DO'A : PERPADUAN TUBUH, JIWA, DAN RUH.
Dalam berbagai agama ada tiga modus do'a :
dan Islam bukan pengecualian,
do'a individual, do'a kanonik, dan apa yang disebut Tasawuf,
seperti juga Kekristenan, panggilan do'a dari hati.
Ketiga modus ini tidak seluruhnya dilakukan oleh semua orang
yang termasuk ke dalam sebuah tradisi agama yang integral,
tetapi jelas ketiganya digunakan dalam Tasawuf.
Dalam Kekristenan
ketiga modus ini dapat ditemukan dalam Hesychasm,
dimensi mistik Kekristenan Ortodoks, belum lagi mistisime
dari Gereja Latin.
Jika do'a yang dibahas dalam bab ini dikhususkan untuk tindakan ,
itu karena dalam kebanyakan bentuknya
do'a merupakan seluruh tindakan tetapi tindakan yang,
meski sering dikaitkan tubuh terutama lidah ,
melampaui jasmani dan menyatukan tubuh,jiwa, dan ruh.
Tasawuf , sebagaimana Islam selebihnya danjuga agama-agama lain,
memasukkan ke dalam amalan individualnya do'a-do'a dan permohonan
dimana orang yang beriman berbicara kepada Tuhan
dalam keheningan atau bersuara dalam bahasa mereka sendiri
dan membuka hati mereka kepada-Nya.
Kaum Muslim juga melakukan shalat wajib (al-shalah) yang formatnya
diturunkan dari Langit , dan melalui pelaksanaannya
individu penyembah menyelaraskan jiwanya dengan sebuah bentuk
dan realitas yang melampaui individu itu.
Pergerakan tubuh dan apa yang diucapkan lidah
(selalu dalam bahasa Arab) diturunkan kepada Nabi oleh Allah,
menurut kepercayaan Islam semua itu bukanlah bikinan manusia.
Melalui shalat ,
individu tumbuh menjadi suatu bentuk yang mentransendensi dirinya.
Jika dilakukan dengan niat yang sempurna, konsentrasi total, dan
pemahaman mendalam, shalat memadukan manusia
ke dalam kenyataan arketipalnya.
Dalam kasus do'a kanonik ini,tubuh memainkan peranan sangat penting.
Beragam posturnya, semua penuh dengan arti simbolis yang mendalam,
membantu untuk mengintegrasikan jiwa sembari berperan pula
sebagai kenderaan untuk memadukan tubuh, jiwa dan ruh.
Dalam kondisi ini tubuh tidak lagi dilihat sebagai penjara jiwa,
namun sebagai pelengkapnya , sebagai kuda yang ditunggangi jiwa
untuk menempuh jalan ke Taman itu.
Sembari melakukan tindakan ritual yang terkait dengan tubuh ini
sesempurna mungkin, orang tersebut mengucapkan
berbagai ayat Al-Qur'an dan kalimat-kalimat yang secara bersama-sama
membentuk do'a kanonik ini.
Jika makna batin dari cara berdo'a ini dipahami ,
kita akan melihat bahwa ia berisikan semua tahapan
perjalanan kita kepada Allah .
Itulah mengapa shalat disebut pendakian spiritual (al-mi'raj)
bagi orang beriman,dalam kiasan untuk perjalanan Nabi secara ragawi
pada malam hari naik ke Langit dari Kubah di Yerussalem ,
kenaikan yang berfungsi sebagai prototipe semua perjalanan Sufi
menuju yang Esa.
Adapun do'a dari hati , hal ini terkait degan dzikr dalam Tasawuf,
atau mengingat Nama Allah,.
Bentuk mendasar dari do'a ini diawali dengan penyebutan dengan lidah,
kemudian dengan pikiran dan dengan fakultas imajinal kita,
dan akhirnya dengan hati ,tempat Percikan Ilahi senantiasa bersemayam.
Sebab tubuh adalah perpanjangan dan proyeksi dar hati ,
doa ini juga dapat dikaitkan dengan do'a oleh tubuh,
tetapi di dalam tubuh dimana Ruh berdiam dengan cara yang aktif.
Beberapa guru dari Hesycast (gereja Yunani abad keempat belas)
mengenggap santa sebagai orang yang ruhnya berdiam sepenuhnya
di dalam tubuhnya sementara seorang Sufi seperti Rumi mengatakan
bahwa orang harus memohon hingga salah satu kakinya mengucap,
"Allah, Allah".
Dalam do'a bentuk tertinggi ,
ada perpaduan utuh tubuh, jiwa,dan ruh dalam kesadaran
yang mentransendensi tingkat individual.
Dzikir pada akhirnya adalah perbuatan Allah di dalam diri kita sendiri.
Dalam kenyataannya
hanya Allah yang dapat mengucapkan Nama-Nya ,
dan di dalam dzikr kita hanya menjadi instrumen yang melaluinya
Allah mengucapkan Nama suci-Nya sendiri.
Dzikr dalam do'a Kristus, "Jadilah kehendak-Mu",
diwujudkan dalam cara yang paling esensial ,
karena untuk memohon dengan konsentrasi ,
pemohon harus menundukkan semua kehendak dan pikiran kepada Allah
dan menempatkan seluruh dirinya di Tangan Allah.
Dalam proses ini,
seruan Nama itu, yang bersemayam di dalam hati ,
mengubah bukan hanya jiwa , psike, imajinasi dan pikiran seseorang ,
tetapi juga badannya.
Kita melihat penggunaan tubuh yang sama dalam Yoga ,
beberapa madzhab Budhisme , dan banyak disiplin spiriual lainnya.
Bentuk-bentuk do'a seperti ini,atau do'a dari hati, juga menyebabkan
perkawinan antara tindakan , cinta dan pengetahuan
sembari mengintegrasikan tubuh, jiwa, dan ruh.
Orang-orang yang mengikuti jalan dan amal baik
berusaha untuk menjalani kehidupan yang benar
dan masuk Surga ketika mereka mati.
Orang-orang yang mengikuti jalan cinta dan pengetahuan mencari Allah
di sini dan sekarang serta bertujuan menggapai Surga Tertinggi
pada saat ini juga, yaitu Taman Kebenaran , atau yang disebut Al-Qur'an
sebagai Ridhwan , tempat ditemukannya sang Tukang Kebun,
Surga yang juga berada di sini dan sekarang di tengah wujud kita.
Dalam do'a yang terkait dengan cinta ,
maka Aku dan Engkau saling melebur menjadi satu .
Dalam do'a kontemplatif , akal batin atau ruh ,
yang pada dirinya sendiri merupakan Percikan Ilahi -
yang dirujuk oleh Meister Eckhart ketika ia mengatakan bahwa
ada sesuatu dalam jiwa yang tidak tercipta dan tidak dapat dicipta
dan sesuatu itu adalah Akal -
(alquid est in anima quod increatus et hoc est intellectus) -
mampu melampaui dikotomi Aku-Engkau itu sepenuhnya.
Fakultas ini mampu terjun ke dalam Realitas Tertinggi dan,
dengan membenam di dalam Samudera Keilahian ,
mampu mengenalinya.
Kepada realitas inilah ,Plotinus mengacu,
ketika ia berbicara tentang terbang sendiri menuju yang Sendiri.
Dalam dzikr ,
semua unsur wujud kita menjadi padu ,
dan do'a dalam bentuk mendasarnya menjadi sarana par excelence
untuk menyatukan tubuh,jiwa, dan ruh serta mengintegrasikannya
ke dalam wujud kita , jalan tindakan , cinta dan pengetahuan.
Hingga di sini kita telah berjalan jauh dengan mengajukan
pertanyaan universal tentang identitas, asal usul, dan tujuan kita.
Kita sudah bicara tentang Taman Kebenaran dan arti penting
dari cara-cara pengetahuan, cinta, dan tindakan
dalam kehidupan ruhani kita.
Sekarang saatnya untuk menjawab secara konkret
pertanyaan tentang bagaimana kita bisa mencapai Taman Kebenaran
dan apa saja komponen dari jalan yang menuju Taman Itu.
Dalam satu pengertian,
kita telah menyelesaikan deskripsi tentang theoria
atau visi dari apa yang juga kita sebut gunung Kebenaran.
Mari kita kembali kepada hakikat jalan yang menuju puncaknya
dan melihat bagaimana kita dapat mendaki jalan ini,
atau dengan kata lain,
cara untuk mencapai pintu gerbang Taman Kebenaran
dan memperoleh jalan masuk ke dalamnya.
@SHN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar