RUH KITA ADALAH TUBUH KITA.
DAN
TUBUH KITA ADALAH RUH KITA.
Sebuah ajaran esoterik yang dinisbahkan kepada seorang Imam Syi'ah
mengatakan
"Ruh kita adalah tubuh kita dan tubuh kita adalah ruh kita".
(arwahuma ajsaduna wa ajsaduna arwahuan)
Ujaran ini banyak memiliki banyak makna ,
salah satunya adalah bahwa
didunia yang lain efek dari tindakan kita pada jiwa
menjadi terwujudkan secara kasat.
Disini, kita tidak berkepentingan dengan arti penting eskatologis
pernyataan itu melainkan dengan hubungan langsung
antara jiwa dan badan.
Seperti yang telah disebutkan ,
di satu sisi jiwa kita mempengaruhi tindakan kita,
dan di sisi lain , tindakan kita mempengaruhi jiwa kita - efek ini khusus -
nya terkait dengan maksud di balik sebuah tindakan.
Kita bertanggung jawab atas tindakan kita ,
karena kita memiliki kehendak bebas.
dan kehendak ini berada dalam jiwa.
Saya bertanggung jawab atas apa yang ditulis oleh pena
yang saya pegang di tangan saya sekarang ini
karena saya memiliki kehendak bebas untuk tidak menuliskan
apa yang sedang anda baca melainkan sesuatu yang lain.
Saya tidak bertanggung jawab
atas aliran darah di urat nadi tangan saya saat ini
karena hal itu diluar kontrol pikiran dan kehendak saya.
Tidak ada tindakan, bahkan dalam tubuh kita sendiri ,
yang dapat mempengaruhi jiwa kita secara spiritual
jika jiwa tidak memiliki kontrol atas tindakan tersebut
meskipun efek fisiologis dan psikologisnya.
Penyakit tertentu dapat menyebabkan depresi,
dan dari sisi lain mengendalikan amarah
dapat mengurangi tekanan darah kita.
Namun, berbicara secara spiritual,
tubuh sebagai instrumen tindakan kita yang melaluinya
kita bertindak secara fisik terhadap dunia ini,
kita diberi banyak kontrol atas tubuh kita yang melaluinya
kita bertindak secara fisik terhadap dunia dan
menerima dampak dari dunia terhadap kita.
Sementara kita membuat pilihan spiritual dan moral
untuk melakukan pilihan atau tidak melakukan ini atau itu,
kita menggunakan tangan dan kaki kita , lidah dan mata kita,
untuk mengaktualkan apa yang dikehendaki jiwa
sesuai dengan niat kita.
Oleh karena itu,
meskipun dari sudut pandang tubuh adalah penjara di dunia ini
yang kita harus mencoba untuk keluar darinya,
dari sudut pandang lain, tubuh adalah kawan dalam perjalanan kita
kepada Allah.
Tubuh halus di dalam diri kita luput dari kematian fisik,
dan kaum Muslim, seperti orang Kristen tradisional,
percaya pada kebangkitan kembali jasmani dan tidak hanya ruhani.
Itulah sebabnya,
seorang filsuf Sufi seperti Suhrarwadi ,
yang hidup pada abad kedua belas , berbicara tentang tubuh
sebagai "Kuil Cahaya" dan Sufi-Sufi lainnya berbicara tentang
tubuh bercahaya dari orang-orang kudus, seperti yang kita lihat juga
dalam Kristen Ortodoks dan Katolik serta di tempat lain.
Dalam satu pengertian,
dalam keadaan setelah mati ,
tubuh kita berjalin dengan tindakan-tindakan kita di dunia ini
dan keterkaitan antara jiwa
harus melampaui tataran aksi yang terkait dengan tubuh
menuju ufuk mulia Cinta dan Pengetahuan Ilahi,
namun
tubuh fisik akan tetap menjadi bagian dari realitas total kita
yang akan diintegrasikan pada akhirnya
di dalam wujud kita yang utuh dan selengkapnya.
@HSN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar