Selasa, 01 Desember 2015

MEREGUK SARI TASAWUF.

KEBENARAN.
Pengetahuan Yang Mencerahkan dan 
Membebaskan dari Tirani Kebodohan.

KEBENARAN.
Pengetahuan yang mencerahkan dan 
Membebaskan dari tirani kebodohan.

KEUTAMAAN KEBENARAN.

Sufi terkenal abad kesepuluh Manshur al-Hallaj mengatakan 
ana al-Haqq , artinya ,"Akulah Kebenaran", atau "Akulah yang Nyata",
dan membayar itu dengan nyawanya, karena banyak yang salah 
menafsirkan makna sesungguhnya dari kata-kata ini.
Namun demikian,
kata-kata ini bergema seperti sebuah nyanyian yang tak hentinya 
di ulang-ulang sepanjang sejarah Tasawuf selama milenium yang lalu.

Apakah keberanan yang dibicarakan Hallaj ini
 - yang untuk itu membayar dengan hidupnya,  dan yang semua Sufi
berusaha untuk mencapainya, menganggap pencapaiannya 
sebagai tujuan tertinggi kehidupan manusia ?

Istilah al-Haqq yang digunakan oleh Hallaj adalah sebuah 
istilah Al-Qur'an.
Kata ini bisa berarti kebenaran da sekaligus kenyataan,  
dan sebenarnya merupakan salah satu Nama Allah, 
yang biasanya disebut di dalam literatur Sufi 
secara bergantian sebagai Allah atau al-Haqq, 
karena Allah adalah Kebenaran mutlak .

Istilah haqiqah , yang diturunkan darinya, 
merujuk sekaligus pada Kebenaran itu dan 
pada kebenaran dalam konteks apa pun 
serta pada tingkat realitas manapun yang dimaksud seseorang.

Sebagaimana kata realisasi mengandung istilah real,
realisasi spiritual dalam Tasawuf disebut tahaqquq dari kata haqq,
dan seorang Sufi yang sudah matang disebut muhaqqiq 
dalam kosakata tokoh-tokoh seperti "guru agung" 
Muhyi al-Din Ibn "Arabi,  yang ajarannya telah mendominasi 
sebagian besar Tasawuf selama tujud abad silam.

Menurut Tasawuf,  
tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah untuk mencapai Kebenaran,
yang juga merupakan Kenyataan, sumber dari semua kenyataan, 
dan yang pencapaiannya, seperti juga dinyatakan oleh Kristus
membuat kita bebas, melepaskan kita dari tirani ketidaktahuan.

Walaupun terlibat secara mendalam dengan cita dan 
juga pada tingkat tertentu dengan perbuatan, 
Tasawuf pada tingkat tertingginya merupakan jalan pengetahuan 
(ma'rifah dalam bahasa Arab dan 'irfan dalam bahasa Persia),
pengetahuan yang mencerahkan dan mempersatukan , 
pengetahuan yang objek tertingginya adalah Kebenaran apa adanya,
yaitu Allah, dan 
selanjutnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Allah.

Kebenaran seperti itu ada , dan dapat diketahui .
Ini adalah yang pertama dari segala kepastian, 
yang darinya mengalir semua kepastian lain 
tentang kehidupan manusia.
Pengetahuan tentang Kebenaran , laksana cahaya matahari,
sedangkan cinta laksana panas yang selalu menyertai cahaya itu.

Di dalam Al-Qur'an kita membaca ,
"(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya ;
"Sesungguhnya aku melihat api.
  Aku kelak akan membawa kepadamu kabar darinya,
  atau membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang".
                                                                (Q.S Al-Naml (27) :7.

Membawakan kabar dari api , melihat suluh api , dan berdiang 
(yang juga bisa diterjemakan sebagai dibakar) oleh api 
di dalam ayat Al-Qur'an ini 
melambangkan tiga tahapan mencapai kepastian Kebenaran, 
yang dilambangkan di sini dengan api.
Menggunakan kisah tradisional tentang tingkat-tingkat kepastian,
yang paling pertama adalah pengetahuan yang pasti ('ilm al-yaqin), 
yang seperti mendengarkan deskripsi tentang api ini.

Ini biasanya disebut pengetahuan tentang kepastian , 
tetapi juga berarti kepastian tentang pengetahuan , atau
pada tingkat pengetahuan.
Kemudian,
ada penglihatan yang pasti, atau dalam satu pengertian 
kepastian yang didapat dari melihat ('ayn-al-yaqin),
yang seperti melihat api dan mendapatkan kepastian 
tentang keberadaannya melalui penglihatan langsung.

Akhirnya ada kebenaran yang pasti (haqq al-yaqin)
atau sekali lagi apa yang bisa juga dipahami sebagai
kepastian kebenaran - yang seperti dibakar oleh api 
dan mendapatkan kepastian yang tertinggi mengenainya
dengan "menjadi" api .

Tujuan kehidupan spiritual orang ini adalah 
menaiki tangga kepastian ini hingga dia dibakar oleh api Kebenaran,
yang oleh sebagian mistikus Kristen disebut sebagai terbakar 
di dalam Allah.

Dalam sebuah syair terkenal Rumi mengatakan :

"Perolehan hidupku ,
  terkandung hanya dalam tiga kata ;
  Aku mentah,
  Aku dimatangkan, dan
  Aku terbakar."

Dia di sini merujuk pada kenyataan yang sama.
Yang pertama dari semua kepastian adalah bahwa Kebenaran itu ada.
Selanjutnya,
atas dasar kepastian pertama ini, orang dapat maju ke tingkat kepastian
lebih tinggi tentang Kebenaran hingga dirinya terbakar olehnya
dan memasuki Taman Kebenaran itu sendiri.
  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar