Selasa, 18 Oktober 2016

Divan-i Syamsi Tabriz (Jalaludin Rumi

Siapakah Dia? 
Divan-i Syamsi Tabriz (Jalaludin Rumi) 

Siapakah Dia? 
Yang memenuhi dada dengan kesedihan; 
lalu ketika engkau mengeluh-mengaduh pada-Nya, 
diubahnya kepahitanmu menjadi manis. 

Awalnya Dia tampil layaknya pengawas nan teliti; 
sampai akhirnya kau kan dapati Dia 
bagaikan sebuah Gudang Mutiara. 

[1] Kekasih yang Maha Lembut: 
Engkau lah yang dalam sekejap 
mengubah keburukan menjadi kebaikan. 

[2] Walau awalnya jiwa si hamba serendah setan, 
digubah-Nya jadi secantik bidadari. 

[3] Sebuah pemakaman 
dibuat-Nya menjadi seindah pesta perkawinan. 

[4] Dan Dia lah yang membuat orang 
yang mengetahui dan menguasai dunia terbutakan 
dari saat dia segumpal janin dalam rahim ibunya. 

5] Dia yang mengubah kegelapan menjadi cahaya, 
yang mengubah duri menjadi kelopak mawar; 

Dia mencabut duri dari telapak tanganmu 
dan menyediakan untukmu sebuah pembaringan 
yang tersusun dari mawar. 

Bagi Ibrahim, khalil-Nya, api dinyalakan-Nya, 
dan diubah-Nya tanur Namrud 
menjadi sesejuk bunga-bunga merekah. 

[6] Dia limpahkan cahaya pada bintang-bintang, 
dan ditolongnya mereka yang tak berdaya. 
Dia mengganjar hamba-Nya, bahkan memuji mereka. 
Dia lah yang membuat dosa para pendosa berserakan 
bagai dedaunan dilanda angin bulan Desember; 
ke telinga mereka yang menghujat-Nya 
dilantunkan-Nya ayat bahwa 
Dia pengampun bagi mereka yang bertaubat. 

Dia berkata, 
"Wahai kaum yang beriman 
maafkan lah orang yang tergelincir'; 

[7] ketika sang hamba menegakkan shalat, 
Dia lah yang diam-diam mengaminkan. 

Adalah "Aamiin" dari-Nya 
yang membuat sang hamba 
merasakan kebahagiaan dalam shalatnya; 
bagaikan buah tin, 
sisi lahiriah maupun batiniah sang hamba 
menjadi manis dan menyenangkan. 

[8] Rasa bahagia yang teramat mendalam ini 
yang menguatkan tangan dan kaki sang hamba, 
ketika dia dilintaskan melewati kesenangan dan kemalangan; 
karena rasa bahagia itu 
memberi kekuatan setara kedigdayaan seorang Rustam 
kepada tubuh seorang hamba yang rapuh. 

Dalam rasa bahagia Ilahiah, 
sang hamba bagaikan seorang Rustam; 

[9] tanpa kehadirannya, 
bahkan seorang Rustam terpuruk dalam liputan kepedihan; 
dengan rasa bahagia ini lah 
jiwa diangkat dan dikuatkan oleh Sang Wazir. 

[10] Kukirimkan warta ini dengan sepenuh hatiku: 
ia telah paham cara menempuh jalan dengan cepat-- 
membawa penjelasan tentang Syams ad-Diin ke Tabriz-nya keimanan. 

[11]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar