DIALOG MATAHARI DAN REMBULAN
Suatu ketika …
Syams berkata kepada Rumi:
“Kau seorang ulama, pemimpin, pemandu, dan memiliki otoritas.”
“Kau seorang ulama, pemimpin, pemandu, dan memiliki otoritas.”
Rumi menjawab:
“Aku bukan lagi seorang ulama, pemimpin, dan pemandu alam lahiriah.
“Aku bukan lagi seorang ulama, pemimpin, dan pemandu alam lahiriah.
Aku salah satu orang miskin dalam perjalanan yang melampaui akal,
yang diterangi cahaya yang engkau pancarkan.”
Syams kembali berkata:
“Kau masih mempertahankan pemikiran rasional!
“Kau masih mempertahankan pemikiran rasional!
Karena belum sanggup melangkah melampaui akal,
kau bukan penduduk asli di wilayah ini!
Rumi menjawab:
“Mulai saat ini,
“Mulai saat ini,
akan kuselubungi akalku dengan hati.
Aku menjadi hilang akal dengan panduan spiritualmu,
aku menjadi penduduk asli di wilayah ini.”
Syams berkata:
“Kau masih membuat perhitungan!
“Kau masih membuat perhitungan!
Kau belum mabuk oleh cinta!
Kau berasal dari luar dunia ini.
Dunia ini bukan diterangi akal tetapi cinta.
Kau bahkan tak melihat apa yang didepanmu!”
Rumi menjawab:
“Sejak itu, berkat panduan spiritualmu,
“Sejak itu, berkat panduan spiritualmu,
aku menjelma jadi api,
dari ujung rambut sampai ujung kaki
berselubung cinta dan ekstasi.”
Lalu syams berkata:
“Kau pelita bagi masyarakat!
“Kau pelita bagi masyarakat!
Kedudukanmu tinggi.”
Rumi berkata:
“Mulai saat ini,
“Mulai saat ini,
lanteraku telah padam.
Di mataku,
itu tak beda dengan kunang-kunang.
Aku kini berjalan di bawah sinar lentera-lentera lain.”
Syams berkata:
“Kau belum mati.
“Kau belum mati.
Kau masih mempertahankan kehidupan lahiriah.
Kau tak dapat melewati pintu ini
untuk menyeberang ke dunia seberang dengan cara itu.
Kau harus sepenuhnya meninggalkan wujud duniamu.”
Rumi berkata:
“Itu masa lalu.
“Itu masa lalu.
Setelah bertemu denganmu,
aku tidak lagi hidup secara biasa.
Aku telah mati karena menemukan wujud baru.”
Syams berkata:
“Kau masih bersandar pada ego
“Kau masih bersandar pada ego
dalam beberapa hal.
Kau masih mempertahankan posisi dan gelarmu.
Bebaskan dirimu dari semua itu.”
Rumi menimpali:
“Mulai saat ini,
“Mulai saat ini,
aku akan mencari tempat dalam kehadiran Ilahiah
di mana engkau membawaku.
Telah kutinggalkan wujudku yang terdahulu
dan seluruh embel-embelnya.
Telah kulampaui semua itu”.
Syams berkata:
“Kau masih punya lengan dan sayap.
“Kau masih punya lengan dan sayap.
Maka, aku tak dapat memberimu sayap!”
Rumi menjawab:
“Mulai saat ini,
“Mulai saat ini,
aku akan mematahkan lengan dan sayapku
agar menjadi lengan dan sayapmu!”
Dialog Syams bersama Rumi dalam Divan al-Kabir
***
Epilog:
Aku tadinya mati,
lalu menjadi hidup.
Aku tadinya air mata,
lalu menjadi senyum.
Aku mengarungi lautan cinta.
Dan
aku meraih kebahagiaan abadi !
Maulana Jalaluddin Rumi
***
Sumber: Ratapan Kerinduan Rumi by Osman Nuri Topbas
Sumber: Ratapan Kerinduan Rumi by Osman Nuri Topbas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar