Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelany:
20 Rajab tahun 546 H , di Madrasahnya.
TENTANG BISIKAN-BISIKAN BATIN.
Ada yang bertanya tentang intuisi-intuisi batin (al-khawathir),
lalu
beliau (Syeikh Abdul Qadir Jaelany menjawab,
“Apa yang anda ketahui
tentang intuisi-intuisi batin (al-khawathir)?”
Intuisi-intuisi anda
datang dari syetan dan naluri hawa nafsu serta dunia.
Hasratmu adalah
apa yang terlintas dalam hasratmu sendiri.
Intuisimu datang dari jenis
hasratmu.
Intuisi Ilahi Allah Azza wa Jalla, tidak tiba kecuali
pada
hati yang sunyi dari segala hal selain Allah Allah Azza wa Jalla.
Dalam
firmanNya:
“Berkata Yusuf:
“Aku mohon perlindungan Allah daripada
menahan seseorang,
kecuali orang yang kami temukan harta benda kami
padanya.” (Yusuf 79)
Apabila Allah Allah Azza wa Jalla, dan
IngatanNya padamu,
tentu akan memenuhi hatimu dari kedekatanNya,
pada
saat yang sama intuisi syetan, nafsu dan dunia akan lari.
Bagi dunia
ada intusi,
begitu juga akhirat, Malaikat, nafsu, qalbu, dan
Allah Azza
wa Jalla juga ada intuisi (Intuisi Ilahi).
Anda harus membuang semua
intusisi itu wahai kawan, dan
hanya berdiam pada Intuisi Ilahi Allah
Azza wa Jalla.
Jika tampak intuisi hawa nafsu, syetan, dunia,
maka
akan datang intuisi akhirat padamu,
lalu tiba pula intuisi malaikat,
kemudian intuisi Al-Haq, Allah Azza wa Jalla .
Dan itulah akhir intuisi
dan sekaligus tujuan.
Bila hatimu benar, maka ia terpaku pada intuisi,
dan mengatakan padanya,
“Intuisi yang mana anda itu, yang datang
darimana?”
Intuisi itu menjawab,
“Akulah intuisi ini dan itu.
Dan
aku adalah intuisi Allah Azza wa Jalla dari Allah Azza wa Jalla.
Akulah
penasehatmu,
akulah pencinta Allah Azza wa Jalla yang mencintaimu.
Aku
mencintaimu dan akulah duta .
Akulah bagianmu dari kondisi ruhani
Nubuwwah (Kenabian).
Anak-anak sekalian….
Siapkan dirimu untuk
ma’rifatullah Azza wa Jalla,
karena ma’rifat itu adalah akar segala
kebaikan.
Bila semakin banyak taatmu padaNya,
engkau akan dilimpahi
ma’rifat.
Sehingga Nabi Saw, bersabda:
“Apabila hamba taat pada
Tuhannya Azza wa Jalla,
maka Allah Azza wa Jalla memberikan ma’rifatNya
padanya.
Apabila hamba meninggalkan taatnya,
Allah Azza wa Jalla tidak
akan memberikan ma’rifat itu dariNya,
namun membekukan di hatinya,
agar
kelak di hari kiamat Allah Azza wa Jalla meminta argument,
dan berkata
pada si hamba itu,
“Aku berikan keistemewaan padamu dengan ma’rifatKu,
dan
Aku beri keunggulan mulia padamu dengan ma’rifat itu,
kenapa anda
tidak mengamalkan apa yang anda ketahui?”
Anak-anak sekalian…
Anda
tidak akan meraih dari Allah Azza wa Jalla
dengan kemunafikanmu,
dengan
kefasihan bahasamu,
keindahan sastramu,
cerahnya wajahmu, dan
perubahan-perubahanmu
serta seluruh perlindungan dan andalan wakilmu.
Karena semua itu
datang dari nafsumu, syetanmu, dan kemusrikanmu pada
makhluk
serta perburuan duniamu dengan mereka.
Kesimpulannya,
rendahkanlah dirimu, dan rahasiakan masalahmu.
Sampailah dirimu pada
perkataan yang diucapkan padamu,
“Bicaralah dengan nikmat Tuhanmu.”
Ibnu Syam’un ra,
apabila telah dating karomah padanya, ia berkata,
“Ini
tak lebih dari tipudaya syetan!.
Ia mengulang-ulang kata-kata itu hingga
dikatakan padanya,
“Siapa dirimu, siapa ayahmu?
Anda bicara dengan
nikmat Kami padamu.”
Nabi Musa as, bermunajat pada Tuhannya Azza wa Jalla,
“ Ya Tuhanku, berilah aku wasiat…”
Allah Azza wa Jalla menjawab,
“Aku berwasiat padamu, dirimu hanya untuk- Ku dan Tuntutan-Ku.”
Musa as, mengulangi sampai empat kali, dan selalu dijawab demikian.
Allah Azza wa Jalla tidak berwasiat,
“Carilah dunia, juga tidak carilah
akhirat.”
Seakan Allah Azza wa Jalla berwasiat,
“Aku berwasiat padamu
agar patuh padaKu dan meninggalkan maksiat padaKu.
Aku berwasiat untuk
mencari kedekatan padaKu.
Aku berwasiat agar mentauhidkan diriKu, dan
beramal bagiKu.
Aku berwasiat padamu agar berpaling dari selain Aku.”
Bila hati benar dan mengenal Allah Azza wa Jalla,
ia akan mengingkari
yang lainNya dan
berbahagia denganNya,
gentar pada yang lainNya, lalu
santai denganNya, dan
capek dengan yang lainNya.
Ya Allah aku
bersaksi pada diriku
sesungguhnya aku hanyalah orang yang menyampaikan
nasehat
pada hamba-hamba-Mu
penuh dengan upaya untuk memperbaiki mereka.
Saya menyerahkan semua apa yang di luar dirinya,
seperti kalian, dari
segi makna dan batin.
Tak ada kemuliaan bagiku sedikit pun
dalam
mengatur dan menggerakkan mereka.
Wahai mereka yang berada di bilik
dan zawiyah,
kemarilah,
rasakan ucapnnku walau satu huruf saja.
Bergabunglah denganku walau sehari atau seminggu
siapa tahu kalian
belajar pengetahuan yang bermanfaat bagimu.
Karena mayoritas kalian
sedang dalam kebingungan.
Kalian menyembah makhluk dalam bilik-bilik
khalwatmu.
Karena soal dunia sufi ini
tidak sekadar menyepi dalam
bilik-bilik khalwat,
dengan cara yang bodoh.
Ayo kemarilah
meraih
pengetahuan bersama Ulama yang mengamalkan ilmunya,
hingga langkahmu
habis.
Melangkahlah hingga lutut-lututmu tak berdaya,
jika engkau sudah
lelah duduklah.
Berjalanlah dengan lahiriyahmu, lalu batin dan maknamu.
Bila engkau meraih lahir batin,
maka kedekatan dengan Allah Azza
wa-Jalla datang kepadamu,
dan engkau sambung (wushul) denganNya.
Bila hatimu bisa menempuh langkah-langkahnya, dan
semangatmu menuju
padaNya,
itu tanda anda telah taqarrub pada Allah Azza wa-Jalla .
Saat
itulah anda selamat dan santai.
Bisa jadi anda membangun bilik di
daratan, atau
duduk di tengah reruntuhan, atau
Allah Azza wa-Jalla
mengembalikan dirimu
di tengah keramaian manusia,
lalu manusia, Jin,
Malaikat, Ruh berbakti kepadamu?
Bila Qurbah (kedekatan dengan Allah
Azza wa-Jalla) benar,
maka engkau raih wilayah ruhani dan regenerasi
ruhani.
Maka Allah Azza wa-Jalla memberikan tawaran
apa yang ada dalam
rahasia perbendaharaanNya,
bahkan
langit dan bumi menolongnya dan
seluruh makhluk di dalamnya,
semata karena posisinya di hadapan Sang
Raja,
kejernihan batinnya, dan cahaya hatinya.
Islam dan Iman tidak
akan pernah kosong dengan cara seperti itu.
Sehingga rasa takutmu,
puasamu, sholatmu dan terjagamu lebih banyak lagi.
Dengan cara ini
keprihatinan tampak di wajah mereka,
karena mereka bertemu dengan
keganasan bumi dan kekeringan air.
Kegelapannya adalah matahari,
pagi
cerahnya adalah bulan dan bintang-bintang malam.
Tinggalkan bicara
sia-sia, kata ini dan kata itu, lalu menelantarkan harta.
Jangan terlalu
banyak duduk-duduk dengan tetangga dan kawan-kawan,
sharing tanpa
sebab, karena itu anda bisa stress.
Umumnya,
kedustaan dan pergunjingan
dari dua orang.
Maksiat akan sempurna jika dari dua orang.
Jangan keluar
rumah kecuali karena keharusan yang dijalani
demi kebaikan diri dan
keluarga.
Berusahalah untuk tidak mulai bicara kecuali menjawab.
Jika
ada yang bertanya tentang sesuatu,
maka jawablah
yang bisa memberi
mashlahah padamu dan padanya.
Kalau tidak, jangan dijawab!.
Karena kaum
sufi itu
senantiasa takut dengan Allah Azza wa-Jalla,
dalam segala
situasi dan kondisi:
“Dan orang-orang yang memberikan
apa yang telah mereka berikan,
dan hati mereka takut.” (Al-Mu’minun 60)
Mereka takut jika mereka disiksa karena tipudaya.
Takut jika imannya
telanjang.
Diantara mereka
ada yang diberi anugerah dan nikmat dari
Allah Azza wa-Jalla,
yang membuat hati mereka lebih dekat padaNya.
Mereka dizinkan masuk di hadapanNya,
dengan limpahan kewenangan
dariNya, dan
Dia melimpahi anugerah pada mereka.
Mereka dijadikan
sebagai Wali-waliNya dan
pengganti (abdal) Nabi-nabiNya, dan
pusat
perhatian bagi ciptaanNya.
Mereka dijadikan sebagai guru-guru para
hambaNya dan
penguasa mereka.
Menjadi pemimpin (ruhani) mereka di
muka bumi dan
diangkat menjadi KhalifahNya bagi mereka.
Allah Azza
wa-Jalla
menjadikan mereka sebagai pribadi pilihanNya, dan
mengajarinya
langsung ilmu-ilmuNya,
mengungkapkan hikmah-hikmahNya,
memberikan
kemuliaan melalui kemuliaanNya,
memberikan limpahan anugerah melalui
anugeraNya.
Memberi tahu
apa yang membahagiakan mereka dan mencelakakan
mereka.
Jejak imannya membekas di hati mereka, dan
mahkota ma’rifah ada
di kepala mereka.
Kepastian takdir selalu menyertai bakti pada mereka.
Manusia, jin, dan malaikat,berdiri di hadapan mereka.
Kerendahan hati
senantiasa datang di hati dan rahasia hatinya.
Masing-masing diantara
mereka ini
ada raja di jiwanya
yang senantiasa duduk di hamparan
singgasana kerajaannya, dan
menggerakkan pasukannya di muka bumi
untuk
memberbaiki manusia, sekaligus menyerang aksi Iblis.
Hai kaumku…
Ikutilah jejak-jejak para Sufi.
Jangan sampai hasatmu adalah
makan,
minum, pakaian, kawin, mengumpulkan harta dunia.
Karena hasrat mereka
adalah ibadah, meninggalkan tradisi kebiasaan manusiawi.
Carilah
pintu-Nya, dan berkemahlah di sana.
Jangan sampai kalian lari dari Pintu
Allah Azza wa-Jalla,
hanya karena adanya banana.
Karena Dia akan
menghalangimu
dari bencana, bahaya, penyakit dan kelaparan,
agar kalian
mencariNya, dan
jangan pergi dari PintuNya.
Jangan sampai kalian
tertutup kebodohan dan tidak mengenal
apa yang dikehendaki oleh Allah
Azza wa-Jalla pada mereka.
Sembahlah Dia
lalu bersihkan jiwamu dalam
beribadah padaNya (ikhlas).
Ingatlah perintah Allah Swt:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia,
keculai untuk menyembahKu.”
(Adz-Dzaariyaat: 56)
Kalian telah melihat kebenaranNya dan
kalian telah diberi tahu olehNya,
lalu kenapa kalian meninggalkan ibadah padaNya, dan
berpaling dari
jalan menuju padaNya?
Siapa pun yang tidak beribadah padaNya Azza
wa-Jalla,
berarti ia tidak tahu untuk apa ia diciptakan.
Mereka yang
telah berpijak pada jejak dan hakikat,
pasti telah tahu bahwa
mereka
diciptakan untuk beribadah.
Mereka mati, lalu mereka mencintai,
maka
mereka telah mewujudkan kehambaannya.
(sambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar