Senin, 14 Desember 2015

MEREGUK SARI TASAWUF.

HUBUNGAN PERBUATAN DENGAN JIWA.

Allah tidak menginginkan amal perbuatan kita, 
melainkan jiwa kira,
tetapi Dia tidak mengahakimi tindakan-tindakan kita 
karena tindakan itu mempengaruhi jiwa kita.

Kelihatannya, 
dari sudut pandang eksternal , ada semacam lingkaran setan .
Keadaan jiwa kita, 
menentukan tindakan jiwa jenis apa yang kita lakukan,
dan tindakan mempengaruhi keadaan jiwa kita.
Kedua penegasan ini benar adanya , namun 
tidak ada lingkaran setan yang terlibat di sana 
karena kita adalah makhluk yang berkesadaran 
dan memiliki fakultas kembar, akal dan kehendak.

Selain itu kita memiliki kehendak yang bebas.
Jika tidak, 
pengarahan moral terhadap tindakan- tindakan kita 
akan menjadi tak bermakna.
Kita karenanya harus memulai 
ditempat kita berada dengan kesadaran kita dan 
kemudian melalui ke'arifan , yang merupakan fungsi akal , 
dan bantuan wahyu untuk membedakan antara yang baik dan buruk
serta melalui kehendak bebas kita melakukan apa-apa yang baik,
selalu menyadari bahwa bagaimana kita bertindak ,
pada gilirannya akan mempengaruhi keadaan jiwa kita.

Seperti yang ditegaskan oleh hadis Nabi yang dikutip pada awal abad ini,
Allah menilai amal perbuatan berdasarkan niat kita.
Jika jiwa berniat berbuat baik tetapi tindakan yang dilakukannya 
menghasilkan apa yang dalam sudut sesama manusia tampak buruk,
maka Allah menilai jiwa bukan menurut akibat buruknya, 
melainkan menurut niat-niat baik awalnya.

Oleh karena itu, 
penilaiaan Allah atas tindakan manusia pada Hari Kiamat , 
menurut Islam, Kekristenan , dan agama-agama lain ,
tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa 
jiwa kita milik Allah,
dan jiwa kitalah yang Dia inginkan.

Setiap perbuatan buruk meninggalkan bekas-bekas pada jiwa,
dan setiap perbuatan baik membantu 
membersihkan dan menyempurnakan jiwa,
dan sangat penting untuk menenumbuhkan kebajikan,
hal yang akan menjadi pokok bahasan kita pada bab berikutya.

Kita adalah makhluk 
yang mengetahui, mencintai, dan melakukan tindakan,
dan ada saling pengaruh antara wujud kita dan pengetahuan,

kecintaan dan perbuatan kita adalah realitas yang mengisi 
momen-momen kehidupan kita dan yang diketahui oleh kesadaran kita.

Jiwa kita, 
mengetahui, mencintai , dan melakukan perbuatan
 - yang terakhir ini terutama melalui tubuh kita.
Selain itu , 
mengetahui dan mencintai sama-sama mempengaruhi tindakan kita
dan sering diekspresikan melalui tindakan.
Lebih jauh lagi,
ketiganya mempengaruhi modus mengada kita saat ini ,
sementara modus mengada dan tingkat kesadaran kita 
menentukan ,
apa yang kita ketahui dan bisa kita ketahui, 
apa yang kita cintai dan bisa kita cintai,
serta bagaimana kita bertindak.

Meskipun tidak ada cara untuk masuk ke dalam kedekatan dengan Allah
kecuali melalui pengetahuan dan cinta - yang juga memerlukan iman-
amal perbuatan tetaplah memiliki arti yang sangat penting 
di jalan menuju Taman itu ; bukan tindakan dalam dirinya sendiri 
tetapi bagaimana ia mempengaruhi jiwa dan mencerminkan tujuannya ,
baik yang tersembunyi maupun nyata.

Mengenal Allah berarti mencintai-Nya, 
dan mencintai-Nya berarti menundukkan kehendak kita kepada-Nya.
Tidak menyerah pun sudah merupakan sebentuk tindakan.
Selain itu,
dari sudut pandang spiritual , 
orang harus memulai dengan ketundukan pada Kehendak Ilahi.
atau islam, yang melibatkan tataran tindakan dan yang mencakup
takut akan Allah , yang berarti menahan diri perbuatan buruk .

Penyerahan total ini dikombinasikan dengan menahan diri 
dari apa yang memisahkan kita dari Allah dan apa yang dibenci-Nya
akan mengantarkan kepada kecintaan pada-Nya , 
dan cinta itu mengantarkan orang-orang yang memiliki sifat perenungan
yang dibutuhkan untuk sampai pada pengetahuan tentang Allah.

Lebih lanjut, 
bagi kemanusiaan yang telah jatuh, 
yang akal bawaan lahirnya tidak lagi berfungsi 
sebagaimana Allah menciptakannya pertama kali,
tindakan manusia yang benar memerlukan keberadaan wahyu 
dan iman kepada wahyu itu.

Akal manusia telah menjadi tersembunyi terlalu jauh 
di dalam hati hampir semua dari kita 
sehingga sulit untuk dapat mencermati 
dengan sendirinya perbedaan antara
kebenaran dan kepalsuan,
keindahan dan kejelekan, dan 
kebaikan dan keburukan.

Ia perlu bantuan dari manifestasi objektif Akal Ilahi atau Firman Logos.
Manifestasi ini kita sebut wahyu, termasuk dimensi formalnya 
yang berkenaan dengan ritual agama dan etika. 
Selain itu,
kehendak yang bebas untuk menerima atau menolak wahyu,
diseru untuk mengikatkan dirinya pada teofani dari yang suci ini.
Itulah yang yang disebut iman (al-iman).

Imanlah yang menciptakan dinamika di dalam diri 
untuk mengikuti perintah Tuhan dan 
menjauh dari apa yang dianggap oleh sumber wahyu itu 
sebagai kejahatan.

Iman ini pada gilirannya akan mengarah pada ihsan , 
kebajikan dan keindahan yang harus dicapai 
untuk memasuki Taman Kebenaran.

Itulah sebabnya kaum mistik dalam berbagai agama 
berpegang ajaran etika agama mereka dan ritual-ritual formalnya
bahkan saat menempuh perjalanan di langit Tanpa Bentuk 
yang tidak dapat dibatasi.

Banyak perdebatan telah terjadi dalam Kekristenan 
tentang apakah iman ataukah kerja yang merupakan sarana keselamatan.
Dalam Islam pada umumnya dan Tasawuf khususnya , 
keduana diberi penekanan .
Iman diperlukan untuk keselamatan , 
tetapi iman juga harus mengakibatkan perbuatan-perbuatan 
yang dapat diterima di mata Tuhan seperti yang ditetapkan 
oleh Hukum Ilahi (al-Syari'ah).

Semua Sufi sejati , mengawali dengan Syari'ah , 
yang termasuk ke tataran tindakan, 
dan tidak peduli seberapa jauh mereka melakukan perjalanan 
di atas jalan itu, mereka tetap setia kepada ajaran-ajarannya.
Selama kita tetap sebagai manusia  di bumi,
kita harus melakukan satu jenis tindakan atau lainnya.
Oleh karena itu, kita tidak pernah bisa meninggalkan Hukum Ilahi.

Kita dapat melampaui ajaran-ajaran hukum , 
yang menyangkut amal perbuatan manusia yang benar , 
hanya dengan menstransendesi  tataran tindakan sepenuhnya
melalui cinta dan pengetahuan tentang Allah.

Amal perbuatan akan terus menimbulkan efek pada jiwa manusia 
selama kita mampu untuk bertindak menurut kehendak bebas kita.
Pada saat kematian , 
tangan kita terputus dari perbuatan di dunia dan jiwa kita yang kekal.
Itulah pula kenapa jalan menuju Taman itu 
dibentuk oleh amal perbuatan kita sementara pintu-pintu gerbang 
ke Taman itu adalah cinta dan pengetahuan.
Selain itu, 
orang-orang yang berbeda dengan kaum Sufi,
tetap terikat pada ranah tindakan di dunia ini 
tanpa meraih realitas Cinta dan Pengetahuan Ilahi , 
tetapi hidup dalam kebaikan dan melakukan amal saleh 
akan mengikuti jalan ke Taman Kebenaran 
dalam kehidupan yang berikutnya , 
sebagaimana yang ingin dilakukan kaum Sufi di sini dan sekarang.

#SHN.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar