Sabtu, 18 Juni 2016

TAREKAT NAQSYABANDIYYAH

Prosedur dzikr Ism adz-Dzat (Zat) ialah bahwa seseorang 
mesti menyentuh langit-langit mulut dengan lidahnya
dan mencamkam makna Allah yang diberkati 
(yang tidak menyerupai entitas apa pun  
dan tak satu entitas pun menyerupai-Nya , 
Yang tidak menyerupai sesuatu 
dan tak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya,
Yang tidak bisa diukur dan dibatasi,
Yang tidak diliputi arah , 
Yang tidak menyerupai badan,
Yang Tunggal tanpa ada tandingan , 
Yang terpisah tanpa ada keserupaan) dan
mestilah mengarahkan hatinya kepada Allah Yang Mahakuasa
serta tenggelam dalam dzikr Ism adz-Dzat.

"Jangan usapkan kesturi pada badan,
 usapkan pada hati.
 Apakah Kesturi itu ?
 Nama suci-Nya yang penuh keagungan."
 (Rumi) 

Sebelum memulai dzikr itu,
mestilah diucapkan kata-kata berikut ini, dan maknanya,
yang sesungguhnya adalah makna nama Allah , 
mestilah dicamkan dalam benak pikiran,

"Berkah spiritual mengalir dari sang Wujud,
 yang Tunggal tanpa ada yang menyerupai,
 terpisah tanpa ada keserupaan , 
 Yang memiliki segenap kualitas dan kesempurnaan,
 terbebas dari segenap kekurangan dan ketercelaan,
 pada hati ku."
yang memusat pada lathifah tertentu.

Manakala 
sang dzakir mengulang-ngulang Ism adz-Dzat seratus kali,
ia mesti mengucapkan kata-kata ini 
dengan penuh kerendahan hatian dan keimanan , 
dengan cara senang bercakap-cakap dengan Allah.

"Ya Allah,
 Engkau dan keridhaan-Mu sajalah satu-satunya tujuanku.
 Anugerahkan kepadaku Cinta dan Pengetahuan - Mu."

Kata-kata ini mestilah diucapkan dalam hati.
Dalam terminologi tarekat Naqsyabandiyyah ,
yang demikian ini disebut Baz-Gasht atau "kembali".
Mereka menafikan berbagai perasaan 
yang menggangu dalam hati.
Sang Dzakir pun menjadi suci dan bersih 
serta hatinya terpaut kepada Allah semata.

Khwaja Mir Dard mengatakan bahwa 
sebelum memulai dzikr dengan segenap kerendahan hati
dan keimanan , merenungkan kekurangan-kekurangan nya sendiri,
menghadapkan wajahnya kepada Allah dan berharap bahwa
zikirnya akan diterima, sang dzakir pun memilih nama Allah 
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya 
serta memusatkan perhatiannya pada dzikir dan berkata ;

"Meski hati tidak mengetahui realitas,
 Segenap langkah pencarian pun 
 terus menempuh jalan.
 Wahai Tuhan !
 Entah Engkau memberi kami Raahmat-MU atau tidak
 Kami akan mengulang -ulang nama-Mu, "Allah","Allah!"


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar