Malam ini anda ingin berangkat ke sebuah pesta yang bertabur
Cahaya Ilahi? Anda memang ditunggu oleh sejumlah pelayan dari alam
Malakut. Jika anda mau, segeralah. Sebelum tutup pesta malam indah itu.
Sebelum berangkat hendaknya anda mandi taubat dulu. Sholat dua rekaat. Gunakan pakaian yang suci, dengan aroma-aroma parfum akhlaq jiwa yang harum.
Sebelum berangkat hendaknya anda mandi taubat dulu. Sholat dua rekaat. Gunakan pakaian yang suci, dengan aroma-aroma parfum akhlaq jiwa yang harum.
Karena di pesta itu anda memang akan bertemu Sang Kekasih dan
berdansa dengan iringan musik Muanasah dan Munajat, yang dipetik melalui
tangan-tangan sejati yang ikhlas demi sebuah keserasian harmoni dengan
Kehendak Ilahi.
Sediakan uang sedekah untuk sebuah tiket. Sedekah harta dan jiwamu.
Karena harta dan jiwamu sudah dibeli oleh Allah swt, dengan syurga
abadi.
Kembangkan senyum ridlo dan syukur di sudut bibir jiwamu. Kekasih dan Mertuamu di sana pula.
Lalu berangkatlah menuju Kafe Sufi itu. Bukan! Niatmu menuju sang Pemilik Kafe, Allah Robbul ‘Izzah. Bukan menikmati menu-menu di sana, bukan pula ingin berdansa di sana, bukan pula ingin mabuk kepayang dalam musik dawai syurgawinya, bukan bertemu para bidadari yang tak terbayangkan eloknya. Bukan!
Tetapi bertemu Sang Pemilik Kafe. Bertemu dalam paduang Muwajahah, yang diawali dengan Muhadharah (hadirnya qalbu dan rahasia qalbu), lalu masuk ke ruang Mukasyafah (tersingkapnya Cahaya Hidayah yang nyata), kemudian berakhir dengan Musyahadah (Menyaksikan Sang Maha Segalanya…Sang Kekasih).
Naik kendaraan apa anda ke sana? Naiklah dengan kendaraan Thoriqoh, karena anda harus mengarungi samudera Hakikat, menuju Benua Ma’rifat. Jangan banyak bertanya, karena Nakhoda yang dipegang oleh Musrsyid Kamil Mukammil lebih mengetahui kemana bahtera menuju, bagaimana menghadapi ganasnya gelombang, bagaimana menghadapi perampok-perampok bajak Laut yang selalu ada. Bajak-bajak yang di pimpin Iblis, dan kolaborasi dengan hawa nafsu, terus ada di setiap sudut, dan celah gelombang.
Ya, memang tempat Kafe itu di benua sana. Benua Wushul Ilalloh Ta’ala.
Kembangkan senyum ridlo dan syukur di sudut bibir jiwamu. Kekasih dan Mertuamu di sana pula.
Lalu berangkatlah menuju Kafe Sufi itu. Bukan! Niatmu menuju sang Pemilik Kafe, Allah Robbul ‘Izzah. Bukan menikmati menu-menu di sana, bukan pula ingin berdansa di sana, bukan pula ingin mabuk kepayang dalam musik dawai syurgawinya, bukan bertemu para bidadari yang tak terbayangkan eloknya. Bukan!
Tetapi bertemu Sang Pemilik Kafe. Bertemu dalam paduang Muwajahah, yang diawali dengan Muhadharah (hadirnya qalbu dan rahasia qalbu), lalu masuk ke ruang Mukasyafah (tersingkapnya Cahaya Hidayah yang nyata), kemudian berakhir dengan Musyahadah (Menyaksikan Sang Maha Segalanya…Sang Kekasih).
Naik kendaraan apa anda ke sana? Naiklah dengan kendaraan Thoriqoh, karena anda harus mengarungi samudera Hakikat, menuju Benua Ma’rifat. Jangan banyak bertanya, karena Nakhoda yang dipegang oleh Musrsyid Kamil Mukammil lebih mengetahui kemana bahtera menuju, bagaimana menghadapi ganasnya gelombang, bagaimana menghadapi perampok-perampok bajak Laut yang selalu ada. Bajak-bajak yang di pimpin Iblis, dan kolaborasi dengan hawa nafsu, terus ada di setiap sudut, dan celah gelombang.
Ya, memang tempat Kafe itu di benua sana. Benua Wushul Ilalloh Ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar