Senin, 21 Desember 2015

NAFI ISTBAT

MAQAM NAPI ISTBAT
Dzikir napi istbat adalah dzikir tauhid, dzikir ini adalah dzikir yang paling penting dalam ajaran thariqat naqsyabandi, karena melalui hasil dzikir inilah seseorang hamba dapat mengerti sejauh mana pemahamannya secara hakikat akan ke-ESA-an Allah Swt yang maha meliputi dan merajai seluruh alam semesta ini secara keseluruhan. Dzikir ini di laksanakan setelah proses pembersihan bathin dari sifat – sifat madzmumah (buruk) dalam jiwa manusia yang selalu di hembuskan oleh iblis dan syaithan kepada manusia dari dalam secara ghaib dan bathin, mereka senantiasa menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan dosa serta pendurhakaan terhadap khaliknya.
        Dengan hasil dzikir ini juga seseorang hamba dapat mengerti secara hakikat akan makna sesungguhnya ikhlas dan tawadduk serta syukur kepada Allah Swt secara hakiki, sebelum seseorang hamba sampai lahir ruh tauhidnya melalui dzikir ini secara nyata di rasakannya, maka mereka yang mengakui akan kebesaran dan kebenaran serta ke-ESA-an Allah Swt masih hanya sebatas lahiriah saja, sementara secara pengakuan bathin belum di buktikannya secara nyata akan ke-ESA-an tersebut, setelah dapat di buktikannya melalui hasil dzikir ini barulah seseorang hamba dapat memahami sejauh mana dia ikhlas dan mengerti akan arti ikhlas tersebut dalam beribadah kepada Allah Swt, setelah betul – betul melaksanakan dzikir pada 7 (tujuh) lathaif dan ada merasakan hasil yang nyata akan limpahan karunia dan hidayah dari Allah Swt, maka mesti pula ada hasil yang nyata dari maqam wukuf qalbiy, karena pada tahap dzikir maqamat pada 7 (tujuh) lathaif seseorang hamba belumlah secara nyata dapat mengenal akan arti ke-ESA-an Allah Swt.
         Tingkat ketauhidan seseorang hamba akan di pertanyakan pada tahap ini, dengan arti kata seseorang hamba tersebut sudah dapat di perkirakan sedang dalam keadaan kebingungan (tahayyur), entah iya atau tidak akan kebenaran dari pada hasil dzikir lathaif yang di laksanakannya dengan melalui perjuangannya yang sangat berat tersebut, sebab hasil dzikir lathaif sebelumnya sangat sarat dan banyak terpengaruh pada penglihatan, pendengaran dan perasaan yang selalu di susupkan oleh jin dan syaithan pada pandangan bathin seseorang hamba dan banyak juga dari hasil khayalan dan angan – angannya sendiri dan belum tentu kebenarannya dan dia sendiri tidak akan bisa menjawabnya, nah, pada tahap inilah maka seseorang hamba harus dengan secara mantap dan meyakinkan akan ke-ESA-an Allah Swt melalui cara dzikir napi istbat, sebab menurut ajaran naqsyabandi, sebelum seseorang merasakan hasil dzikir ini secara nyata maka hamba tersebut belum mengetahui akan ke-ESA-an (tauhid) Allah Swt yang maha satu dan tiada duanya dengan lain.
            Pengakuan seseorang hamba akan ke-ESA-an Allah Swt hanya terkesan di bibir saja dan hanya secara syari’at zahir dan lahiriah saja, sementara secara hakikat hamba tersebut belum mengetahui akan bukti ke-ESA-an Allah Swt (tauhid) tersebut, dalam arti kata menurut ajaran naqsyabandi jika seseorang hamba belum merasakan hasil yang nyata dari pada dzikir napi istbat ini, maka hamba tersebut belum mengetahui akan ke-ESA-an Allah Swt secara hakikat dan yang sebenarnya, melainkan hanya pengakuan di luar saja dan penuh dengan kemunafikan dan malah akan cenderung jatuh kepada ibadah dengan kesyirikan atas tipu daya iblis, jin dan syaithan.
       Dalam menanamkan paham tauhid kepada Allah Swt, maka ajaran naqsyabandi membuat suatu tata cara atau kaifiyat berupa teknik dzikir untuk menyelami ilmu tauhid ini dengan cara dzikir napi istbat, yang artinya adalah meniadakan yang selainNya dan menetapkan akan diaNya yang maha satu atau tunggal, tiada lagi tuhan yang lain selain Allah Swt, ini adalah pelajaran untuk mengajarkan seseorang hamba agar mengerti untuk meng-ESA-kan Allah Swt dan supaya jangan terjun kepada syirik syiir atau khafi (tersembunyi) yang sangat membahayakan dan membuat seseorang hamba terlempar ke neraka jahannam.
          Secara umum, ummat islam memang sudah tidak lagi menyembah berhala, karena ini adalah kesesatan syirik yang menduakan Allah Swt secara jelas dan nyata, akan tetapi di dalam ajaran islam di kenal pula syirik syiir atau khafi (tersembunyi) yang sama saja bahayanya dan ancamannya adalah neraka jahannam yang bertemankan dengan iblis dan syaithan, untuk melebur sifat kesyirikan secara samar ini maka laksanakan dzikir napi istbat untuk sebagai obatnya, agar tidak tergolong kepada umat yang syirik secara halus tanpa di sadarinya, contohnya yang mudah dan banyak di temui dalam kehidupan sehari – hari adalah “Kapan anda bisa selesaikan pekerjaan ini?” maka jawaban yang di dengar atau di temui adalah umpamanya “Pagi pekerjaan tersebut sudah saya selesaikan”, nah jawaban yang demikian adalah termasuk syirik syiir atau khafi yang sangat samar dan halus sekali, sebab dia sendiri yang menentukan langkah atau takdir, karena dia merasa yakin bahwa dia bisa hidup sampai besok pagi dan menyelesaikan pekerjaannya walaupun memang benar di temui bahwa umurnya memang sampai keesokan harinya, jadi dalam arti kata sama saja dia dengan tuhan yang maha menentukan, seharusnya dia jangan melupakan kata – kata Insya Allah, maka inilah bagian dari syirik syiir atau khafi yang harus di upayakan terkikis habis dari hati seseorang hamba, jika ingin selamat dari dunia sampai akhirat.
            Seseorang hamba yang secara bathin sudah melekat dalam hati sanubarinya akan ketauhidan terhadap Allah Swt, dia senantiasa menjaga lidahnya dari hal – hal yang dapat merusakkan iman dan kedekatannya kepada Allah Swt, dia tidak akan ceroboh dalam mengeluarkan perkataan dan tidak akan ceroboh pula dalam melaksanakan syari’at menegakkan agama yang di sandarkan kepada ketaatan beribadah kepada Allah Swt, masya allah, jika saya saya perturutkan kata – kata saya melalui tulisan ini maka akan menjadi sangat panjang dalam menguraikan arti, makna dan faedah dari pada dzikir napi istbat ini, maka inilah pelajaran ilmu tauhid secara bathiniah yang di laksanakan dengan ibadah dzikir napi istbat menurut ajaran thariqat naqsyabandi.
           
Kaifiyat Dzikir Napi Istbat ada 7 (tujuh) perkara, yaitu :
Menguatkan wuquf qalbiy, maksudnya semua hasil dari dzikir lathaif atau pengisian maqam sebelumnya, maka himpunkan menjadi satu dan hadapkan kepada Allah Swt dengan penekanan ingat yang tiada putus dan mengakui akan keberadaan Aallah Swt yang tiada serupa dan seumpama dengan apapun juga, apapun juga perasaan yang di timbulkan oleh dzikir maqam sebelumnya harus nyata dan bukan dari khayal atau angan – angan, jika tidak demikian maka jangan lakukan dzikir napi istbat ini dulu, tetapi tetap fokus pada dzikir maqam yang tujuh banyaknya.
Menahan nafas di bawah pusat, maksudnya nafas jasmani di tahan penekanannya pada daerah kira – kira di bawah pusar untuk kegunaan menarik huruf awal La ilahaa illallah. Sedangkan pada rongga badan atau dada sebelah atas biarkan kosong seakan – akan hampa udara, sementara udara sudah berkumpul pada penekanan dan tahan nafas di bawah pusar tadi.
Membaca La ilahaa illallah dalam hati sambil menjalankannya di atas lathaif / maqamat, ini setelah pada point 2 di atas, maka mulailah membaca dzikir La ilahaa illallah menurut maqamat atau tata letaknya pada tubuh jasmani, selama menjalankan ucapan dzikir ini di larang keras bernafas, jika sudah tak sanggup maka hentikan.
Ingat akan maknanya, yaitu tiada tuhan selain Allah Swt, maksudnya sambil membaca dzikir La ilahaa illallah pada maqamatnya maka ingatlah arti atau makna La ilahaa illallah ini, jangan sampai terlepas ingatan tersebut.
Memukulkannya pada hati sanubari dengan pukulan yang sangat keras, inilah yang di maksud point 1 di atas, jika tidak ada hasil atau perasaan apapun dari dzikir maqamat dan wukuf qalbiy yang sudah di bulatkan, maka timbul pertanyaan apa yang akan di pukulkan dengan sangat keras pada maqam terakhir dzikir napi istbat ini? Jadi sebelum ada hasil nyata dari dzikir maqam dan wukuf qalbiy, maka jangan kerjakan dzikir ini, jika memang ada hasil atau perasaan dzikir maqamat dan wukuf qalbiy tadi, maka jatuhkanlah ia dan pukulkanlah dengan sekeras mungkin pada maqamat dzikir napi istbat yang terakhir.
Berhenti di tempat yang ganjil, artinya jika mau berhenti dari dzikir ini, maka berhentilah pada hitungan yang ganjil, seperti ; 5, 7, 9, 11 dan seterusnya asalkan bilangan ganjil.
Di sudahi dengan kalimah Laa ilahaa illallah muhammadur rasulullah, kemudian lepaskan nafas secara perlahan – lahan, maksudnya jika betul – betul mau mengakhiri dzikir napi istbat ini dan tidak akan di lanjutkan lagi maka ucapan akhirnya seperti yang di atas dan baru lepaskan nafas secara perlahan - lahan, tetapi jika hanya ingin istirahat sebentar karena nafas sudah sesak misalnya, maka jangan ucapkan kalimat di atas, sebab jika di ucapkan kalimat di atas maka ulangi lagi kaifiyatnya dari awal, karena modal dzikir ini sudah habis sama sekali dan menurut aturan sudah di anggap selesai dzikirnya, jika ingin hanya istirahat maka diam saja dan pertahankan ingatan hanya kepada Allah Swt.
Demikianlah uraian singkat mengenai dzikir tauhid atau napi istbat ini, harapan saya jika memang belum mengerti maka jangan di coba dengan sendiri saja sebelum di pahami betul caranya, di sarankan carilah guru atau mursyid yang mengerti akan ajaran ini, jika tidak maka kesesatanlah yang timbul karenanya.

Wassalam…
Oleh : Yuherman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar