Syariat adalah hukum.
Kita dalam dunia ini tak terlepas dari hukum,
hukum dgn Allah, dengan sesama kita dan sesama makhluk lain (alam).
Mengenai hukum, kita sebagai objek merangkumi displin ilmu :
fiqh, akhlak ( tasawwuf ) @ adab...
Dalam melaksanakan peraturan& ketentuan hukum,,
kita perlu memahami dan menghayati "apa tujuan hukum" ,
supaya memeliki nilai yg sempurna.
Kata org tua-tua, kulit tanpa isi, tiada gunanya.
Tujuan hukum ialah kebenaran,
dlm istilah tasawwuf adalah kebenaran @ hakikat,
dan hukum itu dari segi syariat berasaskan Al-Quran,,sunnah, Ijma' & qias,
ini sepakat pada ijmak ulama, namun ada lagi 4 yg kita kurang tahu.
Untuk mencapai tujuan,
maka perlu cara @ jalan dan dlm tassawuf itu dikatakan tarekat,
agar tidak tersesat maka diperlukan pula petunjuk jalan,
maka adalah kumpulan tarekat yg kita sedia maklum,
dan sebaik-baik petunjuk jalan adalah Rasulullah saw.
Tarekat dari segi bahasa ialah mazhab ertinya jalan,
mengetahui adanya jalan maka perlu pula cara berjalan,
maka adalah suluk dan zikir-zikir munajat
yg ditentukan olih petunjuk jalan itu ( masing--masing tarekat berbeza ) .
Tujuan nya tidak lain,
hanya supaya tidak tersasar dan tersekat
ditengah perjalanan maqam-maqam yg dilalui.
Tujuan @'destinasi adalah kebenaran, maka perlu ada persiapan zahir dan batin juga menguasai ilmu ttg tatacara perjalanan.....
Hakikat pula dari segi bahasa bermakna kebenaran
@ kenyataan asal @ yang sebenar-benarnya.
Kebenaran dlm hidup dan kehidupan inilah yg dicari dan yang dituju,
ianya berkait rapat antara hakikat alam dan hakikat diri,
mdan dlm bahasa klasik :
" diri mencari sebenar-benar diri" mencari jati dirinyg hakiki yakni,
pada umumnya seumpama dgn pengertian " jasad, hati, nyawa, ruh "
Mencarinya bukan dgn akal fikiran
tetapi pada rasa @ zauq yg dlm hati nurani, rasa yg penuh cahaya....
Teruskan mencari ?
Siapa yg mencari ?
Siapa yg dicari ?
Maka para arifbillah menyebut " amrun zauqi " urusan yg paling dalam,
terlepas dari isyarat dan iktibar, lepas dari "raqom" lukisan dan "rasam" gambaran.
Lalu dgn rasa rendah hati mereka berkata ;
" Man lam yazuq lam yadri " siapa yg tiada rasa, nescaya tiada tahu.
Tiada seorang yg sanggup atau mampu mengenalNya
dlm erti kata yg sebenar-benarnya ( hakiki ) kecuali Dia yg Kenal Dia,
maka dari sini Dzun Nun al-Misri berkata :-
" Araftu Rabbi biRabbi "
" Aku mengenali Tuhanku, dengan Tuhanku jua "
Wallahuaqlam....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar