Senin, 27 Juni 2016

TENTANG BISIKAN-BISIKAN BATIN

Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelany:
20 Rajab tahun 546 H , di Madrasahnya.


TENTANG BISIKAN-BISIKAN BATIN.

Ada yang bertanya tentang intuisi-intuisi batin (al-khawathir), 
lalu beliau (Syeikh Abdul Qadir Jaelany menjawab, 
“Apa yang anda ketahui tentang intuisi-intuisi batin (al-khawathir)?”

Intuisi-intuisi anda datang dari syetan dan naluri hawa nafsu serta dunia. 

Hasratmu adalah apa yang terlintas dalam hasratmu sendiri. 
Intuisimu datang dari jenis hasratmu. 
Intuisi Ilahi Allah Azza wa Jalla, tidak tiba kecuali 
pada hati yang sunyi dari segala hal selain Allah Allah Azza wa Jalla. 

Dalam firmanNya:
“Berkata Yusuf: 
“Aku mohon perlindungan Allah daripada menahan seseorang, 
kecuali orang yang kami temukan harta benda kami padanya.” (Yusuf 79)

Apabila Allah Allah Azza wa Jalla, dan IngatanNya padamu, 

tentu akan memenuhi hatimu dari kedekatanNya, 
pada saat yang sama intuisi syetan, nafsu dan dunia akan lari. 
Bagi dunia ada intusi, 
begitu juga akhirat, Malaikat, nafsu, qalbu, dan 
Allah Azza wa Jalla juga ada intuisi (Intuisi Ilahi). 

Anda harus membuang semua intusisi itu wahai kawan, dan 
hanya berdiam pada Intuisi Ilahi Allah Azza wa Jalla.

Jika tampak intuisi hawa nafsu, syetan, dunia, 

maka akan datang intuisi akhirat padamu, 
lalu tiba pula intuisi malaikat, 
kemudian intuisi Al-Haq, Allah Azza wa Jalla . 
Dan itulah akhir intuisi dan sekaligus tujuan. 

Bila hatimu benar, maka ia terpaku pada intuisi, 
dan mengatakan padanya, 
“Intuisi yang mana anda itu, yang datang darimana?”

Intuisi itu menjawab, 

“Akulah intuisi ini dan itu. 
Dan aku adalah intuisi Allah Azza wa Jalla dari Allah Azza wa Jalla. 
Akulah penasehatmu, 
akulah pencinta Allah Azza wa Jalla yang mencintaimu. 
Aku mencintaimu dan akulah duta . 
Akulah bagianmu dari kondisi ruhani Nubuwwah (Kenabian).

Anak-anak sekalian….
Siapkan dirimu untuk ma’rifatullah Azza wa Jalla, 

karena ma’rifat itu adalah akar segala kebaikan. 
Bila semakin banyak taatmu padaNya, 
engkau akan dilimpahi ma’rifat. 

Sehingga Nabi Saw, bersabda:
“Apabila hamba taat pada Tuhannya Azza wa Jalla, 
maka Allah Azza wa Jalla memberikan ma’rifatNya padanya. 
Apabila hamba meninggalkan taatnya, 
Allah Azza wa Jalla tidak akan memberikan ma’rifat itu dariNya, 
namun membekukan di hatinya, 
agar kelak di hari kiamat Allah Azza wa Jalla meminta argument, 
dan berkata pada si hamba itu, 
“Aku berikan keistemewaan padamu dengan ma’rifatKu, dan 
Aku beri keunggulan mulia padamu dengan ma’rifat itu, 
kenapa anda tidak mengamalkan apa yang anda ketahui?”

Anak-anak sekalian…

Anda tidak akan meraih dari Allah Azza wa Jalla 
dengan kemunafikanmu, 
dengan kefasihan bahasamu, 
keindahan sastramu, 
cerahnya wajahmu, dan 
perubahan-perubahanmu 
serta seluruh perlindungan dan andalan wakilmu.
 Karena semua itu 
datang dari nafsumu, syetanmu, dan kemusrikanmu pada makhluk 
serta perburuan duniamu dengan mereka.

Kesimpulannya, 

rendahkanlah dirimu, dan rahasiakan masalahmu. 
Sampailah dirimu pada perkataan yang diucapkan padamu,
 “Bicaralah dengan nikmat Tuhanmu.”

Ibnu Syam’un ra, 

apabila telah dating karomah padanya, ia berkata, 
“Ini tak lebih dari tipudaya syetan!. 
Ia mengulang-ulang kata-kata itu hingga dikatakan padanya, 
“Siapa dirimu, siapa ayahmu? 
Anda bicara dengan nikmat Kami padamu.”

Nabi Musa as, bermunajat pada Tuhannya Azza wa Jalla, 

“ Ya Tuhanku, berilah aku wasiat…”
Allah Azza wa Jalla menjawab,

 “Aku berwasiat padamu, dirimu hanya untuk- Ku dan Tuntutan-Ku.”

Musa as, mengulangi sampai empat kali, dan selalu dijawab demikian. 

Allah Azza wa Jalla tidak berwasiat, 

“Carilah dunia, juga tidak carilah akhirat.” 
Seakan Allah Azza wa Jalla berwasiat, 
“Aku berwasiat padamu agar patuh padaKu dan meninggalkan maksiat padaKu. 
Aku berwasiat untuk mencari kedekatan padaKu. 
Aku berwasiat agar mentauhidkan diriKu, dan beramal bagiKu.
Aku berwasiat padamu agar berpaling dari selain Aku.”

Bila hati benar dan mengenal Allah Azza wa Jalla, 

ia akan mengingkari yang lainNya dan 
berbahagia denganNya, 
gentar pada yang lainNya, lalu 
santai denganNya, dan 
capek dengan yang lainNya.

Ya Allah aku bersaksi pada diriku 

sesungguhnya aku hanyalah orang yang menyampaikan nasehat 
pada hamba-hamba-Mu 
penuh dengan upaya untuk memperbaiki mereka. 
Saya menyerahkan semua apa yang di luar dirinya, 
seperti kalian, dari segi makna dan batin. 
Tak ada kemuliaan bagiku sedikit pun 
dalam mengatur dan menggerakkan mereka. 

Wahai mereka yang berada di bilik dan zawiyah,

kemarilah, 
rasakan ucapnnku walau satu huruf saja. 
Bergabunglah denganku walau sehari atau seminggu 
siapa tahu kalian belajar pengetahuan yang bermanfaat bagimu. 
Karena mayoritas kalian sedang dalam kebingungan. 
Kalian menyembah makhluk dalam bilik-bilik khalwatmu. 

Karena soal dunia sufi ini 
tidak sekadar menyepi dalam bilik-bilik khalwat, 
dengan cara yang bodoh.
Ayo kemarilah 

meraih pengetahuan bersama Ulama yang mengamalkan ilmunya, 
hingga langkahmu habis. 
Melangkahlah hingga lutut-lututmu tak berdaya, 
jika engkau sudah lelah duduklah. 
Berjalanlah dengan lahiriyahmu, lalu batin dan maknamu. 
Bila engkau meraih lahir batin, 
maka kedekatan dengan Allah Azza wa-Jalla datang kepadamu, 
dan engkau sambung (wushul) denganNya.

Bila hatimu bisa menempuh langkah-langkahnya, dan 

semangatmu menuju padaNya, 
itu tanda anda telah taqarrub pada Allah Azza wa-Jalla . 
Saat itulah anda selamat dan santai. 
Bisa jadi anda membangun bilik di daratan, atau 
duduk di tengah reruntuhan, atau
Allah Azza wa-Jalla mengembalikan dirimu 
di tengah keramaian manusia, 
lalu manusia, Jin, Malaikat, Ruh berbakti kepadamu?

Bila Qurbah (kedekatan dengan Allah Azza wa-Jalla) benar, 

maka engkau raih wilayah ruhani dan regenerasi ruhani. 
Maka Allah Azza wa-Jalla memberikan tawaran 
apa yang ada dalam rahasia perbendaharaanNya, 
bahkan 
langit dan bumi menolongnya dan seluruh makhluk di dalamnya, 
semata karena posisinya di hadapan Sang Raja, 
kejernihan batinnya, dan cahaya hatinya.

Islam dan Iman tidak akan pernah kosong dengan cara seperti itu. 

Sehingga rasa takutmu, puasamu, sholatmu dan terjagamu lebih banyak lagi. 
Dengan cara ini keprihatinan tampak di wajah mereka, 
karena mereka bertemu dengan keganasan bumi dan kekeringan air. 
Kegelapannya adalah matahari, 
pagi cerahnya adalah bulan dan bintang-bintang malam.

Tinggalkan bicara sia-sia, kata ini dan kata itu, lalu menelantarkan harta. 

Jangan terlalu banyak duduk-duduk dengan tetangga dan kawan-kawan, 
sharing tanpa sebab, karena itu anda bisa stress. 
Umumnya, 
kedustaan dan pergunjingan dari dua orang. 
Maksiat akan sempurna jika dari dua orang. 
Jangan keluar rumah kecuali karena keharusan yang dijalani 
demi kebaikan diri dan keluarga. 
Berusahalah untuk tidak mulai bicara kecuali menjawab. 
Jika ada yang bertanya tentang sesuatu, 
maka jawablah 
yang bisa memberi mashlahah padamu dan padanya. 
Kalau tidak, jangan dijawab!. 
Karena kaum sufi itu 
senantiasa takut dengan Allah Azza wa-Jalla, 
dalam segala situasi dan kondisi:

“Dan orang-orang yang memberikan 
apa yang telah mereka berikan, 
dan hati mereka takut.” (Al-Mu’minun 60)

Mereka takut jika mereka disiksa karena tipudaya. 
Takut jika imannya telanjang. 
Diantara mereka 
ada yang diberi anugerah dan nikmat dari Allah Azza wa-Jalla, 
yang membuat hati mereka lebih dekat padaNya. 
Mereka dizinkan masuk di hadapanNya, 
dengan limpahan kewenangan dariNya, dan 
Dia melimpahi anugerah pada mereka. 
Mereka dijadikan sebagai Wali-waliNya dan 
pengganti (abdal) Nabi-nabiNya, dan 
pusat perhatian bagi ciptaanNya. 
Mereka dijadikan sebagai guru-guru para hambaNya dan 
penguasa mereka. 
Menjadi pemimpin (ruhani) mereka di muka bumi dan 
diangkat menjadi KhalifahNya bagi mereka. 

Allah Azza wa-Jalla 

menjadikan mereka sebagai pribadi pilihanNya, dan 
mengajarinya langsung ilmu-ilmuNya, 
mengungkapkan hikmah-hikmahNya, 
memberikan kemuliaan melalui kemuliaanNya, 
memberikan limpahan anugerah melalui anugeraNya. 
Memberi tahu 
apa yang membahagiakan mereka dan mencelakakan mereka. 
Jejak imannya membekas di hati mereka, dan 
mahkota ma’rifah ada di kepala mereka. 
Kepastian takdir selalu menyertai bakti pada mereka. 
 Manusia, jin, dan malaikat,berdiri di hadapan mereka. 
Kerendahan hati senantiasa datang di hati dan rahasia hatinya. 
Masing-masing diantara mereka ini 
ada raja di jiwanya 
yang senantiasa duduk di hamparan singgasana kerajaannya, dan 
menggerakkan pasukannya di muka bumi 
untuk memberbaiki manusia, sekaligus menyerang aksi Iblis.

Hai kaumku… 

Ikutilah jejak-jejak para Sufi. 

Jangan sampai hasatmu adalah 
makan, minum, pakaian, kawin, mengumpulkan harta dunia. 
Karena hasrat mereka
 adalah ibadah, meninggalkan tradisi kebiasaan manusiawi. 
Carilah pintu-Nya, dan berkemahlah di sana. 
Jangan sampai kalian lari dari Pintu Allah Azza wa-Jalla, 
hanya karena adanya banana. 
Karena Dia akan menghalangimu 
dari bencana, bahaya, penyakit dan kelaparan, 
agar kalian mencariNya, dan 
jangan pergi dari PintuNya. 

Jangan sampai kalian tertutup kebodohan dan tidak mengenal 
apa yang dikehendaki oleh Allah Azza wa-Jalla pada mereka. 
Sembahlah Dia 
lalu bersihkan jiwamu dalam beribadah padaNya (ikhlas). 

Ingatlah perintah Allah Swt:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, 
  keculai untuk menyembahKu.” 
     (Adz-Dzaariyaat: 56)

Kalian telah melihat kebenaranNya dan 
kalian telah diberi tahu olehNya, 
lalu kenapa kalian meninggalkan ibadah padaNya, dan 
berpaling dari jalan menuju padaNya? 

Siapa pun yang tidak beribadah padaNya Azza wa-Jalla, 
berarti ia tidak tahu untuk apa ia diciptakan.
Mereka yang telah berpijak pada jejak dan hakikat, 
pasti telah tahu bahwa 
mereka diciptakan untuk beribadah. 
Mereka mati, lalu mereka mencintai, 
maka mereka telah mewujudkan kehambaannya.
(sambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar