JALAN MENUJU ALLAH.
Dalam Islam jalan pendakian kepada Allah dalam kehidupan ini
berpulang kembali ke asal-usul tradisi itu, ke dimensi batin Al-Qur'an
dan kenyataan batin Nabi sebagai Insan Kamil.
Setiap agama yang integral harus menawarkan
kepada pengikutnya tidak hanya petunjuk yang benar
untuk hidup di dunia serta harapan tentang visi
yang penuh kebahagiaan tentang alam berikutnya,
melainkan juga sarana untuk mencapai visi tersebut
dalam hidup ini
bagi orang-orang yang bercita-cita
meraih kedekatan dengan Allah selagi masih didunia ini.
Kedua dimensi agama tersebut sering disebut
dimensi eksoterik dan esoterik atau lahiriah dan batiniah.
Tidak boleh dilupakan bahwa di dalam Al-Qur'an , Allah sendiri
disebut Yang Zhahir (az-Zhahir) dan Yang Batin (al-Bathin).
Dengan cara yang sama seperti Injil Yohanes atau Nyanyian Sulaiman
di dalam di dalam Alkitab bersifat esoterik, beberapa ayat Al-Qur'an
jelas-jelas memiliki arti esoterik , seperti
"Ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah" Q.S. (2) ;115.
Thariqah adalah jalan yang, jika diikuti ,
memungkinkan kita untuk mewujudkan kebenaran ini.
Itulah sebabnya nama lengkap thariqah adalah al-thariqah ila Allah,
jalan menuju Allah.
Tidak hanya beberapa ayat dari Al-Qur'an ,
tetapi juga banyak ucapan Nabi menjadi dasar yang diwahyukan
dan kanonik bagi thariqah , terutama ucapan-ucapan yang disebut
hadis qudsi atau al-ahadist al-qudsiyyah.
Haddist "Aku adalah Harta Tersembunyi"yang disebutkan di atas
termasuk kategori ini.
Di antara orang-orang yang mempunyai hak istimewa
untuk menjadi sahabat Nabi, banyak yang memiliki kualitas kesucian,
seperti yang kita lihat juga dalam periode kerasulan agama lainnya
seperti Kekristenan.
Tetapi, sejumlah kecil dikenal secara khusus sebagai sahabat-sahabat
yang mewarisi ajaran esoterik Islam, seperti Abu Bakar,
Abu Dzar al-Ghiffari, dan Salaman al-Farisi.
Tetapi, tokoh utama dalam penyebaran ajaran batiniah Islam adalah
'Ali ibn Abi Thalib, sepupu dan menantu pertama Nabi.
'Ali muncul pada awal rantai ruhani (al-silsilah)
dari hampir semua thuruq (jamak dari thariqah) ,
baik di dunia sunni maupun Syi'ah, terlepas dari perbedaan apa pun
yang mungkin mereka miliki tentang peran lahiriah 'Ali
setelah kematian Nabi.
Ucapan terkenal dari Nabi,
"Aku adalah kota ilmu dan 'Ali adalah pintu gerbangnya",
telah diinterpretasikan oleh pengikut jalan itu
- yang pada abad kedelapan mulai dikenal dengan Sufi -
sebagai berarti bukan sembarang bentuk ilmu pengetahuan
melainkan pengetahuan tentang Taman Kebenaran
serta pengetahuan yang mengantarkan ke Taman Kebenaran itu.
Kelak Tasawuf akan berinteraksi dengan bentuk-bentuk spiritualitas
dan intelektualitas lain, termasuk Kristen, Hindu, Budha, dan Zoroaster
serta ekposisi metafisik seperti Neoplatonisme dan Hermetisme.
Akan tetapi, interaksi ini berkenaan hanya dengan bentuk dan simbol
eksternal atau alat bantu intelektual untuk mengekpresikan kebenaran.
Kaum Sufi kadang-kadang menggunakan simbol-simbol yang mujarab
dan manjur serta formulasi intelektual dari tradisi-tradisi lain
yang cocok untuk menunjukkan kenyataan ruhani yang murni Islami.
Inti Tasawuf berakar dalam wahyu Al-Qur'an dan realitas batin Nabi,
dan amalannya menjadi mungkin hanya melalui rantai kekuatan inisiatik
(walayah/wilayah) yang kembali kepada Nabi.
Secara bertahap , berdasarkan ajaran awal ini,
sejumlah murid berkumpul di sekitar para pembimbing ruhani ,
dan perkumpulan ini perlahan-lahan akan menjadi dasar
bagi tarekat-tarekat Sufi utama yang muncul kemudian.
@HSN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar