Kamis, 24 Desember 2015

HAFAL QURAN NAMUN HINA

Imam Ahmad bin Hanbal, 
”Cinta Allah besar pada pecinta Al-qur’an, dengan memahaminya atau tidak dgn memahaminya.”

HAFAL QURAN NAMUN HINA

Menghafal al quran adalah suatu amal ibadah yang sangat mulia, 
tidak semua orang memiliki keinginan untuk menghafal Al Qur’an. 
Namun tidak sedikit juga orang yang menghafal al Qur’an 
tapi tidak mendapatkan apa-apa alias sia-sia.

Mengapa demikian ? 
sebelum menjawabnya saya punya cerita seorang pengusaha, 
kaya raya, rajin sedekah, haji dan umroh berkali-kali. 
Ternyata usaha yang dia kelola bermodalkan uang haram, 
usaha yang dijalankanpun usaha yang haram.

 Akankah sedekahnya diterima? Sudah pasti tidak diterima, 
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
“Wahai sekalian manusia, 
sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). 
Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik).“ 
(HR. Muslim no. 1015).

Karena hulunya salah maka akhir atau hilirnya 
walaupun terlihat baik tetap salah juga. 
Dalam suatu amal ibadah itu 
ada mabda’ (awalnya), sabil (jalannya) ada juga hasil (akhirnya). 
Jika awalnya baik, jalannya baik, maka akhirnya akan baik pula. 
Jika jalannya baik, tapi awalnya buruk, maka hasilnya juga tidak baik.

Demikian juga dalam proses menghafal al Qur’an.
 Mabda dan sabilnya harus baik dan benar, maka hasilnyapun akan benar.

Mabda disini adalah niat. 
Menghafal al Qur’an harus dengan niat yang baik. 
Hadirnya niat dan mengetahui tujuan sangat penting dalam menguatkan dan meningkatkan hafalan. 
Saat ada pertanyaan kenapa aku menghafal ini? 
Atau kenapa aku ingin mengingat ini? 
Jawabanya harus jelas dan cepat. 
Karena jika jawabanya kecil, atau masih ragu-ragu mampu atau tidaknya. 
Maka ia akan mudah lupa atau tidak akan hafal sama sekali.

Saat anda mengingat pertanyaan tadi 
dan memiliki jawaban yang cepat dan benar dan meyakinkan, 
itu secara tidak langsung membuka pintu-pintu kemudahan dalam menghafal. 
Demikian pentingnya niat. 
Pengulangan yang dilakukan berkalil-kali tanpa menghadirkan niat untuk menghafal,
 atau niat untuk memperoleh ilmu dan selainnya dari niat-niat yang benar 
akan mengurangi kemantapan dalam hafalanya. 
Jadi jika ingin hafalanya kuat maka hadirkan juga niat yang kuat.

Segala perbuatan ditentukan oleh niatnya. 
Saat kita berniat menghafal al Qur’an dengan niat yang baik, 
kemudian karena satu atau lain hal (misal sakit atau meninggal) 
sehingga tidak dapat melaksanakan amal tersebut, 
maka ia akan tetap mendapat pahala dari niatnya. 

Imam al Baidhowi berkata 
“amal ibadah tidak akan sah jika tidak dibarengi niat, 
karena niat tanpa amal akan diberi pahala, 
sedangkan amal tanpa niat itu sia-sia. 

Perumpamaan niat bagi amal itu ibarat ruh bagi jasad. 
Jasad tidak ada fungsinya jika tidak ada ruh, 
ruh juga tidak tampak kalau tidak ada jasad.

Maka ikhlaskanlah niat dalam menghafal al Qur’an 
senantiasa karena mangharap keridhoan Allah 
bukan karena urusan duniawi, 
bukan karena ingin dikatakan hafidz/hafidzah, 
bukan ingin dikatakan alim, atau 
bukan juga berniat menghafal al Qur’an 
untuk mendapatkan imbalan materi. 
Gelar maupun hadiah. 
Cukup satu niat lillahita’ala, karena Allah Ta’ala. 
Namun bukan suatu kesalahan 
jika kita menghadirkan tujuan 
berdasarkan hadist-hadist keutamaan menghafal al Qur’an.

Saya semangat menghafal al Qur’an 
karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua saya 
yaitu mahkota di surga. 
Saya menghafal qu’an dengan satu harapan 
agar al qur’an yang saya hafal ini memberi syafaat diakhirat kelak. 
Demikian juga motivasi-motivasi lain 
yang bersumber dari hadist-hadist shohih tentang keutamaan al Qur’an.

Maka kembali saya ingatkan, 
perbaiki lagi niatnya, 
jangan sampai justru mendapat kehinaan. 

Sufyan bin `Uyaynah berkata: 
Kami mendapat berita bahwa Ibnu Abbas berkata: 
kalau para penghafal Al Quran mengambilnya 
dengan haknya dan apa yang seharusnya, 
niscaya mereka akan dicintai oleh Allah SWT. 
Namun mereka mencari dunia dengan Al Quran itu, 
sehingga Allah SWT marah terhadap mereka, 
dan merekapun menjadi hina di hadapan manusia.

Demikian penjelasan tentang niat, 
semoga saja bisa memberi pengaruh positif 
bagi siapapun yang membaca tulisan ini. 
Masih banyak lagi pembahasan lain seputar tahfidz Qur’an. 

Pahala bagi pengguna medsos adalah menulis hal-halnya baik, 
pahala bagi pembacanya adalah menyebarkan tulisan yang baik 
dengan harapan semakin banyak yang bisa mengambil manfa’at 
dari tulisan baik tersebut.

LIKE & SHARE
.
.
.
‪#‎BisaHafalQuran‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar