Minggu, 20 Desember 2015

Syariat adalah hukum.
Kita dalam dunia ini tak terlepas dari hukum, 
hukum dgn Allah, dengan sesama kita dan sesama makhluk lain (alam).

Mengenai hukum, kita sebagai objek merangkumi displin ilmu : 
fiqh, akhlak ( tasawwuf ) @ adab...

Dalam melaksanakan peraturan& ketentuan hukum,,
kita perlu memahami dan menghayati "apa tujuan hukum" , 
supaya memeliki nilai yg sempurna. 
Kata org tua-tua, kulit tanpa isi, tiada gunanya.

Tujuan hukum ialah kebenaran, 
dlm istilah tasawwuf adalah kebenaran @ hakikat, 
dan hukum itu dari segi syariat berasaskan Al-Quran,,sunnah, Ijma' & qias, 
ini sepakat pada ijmak ulama, namun ada lagi 4 yg kita kurang tahu.

Untuk mencapai tujuan, 
maka perlu cara @ jalan dan dlm tassawuf itu dikatakan tarekat, 
agar tidak tersesat maka diperlukan pula petunjuk jalan, 
maka adalah kumpulan tarekat yg kita sedia maklum, 
dan sebaik-baik petunjuk jalan adalah Rasulullah saw.
Tarekat dari segi bahasa ialah mazhab ertinya jalan,
 mengetahui adanya jalan maka perlu pula cara berjalan, 
maka adalah suluk dan zikir-zikir munajat 
yg ditentukan olih petunjuk jalan itu ( masing--masing tarekat berbeza ) .

Tujuan nya tidak lain, 
hanya supaya tidak tersasar dan tersekat 
ditengah perjalanan maqam-maqam yg dilalui.
Tujuan @'destinasi adalah kebenaran, maka perlu ada persiapan zahir dan batin juga menguasai ilmu ttg tatacara perjalanan.....

Hakikat pula dari segi bahasa bermakna kebenaran 
@ kenyataan asal @ yang sebenar-benarnya.

Kebenaran dlm hidup dan kehidupan inilah yg dicari dan yang dituju, 
ianya berkait rapat antara hakikat alam dan hakikat diri,
mdan dlm bahasa klasik : 
" diri mencari sebenar-benar diri" mencari jati dirinyg hakiki yakni,
 pada umumnya seumpama dgn pengertian " jasad, hati, nyawa, ruh "

Mencarinya bukan dgn akal fikiran 
tetapi pada rasa @ zauq yg dlm hati nurani, rasa yg penuh cahaya....

Teruskan mencari ?
Siapa yg mencari ?
Siapa yg dicari ?

Maka para arifbillah menyebut " amrun zauqi " urusan yg paling dalam, 
terlepas dari isyarat dan iktibar, lepas dari "raqom" lukisan dan "rasam" gambaran.

Lalu dgn rasa rendah hati mereka berkata ;
 " Man lam yazuq lam yadri " siapa yg tiada rasa, nescaya tiada tahu.

Tiada seorang yg sanggup atau mampu mengenalNya 
dlm erti kata yg sebenar-benarnya ( hakiki ) kecuali Dia yg Kenal Dia, 
maka dari sini Dzun Nun al-Misri berkata :-

" Araftu Rabbi biRabbi " 

" Aku mengenali Tuhanku, dengan Tuhanku jua " 

Wallahuaqlam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar