BUAH DARI
TINDAKAN DAN KETERLEPASAN.
KETULUSAN DALAM PERBUATAN DAN KEKESATRIAAN.
Semua tindakan berbuah satu jenis tindakan atau lainnya,
entah kita sadar akan buah itu atau tidak.
Bagi setiap aksi ada reaksi,
dan prinsip ini bukan hanya hukum fisika klasik semata,
melainkan juga berlaku secara moral dan kosmik .
Inilah yang oleh tradisi yang berasal dari India disebut hukum karma.
Perbuatan baik kita melahirkan buah positif meskipun tidak langsung,
dan perbuatan buruk kita memiliki konsekuensi negatif
yang merupakan diri kita sendiri, cepat atau lambat.
Moralis besar penyair Persia yang hidup pada abad ketiga ,
yang menjadi judul dalam satu puisi paling terkenal
dari Ralph Waldo Emerson , yaitu Sa'di, berkata :
"Lakukan lah perbuatan baik
lalu hanyutkan lah ke sungai Tigris,
Karena Allah akan memberi balasan kepadamu
di padang gurun".
Akan tetapi,
manusia spiritual yang mengincar Taman itu,
melakukan perbuatan baik bukan untuk mencari balasannya,
melainkan karena kebaikan itu sendiri,
lalu menyerahkan yang selebihnya ke Taman Allah.
Untuk dapat memiliki sikap ruhani yang benar
terhadap amal perbuatan,
orang harus melepaskan diri dari buah perbuatannya.
Sikap keterlepasan ini merupakan kebaikan utama yang diperlukan
sebelum seseorang melangkah maju di jalan itu.
Dia harus berbuat demi Kebenaran
dan dalam keterlepasan total dari harapan akan buah dari amalannya.
Hal ini tentunya jauh lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.
Ada cerita terkenal di Mastnawi dari Rumi
yang melambangkan sikap ruhani yang benar
terhadap tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan objektif.
Dimulai dengan syair ;
"Belajarlah dari 'Ali tentang ketulusan beramal,
Ketahuilah bahwa Singa Allah itu tak terkotori noda".
Dalam sebuah pertempuran 'Ali berhadapan dengan musuh yang kuat
dan setelah berjuang sengit mampu menjatuhkan musuhnya ke tanah,
lalu duduk di dadanya dengan pedang terhunus.
Pada saat itu pejuang musuh itu meludah ke wajah 'Ali .
Menanggapi ini, 'Ali segera menjauh dan menahan dirinya
dari melayangkan sabetan dengan pedangnya .
Pejuang musuh, yang adalah seorang pemuja berhala,
tidak pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya.
Ia menjadi gelisah dan bertanya kepada 'Ali ,
mengapa ia tidak membunuhnya .
Jawaban 'Ali, yang dalam syai'r-sya'ir Mastnawi
merupakan salah satu adikarya puisi Sufi, adalah bahwa
"Ali berjuang pertama-tama demi menegakkan kebenaran,
tetapi setelah tentara musuh meludahiwajahnya ,
'Ali menjadi marah,
dan ia tidak akan pernah bereaksi atas dasar kemarahan
dan pasti tidak akan turun ke medan peperangan
atau membunuh seseorang untuk alasan pribadi atau diri sendiri.
Dalam kata-kata Rumi,
'Ali menjawab ;
"Berkatalah ia,
Aku mengayun pedang demi kebenaran,
Aku adalah hamba kebenaran bukan pelayan ragawi
Aku adalah singa Kebenaran , bukan singa nafsu,
Perbuatanku menjadi saksi bagi agamaku".
'Ali disebut sebagai pendiri kekesatriaan spiritual
(futuwwah dalam Arab dan jawanmardi dalam bahasa Persia),
dan kisah ini memberikan kesaksian tentang apa yang merupakan
inti dari kekesatriaan itu, yaitu ikhlas dalam tindakan objektif
yang dipersembahkan demi tujuan yang luhur.
