Kamis, 24 Desember 2015

MEREGUK SARI TASAWUF.

TUJUAN AMALAN SUFI.

Tujuan dari semua amalan Sufi adalah untuk mengingat Allah,
tetapi karena Allah itu Esa dan Mutlak, untuk mengingat-Nya 
dengan cara yang sepadan dengan relitas-Nya, 
manusia harus menjadi terpadu dan utuh .

Karena Dia itu Kudus adanya, Allah menuntut keutuhan diri kita .
Tawhid atau Keesaan Ilahi, 
yang merupakan realitas pusat Islam dan Tasawuf,
bersesuaian dengan totalitas integrasi di tataran manusia.

Dan demikian lah ,
amalan Sufi berusaha untuk mengintegrasikan totalitas hamba 
yang akan mengingatkan Allah.

Kenyataannya,tanpa integrasi wujud, 
diri tidak mungkin untuk mengingat Allah sepenuhnya 
dan terus menerus sebagaimana diarahkan Al-Qur'an 
untuk dilakukan orang beriman ketika kitab menegaskan
bahwa orang harus mengingat Allah 
dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring atau bersandar.

Dan Al-Qur'an menambahkan ,
"Hai orang-orang beriman,
 janganlah hartamu dan anak-anak mu 
 melalaikan kamu dari mengingat Allah.
 Barangsiapa yang berbuat demikian ,
 mereka  itulah orang-orang yang merugi."
 Q.S. Al-munafiqun (63) ;9

Tidak ada monastisime dalam Islam, 
dan mengikuti perintah tertinggi Al-Qur'an 
untuk mengingat dan menyeru Allah sepanjang hidup 
tidak membutuhkan penarikan diri  secara formal dan sistemik 
dari dunia,seperti  yang kita temukan dalam beberapa bentuk 
agama Kristen , Budha, dan Hindu .
.
Tetapi memang diperlukan penarikan bathin dan keterlepasan dari dunia
yang dianggap sebagai penghalang dan bukannya teofani.

Seorang darwis pernah berkata 
"Bukan aku yang telah meninggalkan dunia, 
 Dunialah yang telah meninggalkan ku".

Modus mengalami hidup seorang pengikut Tasawuf 
- atau menjadi mutashawwif , mengunakan istilah Arab klasik nya -
dapat berbeda jauh secara lahiriah .

Seseorang bisa saja merupakan sarjana atau tukang daging,
seorang ibu rumah tangga atau seorang jenderal, raja atau pengemis
sembari tetap mengamalkan Tasawuf, sebagaimana yang diperlihatkan
dengan jelas oleh sejarah Tasawuf.

Tetapi apa pun modus lahiriah kehidupannya, 
sang mutashawwif atau darwis 
harus terlepas secara bathiniah dari dunia
dan terikat pada Allah melalui penyebutan Nama Suci Allah, 
suatu tindakan yang harus dilakukan secara bathiniah , 
apapun yang mungkin dilakukannya secara lahiriah.

Tasawuf biasanya mencakup juga integrasi modus kontemplatif,
dan kehidupan aktif walaupun yang satu mungkin lebih diutamakan
daripada yang lain dalam berbagai kasus.

Teladan kehidupan Nabi , 'Ali, 
dan banyak orang suci agung yang datang kemudian, 
seperti Abd al-Qadr al-Jilani dan Abu al-Hasan al-Syadzali,
semua menampilkan integrasi hidup yang kontemplatif dan aktif ini,
yang merupakan tanda spiritualitas Sufi.

Namun, kenyataan ini sebenarnya sama sekali tidak mengkompomikan
realitas keunggulan kontemplasi atau pengetahuan atas tindakan 
dan tidak menghalangi sejumlah Sufi dari melewatkan 
seluruh umur mereka , seperti yang telah disebutkan ,
serupa dengan sebuah lampu , 
yang menerangi ruang disekelilingnya tanpa bertindak dan bergerak ,.
Tetapi, bagi sebagian besar pengikut Tasawuf , 
modus kehidupannya adalah berada didunia, tetapi tidak untuk dunia,
seperti yang dikatakan Isa.

@HSN












Tidak ada komentar:

Posting Komentar