RUMITNYA MANUSIA
Jangan melihat pada ekspresi-ekspresi wajah.
Jangan dengarkan apa yang dikatakan lidah.
Jangan biarkan air mata menghanyutkanmu.
Itu semua hanyalah produk dari kulit luar manusia saja,
yang mana selalu berubah setiap harinya.
Tapi lihatlah pada apa yang ada dibalik itu.
Bukan pula pada hatinya, karena hati selalu berfluktuasi.
Bukan pula pada pikirannya, karena pikiran selalu mengubah sudut pandangnya kapanpun, perspektifnya berubah.
Apalagi, pikiran itu bisa saja menerima suatu keadaan sekarang yang dulunya ia tolak.
Bahkan para ilmuwan pun mengubah teori mereka.
Tidak anakku !
Jika kamu ingin memahami manusia, maka lihatlah tindakannya pada saat ia memiliki kebebasan untuk memilih.
Hanya pada saat itulah kamu akan sangat terkejut ketika melihat ada seorang ahli ibadah yang melacurkan diri, dan seorang pelacur yang justru beribadah.
Kamu bisa juga menemukan seorang ahli fisika meminum racun, dan kamu bisa terkaget-kaget karena menemukan seorang teman yg menikammu dari belakang sedangkan musuhmu justru menyelamatkanmu.
Kamu pun mungkin akan melihat seorang pelayan yang bertindak semulia majikan, dan seorang majikan yang berbuat serendah perbuatan pelayan yg terburuk.
Kamu mungkin pula akan melihat para Raja mengambil suap, dan para Pengemis memberikan sedekah.
Lihatlah hakikat manusia disaat dia tidak punya rasa takut yang dapat menghentikannya; disaat kewaspadaannya tertidur; hawa nafsunya terpuaskan, dan semua penghalang telah dirobohkan.
Hanya pada saat itulah kamu bisa melihat realitas dari manusia: Apakah dia berjalan dg empat kaki seperti binatang....
atau justru ia terbang layaknya seorang malaikat,
atau ia merayap bagaikan seekor ular.....
atau bahkan memakan lumpur seumpama cacing tanah.
~Jalaluddin Rumi
Jangan melihat pada ekspresi-ekspresi wajah.
Jangan dengarkan apa yang dikatakan lidah.
Jangan biarkan air mata menghanyutkanmu.
Itu semua hanyalah produk dari kulit luar manusia saja,
yang mana selalu berubah setiap harinya.
Tapi lihatlah pada apa yang ada dibalik itu.
Bukan pula pada hatinya, karena hati selalu berfluktuasi.
Bukan pula pada pikirannya, karena pikiran selalu mengubah sudut pandangnya kapanpun, perspektifnya berubah.
Apalagi, pikiran itu bisa saja menerima suatu keadaan sekarang yang dulunya ia tolak.
Bahkan para ilmuwan pun mengubah teori mereka.
Tidak anakku !
Jika kamu ingin memahami manusia, maka lihatlah tindakannya pada saat ia memiliki kebebasan untuk memilih.
Hanya pada saat itulah kamu akan sangat terkejut ketika melihat ada seorang ahli ibadah yang melacurkan diri, dan seorang pelacur yang justru beribadah.
Kamu bisa juga menemukan seorang ahli fisika meminum racun, dan kamu bisa terkaget-kaget karena menemukan seorang teman yg menikammu dari belakang sedangkan musuhmu justru menyelamatkanmu.
Kamu pun mungkin akan melihat seorang pelayan yang bertindak semulia majikan, dan seorang majikan yang berbuat serendah perbuatan pelayan yg terburuk.
Kamu mungkin pula akan melihat para Raja mengambil suap, dan para Pengemis memberikan sedekah.
Lihatlah hakikat manusia disaat dia tidak punya rasa takut yang dapat menghentikannya; disaat kewaspadaannya tertidur; hawa nafsunya terpuaskan, dan semua penghalang telah dirobohkan.
Hanya pada saat itulah kamu bisa melihat realitas dari manusia: Apakah dia berjalan dg empat kaki seperti binatang....
atau justru ia terbang layaknya seorang malaikat,
atau ia merayap bagaikan seekor ular.....
atau bahkan memakan lumpur seumpama cacing tanah.
~Jalaluddin Rumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar