REALITAS ILAHI.
Kebenaran tertinggi adalah
kebenaran tentang yang Tertinggi ,
dan pengetahuan tentang Realitas Tertinggi
adalah pengetahuan tertinggi.
Meskipun pengetahuan prinsipal ini
berada di jantung dan di dalam substansi intelek itu sendiri.
Prinsip Tertinggi tidak dapat diketahui
dalam cara biasa untuk mengetahui
sebagaimana yang telah menjadi kebiasaan pikiran kita.
Ia tidak dapat dipahami oleh pikiran
karena istilah memahami (comprehend) itu sendiri
berasal dari sebuah kata bahasa Latin yang berarti
meliputi dan merangkul , tetapi Realitas Ilahi itu
Tidak Terhingga dan tidak dapat dicakup oleh apa pun.
Satu-satunya cara untuk mengetahui-Nya adalah terjun
ke dalam Laut Ilahi, berenang di Samudera Ketuhanan,
untuk menggunakan penggambaran yang terkenal
dari Meister Eckhart.
Akal kita seperti sebuah panah yang dapat mencapai matahari
dan diberi kuasa oleh Allah untuk mengantisipasi pengetahuan
melalui "kesatuan" ini.
Itulah mengapa kita dapat berbicara tentang Allah
dan bahkan membuat penegasan
dalam cara yang apofatik bahwa Allah dalam Zat-Nya
tak terjangkau oleh semua yang dapat kita katakan mengenai Dia.
Apofatik = Kepercayaan bahwa Tuhan hanya dapat diketahui
oleh manusia melalui apa-apa yang bukan Dia
(mengetahui dengan tidak mengetahui).
Misalnya, Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Di jantung doktrin Sufi dan gnosis teoritis berdiri Realitas ,
yang tak terucapkan namun membuat semua ujaran metafisikal
menjadi mungkin , dan selanjutnya, memanifestasikan diri-Nya
dalam kategori-kategori yang dapat diketahui dalam cara katafatik,
yaitu dalam kategori-katagori posistif.
Katafatik = Berbicara tentang Tuhan dengan cara menekankan apa-apa
yang menjadi sifat-Nya , dengan cara yang positif,
lawan dari apofatik.
Misalnya, Tuhan Maha Mendengar dan Melihat.
Menurut teks-teks klasik,
subjek metafisika Sufi adalah Realitas mutlak tanpa syarat,
yang bahkan tidak dibatasi oleh kemutlakan.
Namun, metafisika ini bermula dan berakhir dengan kebenaran
tentang Realitas Puncak ini karena Dialah Asal dan Tujuan
dari segala sesuatu dan
realisasi-Nya adalah tujuan tertinggi hidup manusia.
Seperti yang disebutkan dalam tulisan terdahulu,
Prinsip Tertinggi adalah Realitas transenden secara absolut
dan sekaligus Diri yang imanen secara absolut,
yang menentukan segala kenyataan manusia dan
menentukan apa artinya menjadi manusia.
# SHN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar