit. 
Jika tepat waktunya maka ia akan berjalan terus. 
Dan jika memenuhi sebab-sebab maka doa itu akan terkabulkan.

Rukun-rukun doa adalah 
hati yang khusyuk, 
konsentrasi, 
lembut,
 pasrah diri, 
bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan 
melepaskan diri dari ketergantungan kepada faktor apa pun (selain Allah). 

Sayap-sayap doa adalah ketulusan dan kejujuran. 

Waktu berdoa adalah di malam hari.

 Sebab-sebabnya adalah 
membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW.”

--As-Safinah Al-Qadiriyah Li Asy-Syaikh ‘Abd Qadir Al-Jailani Al-Hasani
--------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar