Sejak pertama kali
mengalami perjalanan ruhani menuju Kebenaran Sejati
(as-safar min al-khaliq ila al-Haqq),
telah berulang-ulang Abdul Jalil mengalami hal serupa:
tenggelam ke dalam Kebenaran Sejati
(fana’ fi al-Haqq)
dan kembali dari Kebenaran Sejati menuju ciptaan
bersama Kebenaran Sejati
(as-safar min al-Haqq ila al-khaliq bi al-Haqq),
lalu melakukan perjalanan di dalam ciptaan
bersama Kebenaran Sejati
(as-safar fi al-khaliq bi al-Haqq).
Ia tidak ingat lagi untuk kali keberapa ia mengalami
peristiwa ruhani yang tak tergambarkan kata-kata
dan tak terucap bahasa manusia itu.
Namun,
sejak ia bersahabat dengan ular belang yang sangat jinak itu,
ia justru mengalami pengalaman ruhani mencengangkan
yang sebelumnya tidak pernah ia sangka-sangka dan
sedikit pun tak pernah ia bayangkan dalam pikiran.
Perjalanan ruhani menuju Kebenaran Sejati (al-Haqq)
yang selama ini telah dialaminya berulang-ulang itu
ternyata bukan merupakan yang terpuncak.
Sebab,
di balik kefanaan di dalam Kebenaran sejati (fana’ fi al-Haqq)
yang tersembunyi di dalam kerahasiaan dirinya itu,
ia mendapati Kenyataan yang lebih menakjubkan,
yaitu kesadaran diri baru yang mengungkapkan rahasia
bahwa
selama ini yang ia alami adalah tenggelam ke dalam Rabb:
Wujud al-Haqq.
Ia sendiri tidak mengetahui kenapa tiba-tiba
ia mendapat kesadaran baru
setelah fana di dalam Rabb (fana’ fi al-Haqq)
yang ia anggap sebagai puncak dari perjalanan ruhani
menuju Kebenaran Sejati,
karena berjalan di dalam Kebenaran Sejati (as-safar fi al-Haqq).
Lantaran itu,
dengan tercengang-cengang kebingungan ia melampaui
pengalaman ruhani lanjutan yang menakjubkan
yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan dan ia bayangkan itu:
melakukan perjalanan ruhani di dalam al-Haqq menuju Allah
(as-safar fi al-Haqq ila Allah) menuju Wujud al-Muhaqaq
atau melakukan perjalanan di dalam Rabb menuju Rabb al-Arbab.
Inilah perjalanan naik ke Hadirat Allah
(mi’raj al-kubra)
setelah terlebih dulu berkali-kali naik ke Hadirat al-Haqq
(mi’raj al-shughra).
Inilah perjalanan ruhani naik ke Hadirat Allah
sebagaimana telah dialami Nabi Muhammad Saw.
dalam peristiwa Isra Mi’raj.
Di dalam perjalanan naik ke Hadirat Allah,
yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya itu,
ia merasakan seperti terisap oleh suatu kegaiban
yang membuat seluruh kesadarannya berubah.
Ia merasakan seperti bayi yang lahir
dari kandungan ibu ke dunia yang lebih luas
dengan kesadaran yang lebih tinggi.
Ia tiba-tiba menjadi sadar sesadar-sadarnya
akan makna sejati dari Sabda Ilahi:
Sungguh telah datang seorang rasul dari nafs-mu sendiri
(QS. At-Taubah: 128);
Aku ciptakan engkau (Muhammad) dari nur-Ku
dan aku cipta seluruh ciptaan dari Nur-mu
(hadits Qudsy);
jika engkau tidak Aku cipta
maka cakrawala tidak Aku cipta
(hadits Qudsy).
” Ia benar-benar menyaksikan
bahwa di balik hakikat Asma’, Shifat, Af’al, dan Dzat
yang terpancar pada ciptaan-Nya, tersembunyi hakikat
Ahmad (Asma’),
Muhammad (Shifat),
Mahmud (Af’al), dan
al-Hamid (Dzat).
Ia merasakan dengan senyata-nyatanya
keterhubungan dirinya
sebagai bagian Nur Muhammad dan Haqiqat Muhammadiyyah.
.
#Novel Syaikh Siti Jenar #Quote
Tidak ada komentar:
Posting Komentar