Kekesatriaan menggabungkan amal perbuatan
dengan sikap tak mementingkan diri sendiri ,
tindakan tanpa motif duniawi atau dinodai oleh cacat seperti
marah, keserakahan, nafsu untuk berkuasa, atau haus akan dendam.
Bukan kebetulan bahwa dalam Islam
tarekat kekesatriaan terintegrasi ke dalam beberapa mazhab Tasawuf
dan bahwa di dalam tradisi Sufi orang-orang yang bercita-cita
untuk berjalan menuju Taman Kebenaran
diharapkan memiliki sikap-sikap kesatria.
Ada banyak pembicaraan tentang jihad dewasa ini,
baik di Barat dan di kalangan ekstremis Muslim tertentu,
yang kebanyakan dari mereka tidak menyadari tradisi mereka sendiri.
Kata jihad bukan berarti perang, tetapi berjuang di jalan Allah.
Kemudian ada pula, sesuai dengan ucapan terkenal dari Nabi,
jihad batin atau jihad yang lebih besar ,
yang merupakan peperangan tanpa henti para pengikut jalan spiritual
untuk meluruskan ketidaksempurnaan jiwa mereka dan
membuatnya layak untuk menghuni Taman itu.
Inilah bentuk tertinggi tindakan batin.
Ada pula jihad yang lebih kecil ,
yang dapat mencakup perang untuk membela
diri, keluarga, bangsa, dan agama sendiri.
Namun,
dari sudut pandang spiritual bahkan jihad semacam ini
harus bersifat tak mementingkan diri sendiri, objektif,
dan bukan disebabkan oleh kemarahan atau kebencian.
Kenyataan bahwa kisah tentang 'Ali ini berlangsung di medan perang,
seperti halnya kisah klasik Hindu Bhavagad Gita,
menunjukkan bahwa tindakan yang tak mementingkan diri sendiri
dan objektif harus menjangkau bahkan sampai bentuk tindakan manusia
yang paling keras dan mengenaskan , yaitu perang.
Keterlepasan pada buah dari tindakan kita juga ditemukan
dalam doktrin Cina wu-wei , yaitu , untuk bertindak tanpa bertindak.
Tindakan kita sehari-hari melibatkan jiwa kita ke dalam
rantai aksi dan reaksi atau rantai karma,
seperti akan dikatakan oleh orang Hindu .
Tetapi,
itu disebabkan kelekatan kita pada hasil dari tindakan kita
dan hilangnya semangat kontemplatif,
yang menyusutkan jiwa menjadi sebuah substansi
yang mengidentifikasi dirinya sendiri dengan tindakan,
bukannya dengan wujud ;
dengan preferensi pada tindakan,
bukannya kontemplasi .
Namun,
bertindak tanpa tindakan juga menuntut agar orang mati sebelum mati,
seperti yang ditegaskan dalam hadis Nabi yang terkenal,
"Matilah sebelum engkau mati".
Ini berarti melepaskan kehendak kita dari nafsu
dan dorongan ke arah tindakan ekternal dan menyerah kepada Allah .
Orang bijak bertindak tanpa tindakan,
tak ubahnya lampu yang menerangi sekelilingnya
hanya dengan sekadar ada.
Orang yang bijak berkontemplasi dan hidup dalam dimensi batin
dan dengan kekuatan batin itu memiliki sympatheia dengan realitas batin
wujud-wujudnya yang lain dan kemudian menindakinya
dalam pengertian terdalam tanpa tindakan ekternal.
Orang bijak menunjukkan di dalam realitasnya ,
keutamaan wujud di atas segala aksiden eksternal
dan keutamaan kontemplasi atas tindakan.
Orang bijak melakukan tindakan ,
dan tindakannya sepi dari pamrih, objektif,
serta berdasarkan ketulusan, kebaikan, kasih sayang, dan kesejatian.
#HSN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar