Jumat, 01 Juli 2016

Takdir Ilahi

Adakah pelukis yang melukis sebuah lukisan indah 
demi lukisan itu sendiri?

Tidak, 

tujuannya ialah untuk menyenangkan anak-anak 
atau mengingatkan kembali teman-teman yang telah lama berpisah 
kepada kenangan terhadap mereka yang mencintainya.

Adakah pembuat tembikar yang membuat kendi 

demi kendi itu sendiri dan bukan karena mengharapkan air?

Adakah kaligrafer yang menulis demi tulisan semata 

dan bukan demi kepentingan pembacanya?

Ini seperti langkah dalam catur, anakku: 

hasil dari setiap langkah dirasakan pada langkah selanjutnya.

Dengan memahami sebab di balik sebab, 

satu setelah lainnya, 
engkau mencapai kemenangan dan mensekak-mati.

Orang yang jiwanya bebal 

tidak tahu bagaimana maju: 
dia berbuat berdasarkan keyakinan 
serta melangkah secara buta.

Keyakinan buta, 

jika engkau ikut bertempur, 
adalah sia-sia seperti keyakinan penjudi 
atas keberuntungannya.

Apabila rintangan di muka dan di belakang terangkat, 

maka mata akan menembus dan membaca 
lembaran Yang Tak Terlihat.

Orang yang waskita ini 

melihat ke belakang ke asal keberadaannya – 
dia melihat para Malaikat mendebat Yang Maha Kuasa 
ketika hendak menjadikan Ayah kita (Adam) sebagai wakil-Nya,

Dan, sambil mengarahkan matanya ke masa depan, 

dia melihat segala sesuatu yang akan terjadi 
hingga Hari Pengadilan.

Setiap orang melihat sesuatu yang tak terlihat 

menurut kadar cahayanya.

Semakin sering ia menggosok cermin hatinya, 

semakin jelaslah ia melihat segala.

Kesucian ruhani terlimpah dari Karunia Ilahi; 

keberhasilan dalam menggosoknya 
juga merupakan Anugerah-Nya.

Usaha dan doa tergantung pada cita-cita: 

Manusia tiada memperoleh 
selain apa yang telah diusahakannya.

Tuhan sendiri adalah Pemberi aspirasi: 

orang yang kasar takkan bercita-cita menjadi Raja;

Namun takdir Tuhan tentang nasib tertentu bagi seseorang 

tidak merintanginya untuk berkemauan dan mengambil pilihan.

Ketika kesulitan datang, 

orang yang bernasib sial akan berpaling dari Tuhan, 
sementara orang yang diberkahi 
akan mendekat kepada-Nya.


Maulana Jalaluddin Rumi, Matsnawi IV, 2881

Tidak ada komentar:

Posting Komentar