Kamis, 24 Desember 2015

Syare’at, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah:

TENTANG Syare’at, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah:
Apa itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah?
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Djawa dwipa. Hari Rabu Legi. Tgl 23 Desember 2015

Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Sukses selalu dari saya WEB, untukmu sekalian Para sedulur dan Kadhang kinasih saya, dimanapun berada tanpa terkecuali, pada kesempatan kali ini, bertepatan dengan Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, yang jatuh pada hari kamis pahing, tanggal 24 Desember 2015 atau 12/1437H. dan pada Hari yang tak kalah Besarnya pula, yaitu Hari Raya Natal yang Jatuh pada hari jumat pon, tanggal 25/2015, dan kemudian berlanjut ke detik-detik Penyambutan Tahun Baru 2016.

Dan saya akan membagikan ilmu pengalaman pribadi saya, yang pernah saya pelajari dari Para Pembimbing saya, dan pernah saya prakteknya sendiri di TKP. Sebagai Ucapan Syukur di Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW bagi yang memperingatinya. Dan Ucapan Selamat Hari Natal 2015 bagi yang sedang merayakannya serta Ucapan sambut Tahun Baru 2016.

Sedulur dan Para Kadhang Kinasih saya yang selalu diridhai ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Sajian kita kali ini, diTahun 2015 ini, adalah tiga masa dalam kurun waktu, yang selama hayat masih dikandung badan, pasti akan berkesempatan menemui dan mengalaminya lagi di tahun-tahun berikutnya. Namun,,, sepanjang sejarah tersebut, sudahkah kita mendapatkan berkahnya? Sudahkah kita memperoleh maknanya?

Secara singkat, Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasawuf, Ibadah dan Istiqomah. Adalah sebagai berikut:

Para sedulur dan kadhang kinasih saya yang senantiasa diridhai Allah Azza wa Jalla. Ketahuilah, apapun alasan kepentingan tujuan dan maksudnya, tidak ada satupun waktu yang bisa terlepas dan lepas dari yang namanya; Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah. Karena, ke tujuh tahapan dimensi waktu inilah, yang menjadi ketetapan Hyang Maha Suci Hidup, yang harus di lalui oleh siapapun, jika hendak berbuat, bergerak, bertidak, bepergian, bermaksud dan terutama berniyat menuju kehadirat Hyang Maha Suci Hidup.

Kesama’annya: bila ingin mendapat titel. Sarjana, ir,dr dll, yang syah/resmi dan asli. Maka apapun alasannya, harus melalui sekaloh terlebih dahulu, berawal dari tk nol kecil, lalu naik ke tk nol besar, setelah berhasil melalui dua kelas di tk itu, baru naik lagi ke tingkatan sekolah dasar, dimulai dari kelas 1 hingga kelas 9/smp. Lalu setelah berhasil melalui itu, baru bisa berlanjut ke perguruan tinggi yang sesuai dengan bakat atau keahlian masing-masing diri.

Ketetapan dunia ini, tidak bisa di ganggu gugat, apapun alasannya, memang bisa, siapapun dia, asal punya uang, mendapatkan titel sarjana, ir, dr dll, memang bisa, tapi, coba pikirkan, apa manfaatnya, apa gunanya, apa untungnya, malah justru mencelakai diri bukan? Bagaimana tidak, la minimal masuk bui…

Begitulah gambaran tentang ketetapan Hyang Maha Suci Hidup, tersebut; Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah. Yang mau tidak mau, rela tidak rela, suka tidak suka, harus di lalui oleh siapapun yang menuju-Nya. Satu persatu, jika ingin jelas,,, mulus,,, ringan,,, mudah,,, dan enak. Melewatkan satu ketetapan saja, maka, harus siap samar, tersendat, berat, rumit dan tidak enak.

Tidak sedikit bukan, diantara kita, yang mengalami kesamaran, sendatan, berat, rumit, dan tidak enak di dalam belajar mengenal dan memahami Hyang Maha Suci Hidup. Sehingganya, keraguan muncul, kebingungan hadir, kebimbangan datang berkecamuk, berat sekali rasanya, sangat tidak enak, serba salah, tidak bisa-bisa, tidak sampai-sampai, tidak berhasil-berhasil, malah tambah bingung, pusing,,, pening,,, iman berubah jadi imron, spiritual morat marit, kepercaya’an/keyakinan jadi terapung, ada kabar yang terkesan gampang dan mudah, langsung tertarik, begitu dijalankan, sami mawon sama saja sulitnya, berbagai sangka’an dan duga’an bermunculan, sepertinya,,, jangan-jangan, jangan-jangan, jangan-jangan dan jangan-jangan lodeh, asem, opor, terus apa lagi ya… He he he . . . Edan Tenan. Iya apa iya? Hayo…!!!

Itu bukan di karena otak kita tidak mampu, tidak bakat, atau tidak kuat, bukan, itu di sebabkan, kita tidak melalui tahap aturan yang ada dan tersedia serta telah di tetapkan. Jika semuanya melalui tahapan yang ada dan tersedia, diatas tadi sudah saya beri gambaran persama’annya yang paling mudah untuk dipahami, targetnya jelas dan pasti, asalkan giat dan rajin belajar, sekian tahun, jadi sarjana, sekian tahun jadi insinyur, sekian tahun jadi dokter, setelahnya, silahkan tentukan, mau berexpresi dimana dan kemana… Anda akan di kaui oleh Bangsa dan Negara, sebagai Pewaris dan Penerus Keraja’an dunia yang Anda Pijak sa’at ini. Misalkan di Jakarta susah kerja’an, tinggal hijrah ke desa terpencil, nunjukin titel ir/dr. Bra ka dabra,,, dalam sekejap mata. Anda bisa jadi terhormat dan terpandang ditempat itu, bahkan bisa-bisa, di lantik jadi lurah, la wong ada kalanya, lurah di desa terpencil itu, buta huruf kok. He he he . . . Edan Tenan.

Lalu… Biyar mulus, jelas terang, mudah, tidak rumit dan sulit, supaya tidak ragu dan bimbing lagi dan cepat sampai alias berhasil dalam belajar. Bagaimana pak WEB…?!

Ya hanya dengan kembali awal, melalui tahapan yang ada dan tersedia, setahap demi setahap. Jika sudah merasa terlanjur ngiyak-nginyak tahapan itu, merasa waktu dan kesempatan serta usia yang tidak mendukung untuk memulianya dari awal, sehingganya, terpaksa pakai istilah singkat, ujug-ujug langsung ke kelas lima SD misalnya, atau ke SMP atau SMA. Ya jangan gengsi, jangan malu, jangan munafiq, akui dan terimalah serta tanggunglah risiko dari hal itu, jangan mau berbuat tapi tidak mau bertanggung jawab, kan sudah jelas, kalau itu risikonya, bahwa yang namanya menyebrang jalan raya, jika tidak menggunakan rambu-rambut jalan, risikonya akan tertabrak kendara’an…!!!

Selama masih gengsi mengakuinya, malu menerimanya bin munafiq, karena suatu alasan, risiko itu, tidak akan pernah berhasil di lewati, semakin membingungkan dan memusingkan, semakin rumit dan sulit serta berat yang tiada habisnya, tambah bodrex tambah budrex, semakin banyak menambah bodrex, ya semakin tambah ringsex.

Para Sedulur dan Para Kadhang Kinasih saya yang senantiasa diridhai Allah Azza wa Jalla. Selain yang sudah saya jelaskan diatas, banyak diantara kita yang Paseh berbicara Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah, dengan masing-masing gaya bahasanya. Namun percayalah,,, yang banyak itu, belum tentu tau betul, mengerti betul dan paham betul tentang apa itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, Ibadah, dan Istiqomah. Dibawah ini, saya akan menguraikannya dengan singkat, padat, namun tetap bisa mudah untuk di pahami, asal,,, yang toto titi surti ngati-ngati bacanya njih…

Satu. Syariat;
Syare’at… Adalah hukum dan aturan, yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia hidup, baik yang beragama maupun yang tidak beragama sekalipun. Selain berisi hukum dan aturan, syariat juga berisi penyelesaian masalah dari seluruh segi kehidupan. Maka oleh sebab itu, syare’at dianggap ilmu terpenting, khususnya bagi sebagian penganut Islam, karena syariat, merupakan panduan menyeluruh dan sempurnanya seluruh permasalahan kehidupan di dunia ini.

Sebab itu, syare’at,,, bukan saja berlaku untuk penganut islam saja, melainkan seluruh umat, diharuskan bisa tau seluk beluk detilnya, selagi belum mencapai ke tingkat Tarekat.

Dua. Tarikat;
Tarekat berasal dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang saya maksud di sini, adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, apa itu taqwa? Taqwa itu, orang yang diridhai oleh Hyang Maha Suci Hidup. Secara praktisnya, tarekat adalah Lakon, lakon yang intinya berusaha untuk bersipat dan berikap, lahir dan batinnya, menjadi orang bertaqwa/diridhai.

Tiga. Hakikat;
Hakikat artinya, i`tikad atau kepercayaan atau keyakinan (mengenai Hyang Maha Suci Hidup), dengan itu, maka hakikat ini, disebut perkerja’an Hati, urusan Rasa, soal dan tentang Hidup. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar dicium, dipikir selain Hyang Maha Suci Hidup, atau dalam arti lain, gerak dan diam, itu adalah kekuasaan Hyang Maha Suci Hidup.

Arti lebih dalamnya. Hakikat; adalah kebenaran, kenyataan. Karena Hakikat adalah menyaring dan memusatkan aspek-aspek yang lebih rumit, menjadi keterangan yang gamblang dan ringkas, hakikat mengandung pengertian-pengertian kedalam aspek yang penting dan instrinsik dari benda yang dianalisa/prediksi.

Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan, yang berarti kebenaran, sedangkan dalam kamus ilmiah, disebutkan, bahwa hakikat adalah: Yang sebenarnya; sesungguhnya; aslinya; keadaan yang sebenarnya.

(Partanto, pius A, M. Dahlan al barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya). Istilah bahasa hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran.

Empat. Makrifat;
Makrifat, Dari segi bahasa, Makrifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat, yang nantinya menuju kepada “Pengenalan terhadap Sang Khaliq. Pencipta semesta Alam Raya pless isinya, yaitu Allah alias Hyang Maha Suci Hidup.

Dan Maskrifat, adalah merupakan kode kelimuan alam semesta yang termuat dalam Al-Quran. Setelah berhasil melalui Syariat, Tarekat dan Hakikat,

Dalam makna lain…. Makrifat adalah tau/mengerti/paham melaksanakan pelaksa’annya (dengan sempurna). Sesuai Firma Hyang Maha Suci Hidup dan Sabdanya Hidup.

Sayangnya dalam fase ini (makrifat), nyaris tidak ada yang mampu mendekati makrifat, apalagi duduk dalam tahap/dimensi tersebut. Alasannya mudah saja, karena syarat mutlak makrifat adalah “mengusai ” Syariat, Tarekat, Hakikat.

Mengapa harus menguasai Syariat, Tarekat, Hakikat?
La mau lewat mana…!!! wong jalannya itu, itu… kalau sudah melalui Syariat, Tarekat, Hakikat dan berhasil mengusainya. Harus mendapatkan Wahyu.

Mengapa harus mendapatkan wahyu?
Jawabannya mudah saja, Makrifat, artinya pengetahuan dan pengalaman, yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat, yang nantinya menuju kepada “pengenalan Hyang Maha Suci Hidup/Allah. Sebab Wahyu adalah; (kunci-kode) keilmuan alam semesta yang termuat dalam Al-Quran.

Maka,,, bagaimana akan makrifat bila tanpa wahyu?
Bagaimana menjadi makrifat? jawabannya adalah: “tidak mungkin.” Kecuali, Nabi. Karena. Nabi, pasti memperoleh Wahyu.

Bila sudah mendapatkan Wahyu. Pinilih apa tidak?
Apa itu pinilih? Pinilih itu, maksudnya, amanah apa tidak, jika tidak pinilih/amanah. Wahyu tidak akan di gunakan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, pasti Wahyu-nya di salah gunakan, buat korupsi, buat perdukunan, buat ngejar-ngejar setan penghuni terowongan kasablanca, lingkaran cadas pangeran dll, ngaku Malaikat. Ngaku Nabi. Bahkan ngaku Tuhan. He he he . . . Edan Tenan.

Jika sudah mendapatkan Wahyu dan Pinilih/Amanah. Terus, pininto apa tidak?
Apa itu pininto? Pininto maksudnya, di perintah apa tidak, kalau pininto/diperintah, diutus. Maka akan kuasa untuk bisa membimbing dan mendidik serta mengabarkan kebenaran tanpa rekayasa bendera dan politik kotak apapun kepada siapapun tanpa batasan dan keterkecualian.

Jika sudah mendapatkan Wahyu dan Pinilih/Amanah, namun tidak pininto/terutus/terperintah. Maka akan memasukin tahap penyempurna’an lakon selanjutnya, yaitu Tasyawuf. Apa itu tasyawuf?

Lima. Tasyawuf;
Tasyawuf adalah… Ilmu Teknologi Al-Qur’an, Tasyawuf merupakan ilmu halus yang sangat tinggi dan tidak bisa dengan mudah dipelajari. Kecuali telah berhasil menguasai Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makifat.

Tasyawuf bukan ilmu hapalan yang dipelajari dengan otak, akan tetapi merupakan ilmu praktek teknologi Al-Qur’an yang Maha Dahsyat. Hasil pengamalan tasyawuf akan melahirkan sipat dan sikap manusia-manusia berkualitas tinggi, karena di setiap gerak gerik tubuhnya, tidak pernah lepas sedetikpun hubungan dengan Hyang Maha Suci Hidup, sebagai sumber kebenaran dan kebaikan.

Salah satu tujuan Hyang Maha Suci Hidup, mengutus para nabi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia hidup. Para nabi bukan sekedar menyampaikan firman Allah, akan tetapi juga berfungsi sebagai pembawa wasilah (wasilah carrier) sebagai media penyambung antara manusia dengan Tuhan. Nabi adalah teknolog Al Qur’an yang berwujud manusia hidup, yang di beri Wahyu mengetahui dan mengerti serta memahami, bagaimana menyalurkan power maha dahsyat, menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk manusia.

Kita masih ingat sejarah nyata, tentang kemampuan nabi Musa membelah laut? Kehebatan Nabi Isa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan segala jenis penyakit? dan Kehebatan Nabi Muhammad SAW membelah bulan?

Itu semua bukan terjadi dengan serta merta. Mereka diajarkan oleh Hyang Maha Suci Hidup teknologi Maha Dahsyat, teknologi metafisika dan siapapun menggunakan teknologi yang sama, maka hasilnya pasti akan sama. Kalau kita perhatikan bagaimana hebatnya teknologi fisika. Air yang tenang bisa diubah menjadi listrik lewat teknologi turbin. Air dipanaskan menjadi uap mampu menggerakkan gerbong kereta api yang beratnya ratusan ton. Air juga bisa mendongkrak mobil yang dengan memakai ujung jari, tentu saja lewat teknologi hidrolika. Air juga apabila di pisahkan inti atomnya akan terjadi ledakan sangat hebat, menjadi sebuah bom yang daya rusaknya luar biasa.

Air sifat dasarnya memadamkan api bisa berubah menjadi bahan bakar yang hebat. Masih banyak teknologi lain yang hebat hasil penemuan manusia, jika berbicara tentang teknologi al-Qur’an, alam metafisika tentu hasilnya berpuluh, beratus bahkan berjuta kali lebih hebat dari teknologi fisika. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membelah laut seperti yang dilakukan oleh nabi Musa atau menghidupkan orang mati yang pernah dilakukan nabi isa.

Pada intinya. Tasawuf adalah; Adalah Jalan Menuju Hyang Maha Suci Hidup. Jika sedang melalui jalan yang menuju Hyang Maha Suci Hidup. Maka,,, bersiaplah, tentukan dengan Pasti Titik Finis Awal dan Akhir-nya.

Karena…
“Jika yang di cintai adalah Ilmu, maka Ia akan menjadi Ilmu. Jika yang di cintai adalah Harta, maka Ia akan menjadi Harta. Jika yang di cintai adalah Tahta, maka Ia akan menjadi Tahta. Jika yang di cintai adalah wanita, maka Ia akan menjadi Wanita. Kalau mencintai Batu maka Ia adalah Batu, dan kalau mencintai Hyang Maha Suci Hidup. Maka aku tidak bisa menjawab. Karena Aku khawatir, jika aku menjawabnya, kalian akan melempariku dengan batu“… He he he . . . Edan Tenan.

Demikian gambaran bagaimana Rahasia dan Tingginya Tasyawuf, yang diawali dengan keberhasilan menguasai empat tahap ketentuan Hyang Maha Suci Hidup, yaitu; Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat.

Enam. Ibadah;
Namun,,, masih belum berhenti di situ saja, tidak cukup dengan itu dan begitu saja. Karena… Sebab… Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf. Itu di tentukan Oleh yang Namanya Ibadah. Lalu… Pertanya’an selanjutnya. Apa itu Ibadah? He he he . . . Edan Tenan.

Ingat… jangan salah maksud disini, Sholat/sembahyang, haji, sedekah dll itu, bukan Ibadah. Karena Ibadah itu “Ta’at” jadi, jangan bilang saya habis melaksakan Ibadah sholat jum’at, karena itu artinya “saya habis melaksanakan ta’at sholat jum’at” dll. Sholat dll, bisa di sebut ibadah/ta’at jika atas Sabdanya Hidup, jika bukan atas Sabdanya Hidup, tidak bisa di sebut ibadah/ta’at. La yang sholat itu mayat hidup, bukan manusia hidup, iya to… apa ada sejarahnya mayat ibadah/ta’at. Mayat itu, yang harusnya tidak bisa apa-apa, kalau ada mayat bisa sholat, pasti ngedeni bocah, pak jentit lo loba, wong mati ora iso obah, yen obah ngedeni bocah… He he he . . . Edan Tenan.

Para Sedulur dan para Kadhang kinasih saya yang senantiasa diridhai Allah Azza wa Jalla, Ibadah adalah ta’at/patuh. Ta’at/Patuh apa? Ta’at/Patuh akan Sabdanya Hidup. Karena hanya dengan Ta’at/Patuh pada Sabdanya Hidup, kita bisa sesuai dengan Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup. Dan hanya dengan sesuai dengan Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup. Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf bisa di Lakoni dan Lakukan.

Kalau tidak dengan Sabda-Nya Hidup, bagaimana kita bisa mengerti Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup. La Cuma Hidup yang Tau, mengerti dan paham Firman-Nya Hyang Maha Suci Hidup. Selain Hidup, Cuma bisa meraba dan menebak-nebak bin meramal dan menduga saja. Kalau tidak sesuai dengan Firman-Nya/Pentunjuk Hyang Maha Suci Hidup. Bagaimana mungkin bisa melalui Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, la yang memiliki ketentuan Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf itu, hanya Hyang Maha Suci Hidup. Bukan yang lain selain-Nya. Hayo…. silahkan di pikir, iya apa iya…?! He he he . . . Edan Tenan.

Tujuh. Istiqomah;
Ibadah/Ta’at yang di terima oleh Hidup, itu, adalah Ta’at/Ibadah yang Istiqomah. La…. apa itu Istiqomah? He he he . . . Edan tenan.

Istiqamah adalah anonim dari thughyan (melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan konsekuen, komitment. Tetep idep madep mantep. Apapun yang terjadi.

Arti sederhananya; Ibadah/Ta’at yang kontinyu atau apa itu, kalau bahasa inggrisnya, yang terus menerus dengan tetep idep madep mantep, tiada henti dan tak kenal putus, tidak tolah kanan tidak toleh kiri, bukan yang malam ini ngedo’a besoknya cuty, bukan yang hari senin Ibadah/Ta’at, hari selasanya istirahat, nanti hari rabu Ta’at/Ibadah, kamis jumatnya tidak, sabtu Ta’at/Ibadah, minggunya mbalelo, pagi tahu siang tempe sorenya oncom. Yo tangeh lamun rek. He he he . . . Edan Tenan.

WEB.:-)
Dengan semua penjabaran diatas, bisa terpikir kan, bahwasannya, tidak mudah untuk mencapai sebuah Kesempurna’an Hidup dan Kesempurna’an Mati itu… jika tanpa Hidup. Begitu sulit dan rumitnya, jika tidak dengan Hidup, bahkan bisa mustahil bisa melakonkan dan melakukan jika tanpa Hidup. Maka…

Renungkanlah dengan baik dan benar. Adakah pelajaran yang mengajarkan
Tentang Hidup?
Soal Hidup?
Bab Hidup?
Mengenai Hidup?
Selain Wahyu Panca Gha’ib..?!

Jika menolak Wahyu Panca Gha’ib, tidak mau dengan Wahyu Panca Gha’ib. Lalu mau dengan apa? Kalau jalannya, sudah jelas, yaitu… Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat, Tasyawuf, sebagai Dunia Nyata dan Gha’ib serta semua isi tetek bengeknya. Ibadah itu tiyangnya/peyangganya. Sedangkan Istiqomah itu, tenaganya/energinya/powernya… tapi Sarananya. Hanya Wahyu Panca Gha’ib. Karena hanya Wahyu Panca Gha’ib-lah yang mengajarkan; Tentang Hidup. Soal Hidup. Bab Hidup. Mengenai Hidup. Jadi… Monggo, silahkan di renung. Karena keputusan dan kesimpulannya, ada pada masing-masing diri Anda…
He he he . . . Edan Tenan. SALAM RAHAYU HAYU MEMAYU HAYUNING KARAHAYON KANTI TEGUH SLAMET BERKAH SELALU Untukmu Sekalian para Kadhang Konto dan Kanti Anom maupun Sepuh kinasih saya, yang senantiasa di Ridhoi ALLAH Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Pamrih saya berharap POSTINGAN SAYA KALI INI. Dapat Bermanfaat untuk semua Kadhang kinasihku sekalian tanpa terkecuali yang belum mengetahui ini dan Bisa Menggugah Rasa Hidup nya siapapun yang membacanya.
*Matur Nuwun ROMO….._/\_…..Terima Kasih.Terima Kasih. Terima Kasih*
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan
Handphon: 0858 – 6179 – 9966
https://putraramasejati.wordpress.com
http://webdjakatolos.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar