FUAD
Pernahkah mendaki gunung dan berdiri di puncaknya?
Gunung di seberang, terasa lebih dekat dan jelas
Pemandangan di kaki gunung akan terpahat indah di retina
Langit seperti lengkung kubah mengatap di atas kepala
Lalu bunga atau ilalang di sepanjang tubuh gunung,
Bukan saja rekahnya membilurkan rasa takjub
Namun menyentuhnya pun
membinarkan tasbih yg meredup
Seperti itulah perjalanan jiwa yang mendaki
dari maqom ke maqom spritual.
Saat ada di puncak pendakian,
Allah akan menganugrahi FUAD pada diri manusia
yaitu hati yang tidak berdusta
terhadap apa-apa yang dilihatnya.
( qs 53 :11 ).
Mata hatinya mampu melihat
apa yang tak mampu ditatap oleh pengelihatan fisiknya.
Pandangannya tembus
melampaui tirai yang menghijab
antara dirinya dengan Tuhannya.
Sehingga,
jiwanya tak menjadi pelabuhan Prasangka.
Bukankah sebagian prasangka hanya melahirkan dosa?
( Qs 49 : 12 ).
Bahkan Allah berkata melalui lisan rosulullah SAW :
Takutlah dengan firasat orang-orang mukmin,
karena dia memandang dengan cahaya Tuhannya
(at Tarmizi).
Berbeda
dengan mereka yang tak pernah mendaki
dan hanya berkutat di kaki gunung.
Dia tak akan pernah tahu,
apa yang ada di puncak gunung.
Jiwanya pun selalu di penuhi prasangka.
karena dia baru memiliki QOLB,
yaitu hati yang berbolak balik.
Dan menjadi sebuah kebodohan
bila berprasangka buruk terhadap manusia lain,
sekalipun itu hanya bersitan melintas.
Maka,
tempuhlah pendakian bersama Pemandu Jalan Sejati.
Sekalipun kaki-kaki kita harus tersangkut akar pohon
Atau jari-jari kita terluka tertusuk ranting dan duri-duri tanaman.
Bahkan harus bertemu dan bergulat dengan binatang buas.
Karena itulah resiko sebuah pendakian.
Selamat menempuh jalan kesunyian, wahai pecinta-NYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar