Jumat, 24 Juni 2016

PERJALANANNYA KE NEGARA SYAM

PERJALANANNYA KE NEGARA SYAM
Pada masa umurnya 12 tahun mengembara Abu Thalib beserta anak saudaranya ke Negara Syam dan ada lagi besertanya kawan-kawannya dari Quraisy untuk berniaga di sana maka apabila hampir mereka di pekan (Busra) di situ seorang paderi nashara gelarannya Bahira namanya Surjis dan pondoknya sambil memperhati ahli rombongan itu lalu melihat ia sebuah awan memayung Rasulullah saw di celah-celah kaum yang ramai itu kemudian mereka di bawah sebatang pokok kayu di tepi pondoknya serta awan menaung semua pokok itu serta ranting-ranting itu pun mehulur-hulur kepada Rasulullah saw. Berkata Bahira, “Wahai tuan-tuan semua kamu saya jemput untuk makan di sini jangan ketinggalan kamu seorang pun daripada tua dan muda hamba dan merdeka”. Sahut seorang yang dalam ramai-ramai itu, “Engkau sudah pelik di hari ini, kami sudah berkali-kali sampai di sini tidak pernah engkau menjemput kami bahwa engkau ada hal yang ganjil”. Sahutnya, “Bahkan benar seperti bercakap silalah kamu sekalian”. Maka apabila tiba masanya datanglah mereka beramai-ramai kesitu kecuali Rasulullah saw kerana budaknya. Lalu Bahira menulis-nulis kepada mereka tiba-tiba tidak nampak ia rupa yang istimewa serta mereka. Berkata ia, “Tidak ketinggalan seorang dari jemputan-jemputanku wahai sekalian Quraisy?” Sahut mereka, “Tidak seorang pun ketinggalan yang seyogya tiba kecuali seorang budak kami biarkan menunggu kendaraan kami”. Katanya jangan kamu begitu, pergi kamu bawa ia kemari”. Lalu pergi seorang dari mereka lalu bawanya terus. Duduklah ia bersama-sama dengan kaumnya sambil merenung Bahira kepadanya memperati seluruh badannya dan sesungguhnya mendapat ia sifat-sifat (kenabian yang tersurat di injil mereka) maka apabila selesai mereka dari makan itu dan berpisahlah setengah kaumnya, rapatlah Bahira kepadanya (Nabi saw) seraya berkata, “Wahai budak bertanya saya akan dikau dengan hak lata dan uzza melainkan mesti engkau cerita akan saya”. Sahut ia jangan engkau bertanya akan daku dengan lata dan uzza sesuatu. Demi Allah tidak aku benci sesuatu sama sekali seperti benci aku akan keduanya”. Lalu berkata Bahira, “Demi Allah! Melainkan engkau khabar akan saya dari apa saya soal akan dikau”. Sahut ia baginya, “Tanyalah dari apa yang zahir bagimu”. Maka bertanyalah ia dari hal lenanya dan tingkah lakunya dan beberapa perkara lagi”. Mengkhabar Rasulullah saw perkara yang memang maklum Bahira dari sfat-sifatnya kemudian nampak ia di belakangnya akan Khataman Nubuwwah di tempat yang dalam injilnya. Selepas itu ia berhadap kepada Abu Thalib menanya, “Apa ini daripadamu?” Sahutnya, “Anak saya”. Berkata baginya Bahira, “Tidak ia anakmu dan tidak boleh ini budak ada ayahnya masih hidup”. Katanya,”Ia anak saudara saya”. Bertanya ia, “Apa buat bapaknya?” Jawabnya, “Sudah mati dan bundanya mengandung dengan dia”. “Dan apa buat bundanya?” Jawabnya, “Sudah mati ia”. Hampir saja katanya benar engkau, bawa lekas pulang anak saudaramu ke kampungnya dan mesti jaga baik-baik atasnya dari bahwa dia maka demi Allah jika nampak mereka akan dia dan kenal mereka daripada seperti kenal saya niscaya menceroboh mereka akan dia maka bahwasanaya bakal jadi bagi anak saudaramu perkara yang sakan”. Lalu pulanglah Abu Thalib dengan Rasulullah saw seberapa cepatnya. Tatkala habis selesai urusan-urusan perniagaan mereka di Syam.
Begitulah senantiasa Abu Thalib mengawalnya dengan cukup rapinya daripada apa kecerobohan yang bakal menimpa keatasnya sampai akhir hayatnya.
Dan diriwayatkan bahwasanya di masa sudah dewasa ia mengambil upah memelihara kambing-kambing dari kaum Quraisy. Diriwayatkan Ibnu Saad dan lainnya sabda Nabi saw: “Dibangkit Musa as padahal ia memelihara kambing dan dibangkit Daud as padahal memelihara kambing dan dibangkitku padahal aku memelihara kambing bagi ahliku di Ajyad.

PERJALANANNYA KE NEGARA SYAM KALI YANG KE DUA
Pada masa umurnya 25 tahun berkatalah Abu Thalib kepadanya, “Aku ini seorang bukan ahli hartawan dan masa menekan keras di atas kita, dan lihatlah dagangan perniagaan kaummu sudah hampir bergerak ke hala Syam, dan bermula Khadijah binti Khuwailid biasa sangat mengutus orang-orangnya untuk berniaga barang-barangnya, maka engkau pergi memohonnya tentulah ia menerima”. Dan sampai pada Khadijah cara-cara Abu Thalib menyeru anak saudaranya dengan berniaga. Lalu kebetulan si Khadijah sendirinya menjemput Baginda kepada yang demikian katanya, “Saya akan suruh kepadamu (wahai Muhammad) berlipat ganda yang selalu beri kepada orang lain”. Berkata Abu Thalib padanya inilah riski yang menyorong Allah kepadamu”. Lalu keluarlah ia beserta hambanya (Khadijah) Maisyarah hingga sampailah keduanya di Bushra di bumi Syam. Maka berhentilah di bawah teduh sepokok kayu. Berkata paderi Nasthuro, “Tidak berhenti di bawah ini pokok melainkan Nabi”. Kemudian berkata bagi Maisyarah, “Adakah dimatanya merah?” Jawabnya, “Bahkan tidak berpisah daripadanya”. Katanya ia Nabi akhir anbiya. Kemudian menjuallah ia barang-barang yang pada tangannya dengan berlipat-lipat keuntungannya. Kemudian Nasthuro ulang lagi perkataannya bagi Maisyarah, “Demi Allah! Ini nabi yang dapatkan dia syarahan-syarahan ulama kami sifat-sifatnya di kitab mereka”. Kemudian melihat di masa sangat hangat oleh Maisyarah dua malaikat mempayungnya saw dari matahari. Maka jadi tumpah sayang Maisyarah amat lebih seperti ia hambanya. Maka di masa kepulangannya tatkala masuk Mekah di waktu sangat hangat zuhur dan adalah Khadijah di satu bangunan tinggi haknya, maka nampaklah ia akan Rasulullah saw atas untanya padahal dua malaikat mempayungnya, maka memperlihat ia wanita-wanitanya semuanya heran tercengang-cengang bagi yang demikian itu, maka masuklah ia kepada Khadijah serta cerita cara larisnya maka suka ia pada yang demikian. Maka tatkala masuk Maisyarah padanya mencerita ia (Khadijah) apa yang melihat ia (di atas bangunan tadi). Lalu Maisyarah pun mencerita barang yang berlaku padanya (Rasulullah saw) daripada berita Nasthuro dan lainnya (hingga suburlah hati Khadijah rindu kepadanya atau cinta berahi padanya) serta berlipat-lipat ganda untung barang-barangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar