Para
awliyaaullah adalah seperti gunung.
Ada banyak gunung di bumi.
Ketika Allah menciptakan bumi, bumi terguncang.
Ia tidak seimbang,
jadi Allah meletakkan gunung-gunung di atasnya,
di mana-mana , untuk menahan bumi bersama-sama.
Awliyaaullah adalah gunung-gunung ini,
mereka mewakili pegunungan ini dalam dimensi spiritual.
Seorang wali bagaikan gunung
yang di dalamnya hidup binatang liar dan binatang jinak.
Apa yang hidup di gunung?
Segala jenis binatang, baik yang liar maupun yang jinak.
Burung-burung, ada yang buas dan ada yang tidak.
Ular, yang buas dan ada pula yang jinak;
misalnya ular-ular hitam ini yang biasanya baik untuk pertanian.
Kalajengking, ada kalajengking yang menyengat dan ada pula yang tidak.
Cacing, ada yang menggigit dan ada pula yang tidak.
Jadi
di pegunungan ini hidup segala jenis binatang.
Dan wali itu seperti gunung yang menanggung
semua perilaku baik dan buruk, karakter baik dan buruk dari para pengikutnya.
Dan itulah sebabnya mengapa
Mawlana membiarkan mereka dengan karakater liarnya,
untuk menyemir mereka, dan
beliau menjaga karakter jinaknya untuk membangun mereka!
Tetapi
beliau tidak pernah keberatan.
Gunung tidak pernah mengatakan,
“Mengapa binatang buas ini hidup dalam diriku?” atau
“Mengapa binatang jinak ini hidup dalam diriku?”
sama halnya dengan awliyaullah,
mereka tidak akan mengatakan hal itu.
Mereka akan mengatakan,
“Mengapa aku harus mengusir orang dengan sifat yang buruk ini?
Biarkan mereka tinggal dengan perilaku liarnya,
aku akan menyemirnya.
Dan orang yang jinak ini, biarkan ia tinggal,
aku akan meningkatkan levelnya.”
Saya tidak akan menentukan siapa yang liar atau siapa yang jinak;
orang dapat membedakannya sendiri.
Bisa saja kita semua liar atau semua jinak; atau kita bisa bercampur.
Grandsyekh (q) berkata,
“Kalian tidak akan pernah mendengar gunung itu menjawab balik.”
Lalu beliau berkata,
"Awliyaaullah bagaikan samudra."
Di samudra,
kalian mempunyai ikan liar dan ikan jinak.
Samudra itu tidak pernah berkata,
“Mengapa aku mempunyai ikan-ikan liar?”
Keduanya hidup di sana, yang liar dan yang jinak,
tetapi samudra itu menanggung lebih banyak dari pada gunung,
karena sampah apa pun yang dilemparkan bumi ini ke dalam samudra,
airnya tetap murni.
Kalian boleh berwudu dengan air itu,
tetapi kalian tidak bisa berwudu dengan air kolam.
Di dalam kolam,
dengan airnya yang sedikit, bila ada sampah masuk,
kalian tidak boleh berwudu atau mandi di dalamnya.
Tetapi di samudra, setiap saat,
jika kalian melompat ke dalam air dan keluar,
sudah termasuk wudu di dalamnya.
Bahkan jika seluruh selokan di dunia masuk ke dalamnya, tidak ada masalah.
Seluruh selokan di dunia,
jika semua air kotor yang berasal dari setiap manusia dan hewan
dimasukkan ke dalam samudra, ia tetap murni!
Dan tetap saja ia tidak mengatakan,
“Mengapa?” atau “Mengapa tidak?”, ia tetap diam.
“Tidak perlu merespon apa-apa tentang suatu isu.”
Kita bicara.
Mereka yang mau mengambil, dapat mengambilnya.
Mereka yang tidak mau, itu terserah mereka,
kita tidak campur tangan.
Iblis mempunyai setan bersamanya dan mereka senang bersamanya.
Awliyaaullah mempunyai muriid dengan mereka
dan mereka senang dengannya.
Pilihlah apa pun yang kalian sukai, mereka tidak peduli.
Tetapi ingatlah:
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Fawqa kulli dzil `ilmin aliim.
Di atas setiap alim terdapat alim yang lebih tinggi.
Jangan coba-coba untuk menjadikan diri kalian sebagai seorang alim,
karena di atas kalian ada orang lain dan di atas orang itu,
ada orang lain lagi.
Itu tidak pernah berakhir!
Jadi apa tugas kita?
Mempersembahkan bunga dan berhati-hati,
karena fitnah muncul ketika kalian menolong orang
tetapi ia mengkhianati kalian,
lalu mereka memutarbalikkan segalanya
dan kalian menjadi orang yang dituduh menusuk mereka.
Ada banyak gunung di bumi.
Ketika Allah menciptakan bumi, bumi terguncang.
Ia tidak seimbang,
jadi Allah meletakkan gunung-gunung di atasnya,
di mana-mana , untuk menahan bumi bersama-sama.
Awliyaaullah adalah gunung-gunung ini,
mereka mewakili pegunungan ini dalam dimensi spiritual.
Seorang wali bagaikan gunung
yang di dalamnya hidup binatang liar dan binatang jinak.
Apa yang hidup di gunung?
Segala jenis binatang, baik yang liar maupun yang jinak.
Burung-burung, ada yang buas dan ada yang tidak.
Ular, yang buas dan ada pula yang jinak;
misalnya ular-ular hitam ini yang biasanya baik untuk pertanian.
Kalajengking, ada kalajengking yang menyengat dan ada pula yang tidak.
Cacing, ada yang menggigit dan ada pula yang tidak.
Jadi
di pegunungan ini hidup segala jenis binatang.
Dan wali itu seperti gunung yang menanggung
semua perilaku baik dan buruk, karakter baik dan buruk dari para pengikutnya.
Dan itulah sebabnya mengapa
Mawlana membiarkan mereka dengan karakater liarnya,
untuk menyemir mereka, dan
beliau menjaga karakter jinaknya untuk membangun mereka!
Tetapi
beliau tidak pernah keberatan.
Gunung tidak pernah mengatakan,
“Mengapa binatang buas ini hidup dalam diriku?” atau
“Mengapa binatang jinak ini hidup dalam diriku?”
sama halnya dengan awliyaullah,
mereka tidak akan mengatakan hal itu.
Mereka akan mengatakan,
“Mengapa aku harus mengusir orang dengan sifat yang buruk ini?
Biarkan mereka tinggal dengan perilaku liarnya,
aku akan menyemirnya.
Dan orang yang jinak ini, biarkan ia tinggal,
aku akan meningkatkan levelnya.”
Saya tidak akan menentukan siapa yang liar atau siapa yang jinak;
orang dapat membedakannya sendiri.
Bisa saja kita semua liar atau semua jinak; atau kita bisa bercampur.
Grandsyekh (q) berkata,
“Kalian tidak akan pernah mendengar gunung itu menjawab balik.”
Lalu beliau berkata,
"Awliyaaullah bagaikan samudra."
Di samudra,
kalian mempunyai ikan liar dan ikan jinak.
Samudra itu tidak pernah berkata,
“Mengapa aku mempunyai ikan-ikan liar?”
Keduanya hidup di sana, yang liar dan yang jinak,
tetapi samudra itu menanggung lebih banyak dari pada gunung,
karena sampah apa pun yang dilemparkan bumi ini ke dalam samudra,
airnya tetap murni.
Kalian boleh berwudu dengan air itu,
tetapi kalian tidak bisa berwudu dengan air kolam.
Di dalam kolam,
dengan airnya yang sedikit, bila ada sampah masuk,
kalian tidak boleh berwudu atau mandi di dalamnya.
Tetapi di samudra, setiap saat,
jika kalian melompat ke dalam air dan keluar,
sudah termasuk wudu di dalamnya.
Bahkan jika seluruh selokan di dunia masuk ke dalamnya, tidak ada masalah.
Seluruh selokan di dunia,
jika semua air kotor yang berasal dari setiap manusia dan hewan
dimasukkan ke dalam samudra, ia tetap murni!
Dan tetap saja ia tidak mengatakan,
“Mengapa?” atau “Mengapa tidak?”, ia tetap diam.
“Tidak perlu merespon apa-apa tentang suatu isu.”
Kita bicara.
Mereka yang mau mengambil, dapat mengambilnya.
Mereka yang tidak mau, itu terserah mereka,
kita tidak campur tangan.
Iblis mempunyai setan bersamanya dan mereka senang bersamanya.
Awliyaaullah mempunyai muriid dengan mereka
dan mereka senang dengannya.
Pilihlah apa pun yang kalian sukai, mereka tidak peduli.
Tetapi ingatlah:
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Fawqa kulli dzil `ilmin aliim.
Di atas setiap alim terdapat alim yang lebih tinggi.
Jangan coba-coba untuk menjadikan diri kalian sebagai seorang alim,
karena di atas kalian ada orang lain dan di atas orang itu,
ada orang lain lagi.
Itu tidak pernah berakhir!
Jadi apa tugas kita?
Mempersembahkan bunga dan berhati-hati,
karena fitnah muncul ketika kalian menolong orang
tetapi ia mengkhianati kalian,
lalu mereka memutarbalikkan segalanya
dan kalian menjadi orang yang dituduh menusuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar