Selasa, 21 Juni 2016

TAREKAT NAQSYABANDIYYAH

Juga ditunjukkan bahwa lathifah al-Qalb adalah 
manifestasi  salah satu nama Allah (al-asma al-husna),
yakni Al-Jabbar atau "Mahaperkasa dan Mahakuasa". 
 Asal-usulnya ialah sifat Allah yang diistilahkan sebagai 
"menciptakan" dan "menjadikan".

Lathifah ini bakal mencapai kesempurnaan manakala
lenyap dan tenggelam dalam tindakan Allah,
dan mewujud lewat tindakan-Nya semata.
Dalam keadaan fana' al-Qalb atau 'ketiadaan dalam hati",
sang hamba tidak sadarkan diri dan mengacukan
segenap perbuatannya kepada Allah saja.
Dalam ungkapan lain ,
ia mengetahui bahwa segenap ciptaan berasal dari Allah.

Dalam terminilogi kaum Sufi,
yang demikian disebut "pencerahan dari Tindakan Allah" atau 
"kefanaan dalam hati".
Tandanya ialah bahwa pengetahuan dan hubungan inderawi 
dengan  segenap sesuatu selain Allah sama sekali terputus,
yakni hati benar-benar melupakan segala sesuatu selain Allah,
dan lebur dalam suatu keadaan 
di mana pengetahuan hal-hal lahiriah juga lenyap.

Cinta kepada-Nya hanyalah tetap diperuntukkan bagi cinta 
demi siapa manusia diciptakan,

"Hanya ada satu-satunya Zat dalam hati,
 Tak jadi masalah 
 meski ada seribu di dalam rumah."

Syah Rafi'uddin Qandzari mengatakan,
"Jika seorang hamba diberkahi dengan fana' al-Qalb 
 (kefanaan dalam hati), maka  ia termasuk golongan para wali.
 Kefanaan ini tidak bisa dicapai tanpa menyeberangi 
 "daerah kemungkinan" dan mengarungi sejumlah tahap 
 yang disebutkan oleh para Sufi yang tulus."

Dalam ayat al-Qur'an berikut, 
terkandung isyarat tentang ibadah hati hakiki ini,
"Pada hari tatkala kekayaan dan anak-anak tiada berguna,
 kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang tulus."
                                                    Q.S. Asy-Syu'ara , 26, 88-89.

Yang dimaksud dengan hati yang bersih adalah 
hati yang didalamnya tidak ada berbagai perasaan 
yang menggangu ketenangan jiwa, 
dan terbebas dari segala sesuatu selain Tuhan,
yang bisa mengalihkan perhatian.

Persoalan yang disinggung 
mengenai "harta kekayaan dan anak-anak" ialah bahwa 
bencana dan petaka seringkali muncul lantaran keterikatan kita
yang tidak semestinya kepada harta kekayaan dan anak-anak.,
sebagaimana dijelaskan,

"Harta kekayaan dan anak--anak mu hanyalah cobaan."
                                    Q.S At-Taghabun 64-15.
dan juga

"Wahai orang-orang beriman !
 Di antara istri-istri dan anak-anak mu ,
 ada yang menjadi musuh bagi mu.
 Maka, waspadalah pada mereka...."
 Q.S At-Taghabun 64,;14.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar