Salik dan Matin sedang duduk di Sor Baujan (di bawah Pohon Trembesi) saat libur Maulid Nabi. Keduanya hanya menikmati rindangnya Baujan dengan angin sepoi-sepoi.
Tiba-tiba, Salik merasa heran melihat Matin bercucur air mata ketika sayup-sayup terdengar suara orang mengucapkan Selawat Nabi.
Salik (S): Jangan terlalu cengeng , Bro! Begitu saja nangis, memang apa yang kau rasakan?
Namun, Matin (M) terus menangis tersedu-sedu dan tak menghiraukan ucapan Salik. Tubuhnya lunglai, mukanya terlihat pucat, sementara isak tangis tak terbendung.
Sebenarnya, ini bukan kejadian pertama yang disaksikan Salik.
Selama ini Matin terlalu sensitif bila ada orang menyebut Muhammad
apalagi membaca selawat.
S: Bro, sudahlah jangan menangis. Kau ini bukan keluarga Nabi, hidung pesek, badan pendek, kulit ireng geteng (hitam pekat), tak ada darah keturunan Nabi sedikit pun dalam tubuhmu, mengapa tangismu begitu lama?
Matin (M): Hmmm.)
S: Sudahlah. Mengapa Maulid Nabi diperingati dengan tangis?
M: Hmmmm
S: Biasa sajalah! Jangan terlalu berlebihan! Jangan terlalu fanatik! Jangan terlalu mengagungkan Muhammad.
Dia hanya manusia biasa. Basyarun laisa kal-basyar.
M: Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina muhammad
S: Allahumma shalli ‘alaih
M: wa’ala ali sayyidina muhammad
S: Mengapa Muhammad begitu penting buatmu? Sewajarnya sajalah!
M: Kau salah besar, sobat! (Matin masih terus menangis)
S: Apa yang salah?
Mengapa kita berlebihan memperlakukan Muhammad?
Bukankah dia manusia biasa, dia juga pernah salah, dia makan dan minum, dia meninggal dunia? Jangan menempatkan Muhammad seperti Tuhan, Bro!
M: Kau salah besar sobat! (Matin menahan tangisnya dengan membentak Salik begitu keras)
S: Ok. Kalau begitu jelaskan kepadaku! Kau jangan terlalu mendewakan Muhammad, salah-salah bisa musyrik!
M: Hmmm (Matin menahan nafas)
S: Jelaskan! Mengapa kau selalu duduk tahiyat akhir berlama-lama?
Mengapa setiap kali ada orang yang berselawat nabi kau menangis tersedu-sedu?
M: Kau tak memahami hakikat Muhammad.
Dia adalah alasan mengapa dunia diciptakan.
Yang pertama kali diciptakan adalah ruh dan cahaya Muhammad.
Tanpanya kita tak ada. Tanpanya kita tak ada artinya.
S: Hmmm
M: Muhammad adalah kesempurnaan tajalli Allah.
Pada diri Muhammad SAW semua sifat Allah berkumpul.
Dialah Insan Kamil (Manusia Sempurna).
Semua orang beriman berasal darinya.
Dari ruh Muhammadlah Allah menciptakan semua ruh.
S: Hmmmm. Sebentar, bukankah manusia pertama adalah Adam a.s.
M: Adam a.s. adalah Abu Thurab atau Abu Basyar,
Bapak manusia dalam pengertian fisik.
Sedangkan Muhammad adalah Abu Ruh atau Abu Arwah;
Bapak semua ruh.
Lebih dahulu Muhammad daripada Adam diciptakan.
S: Bagaimana mungkin?!
Apa dalilnya?
Jangan mengada-ada!
M: Dengar baik-baik sobat! Rasulullah pernah bersabda: كُنْتُ نَبِيًّا وَآدَمُ بَيْنَ الرُّوْحِ وَالْجَسَدِ
“Aku sudah menjadi nabi pada saat Adam masih antara ruh dan jasad.”
S: Shahih nggak hadisnya?
M: Hmmm. Ini diriwayatkan oleh Bukhari.
Baca dalam kitab “At-Tarikh.”
Diriwayatkan juga oleh Ahmad, Al-Baghawi, Ibn As-Sakan, Abu Nu’aim dan Al-Hakim.
Puas kamu?
S: Hmmm. Mungkin konteksnya bukan itu?
M: Hadis lain pun memperkuat hal itu.
Suatu ketika Nabi ditanya,
“Kapan engkau mendapat mandat kenabian, (wahai Rasulullah)?” Beliau menjawab,
“Saat antara (jasad) Adam diciptakan dan peniupan ruh ke dalamnya.” (HR. Al-Hakim)
S: Hmmm.
M: Coba baca kitab “Dala’il An-Nubuwwah” Al-Baihaqi meriwayatkan Hadis Qudsi yang panjang yang di dalamnya disebutkan bahwa Allah SWT berfirman kepada Nabi SAW,
وَجَعَلْتُكَ أَوَّلَ النَّبِيِّيْنَ خَلْقًا وَآخِرُهُمْ مَبْعَثًا
“Dan telah Kuciptakan engkau sebagai nabi yang paling pertama dalam penciptaan dan paling akhir di antara mereka dalam pengutusan.” (HR. Al-Baihaqi)
S: Astagfirullahal-adzim...Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad.
M: Muhammad adalah nama bagi seluruh manusia di Alam Lahut.
Kita semua hakikatnya adalah Muhammad.
Aku dan kau adalah Muhammad! Setelah Allah menciptakan Ruh Muhammad,
maka Dia menciptakan ‘Arsy dari Nur Muhammad.
Begitu pula seluruh makhluk lainnya diciptakan dari Nur Muhammad.
Lalu, ruh-ruh manusia itu diturunkan ke alam yang terendah ke dalam jasa-jasad manusia. Sebagaimana firman Allah “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,” (QS At-Tin [95]: 5)
S:.Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad.
M: Kau tak pernah mau menyadarinya.
Ketika ruh-ruh berada di alam jasad,
seperti diri kita sekarang ini, kita lalai dan lupa dengan Perjanjian Primordial kita
dengan Tuhan sewaktu berada di Alam Lahut.
Alastu birabbikum (Bukankah Aku ini adalah Tuhanmu?)
Kita semuanya telah menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
Namun, kita lalai,
terlalu terbuai dengan kenikmatan duniawi, melupakan jatidiri, dan
melupakan tujuan penciptaan.
Kita hanya mencintai ciptaan-Nya, bukan pencipta-Nya.
Inilah arti musyrik.
Kau telah menduakan Tuhan dengan makhluk-Nya.
S:.Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad.
M: Justru dengan mengenali dan memahami hakikat Muhammad,
kau akan dapat memahami hakikat tauhid.
Kau akan dapat mengenali sifat, asma, af’al dan dzat Allah.
Camkan ini baik-baik!
S:.Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad. Ampuni aku ya Allah.
Semoga bermanfaat!
Salam,
Halim Ambiya
Pendiri dan Admin Tasawuf Underground
Tidak ada komentar:
Posting Komentar