Selasa, 22 Desember 2015

© I N T I P A T I • T A S A W W U F
© T A S A V U F • C O R E

Pengertian Tasawuf (Tasawwuf) menurut ULAMA' AHLUSSUNNA

Tasawuf (Tasawwuf) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana 
cara menyucikan jiwa, 
menjernihan akhlaq, 
membangun dhahir dan batin, 
untuk memperoleh kebahagian yang abadi lagi haqiqi.
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح

"Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ILMU FIQIH 
dan juga MENJALANI TASAWWUF, 
dan JANGANLAH kau hanya mengambil salah satunya. 
Sesungguhnya demi ALLOH Ta'ala saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu."

Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawwuf, 
maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. 
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawwuf 
tapi tidak mahu mempelajari Ilmu Fiqih, 
maka bagaimana boleh dia menjadi baik?
(Diwan Al-Imam asy-Syafi'i, hal. 47)

Para Ulama' besar kaum muslimin sama sekali tidak menentang tasawwuf, 
tercatat banyak dari mereka yang menggabungkan diri sebagai pengikut 
dan murid tasawwuf, para Ulama' tersebut berkhidmat 
dibawah bimbingan Seorang Mursyid Tarekat yang 'arif, 
bahkan walaupun ulama itu lebih luas wawasannya tentang pengetahuan syari’at Islam, namun mereka tetap menghormati para syaikh yang mulia, 
hal ini dikarenakan ilmu2 syari’at yang diperoleh dari jalur pendidikan formal 
adalah ilmu lahiriah, sedangkan untuk memperoleh ilmu batiniyah 
dalam membentuk “qalbun salim / akhlak yang mulia”, 
seseorang harus menyerahkan dirinya untuk berkhidmat dibawah bimbingan 
Seorang Mursyid Tarekat yang SEJATI. 
(yang silsilah keilmuannya jika dirunut keatas akan sampai 
kepada Hadrat Nabi Muhammad SAW)

HUJJATUL ISLAM AL-IMAM AL- GHAZALI R.A
(450-505 H./1058-1111 M)

Imam al-Ghazali R.A tentang tasawwuf : 
“Saya tahu dengan benar bahawa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, 
dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, 
dan jalan mereka adalah jalan terbaik, 
dan akhlak mereka paling suci. 
Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah 
dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan 
bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi 
[al-Munqidh min ad-dalal, hal. 131].

Dalam bukunya an-Nusrah an-Nabawiyyahnya mengatakan bahwa 
mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. 
Kerana, selain Para Rosul 'alaihimussola tu wassalam,
 tidak ada satupun manusia yang boleh lepas dari PENYAKIT HATI 
seperti riya', dengki, hasad dll. 

Dan, dalam pandangannya, 
tasawwuf lah yang boleh mengubati penyakit hati itu. 
Kerana di dalam ilmu tasawwuf intipatinya mempelajari pada tiga hal 
dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur’an al-Karim. 

Pertama, 
selalu melakukan kawalan diri, muraqabah dan muhasabah. 

Kedua, selalu berdzikir dan mengingat ALLOH Swt. 

Dan ketiga, 
menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur, sabar, 
syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.

DR. YUSUF AL-QARDHAWI
(Ketua Ulama' Islam Internasional dan juga guru besar Universitas al-Azhar – Beliau merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini) didalam kumpulan fatwanya mengatakan : “Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.”
Beliau juga berkata, “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh al-Qur'an dan as-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.”
EMPAT ORANG IMAM MAZHAB SUNNI
Semuanya mempunyai Seorang Guru Mursyid Tarekat. Melalui Mursyid Tarekat tersebut mereka mempelajari Islam dalam sisi esoterisnya yang indah dan sangat agung. Mereka semua menyadari bahwa ilmu syariat harus didukung oleh ilmu tasawuf sehingga akan tercapailah pengetahuan sejati mengenai hakikat ibadah yang sebenarnya.
IMAM ABU HANIFAH R.A
(85 H -150 H)
(Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi)
Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.
IMAM MALIKI R.A
(Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawwuf sebagai berikut :
“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.
Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).
IMAM ASY-SYAFI’IE R.A
(Muhammad bin Idris, 150-205 H)
Ulama besar pendiri mazhab Syafi’ie berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawwuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)
IMAM AHMAD BIN HANBAL R.A
(164-241 H)
Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, juz 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)
SYAIKH FAKHRUDDIN AR-RAZI R.A
(544-606 H)
Ulama besar dan ahli hadits) berkata :
“Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan hati mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah pada seluruh tindakan dan perilaku.”
(I’tiqad al Furaq al Musliman, hal. 72, 73)
IMAM AL-MUHASIBI R.A
(243 H./857 M)
Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa satu itu adalah Golongan orang TASAWWUF. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al- Wasiya hal. 27-32.
IMAM AL-QUSHAYRI R.A
(465 H./1072 M)
Imam al-Qushayri tentang Tasawuf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali wali- Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyaf).
Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyyah, hal. 2]
IMAM NAWAWI R.A
(620-676 H./1223-1278 M)
Dalam suratnya al-Maqasid:
“Ciri jalan sufi ada 5:
1. Menjaga 'kehadiran' ALLOH dalam hati pada waktu ramai dan sendiri, 2. Mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata, 3. Menghindari ketergantungan kepada orang lain, 4. Bersyukur pada pemberian ALLOH meski sedikit, 5. Selalu merujuk masalah kepada ALLOH swt. 
[Maqasid at-Tawhid, hal. 20]
SYEIKH IBNU KHALDUN R.A
(733-808 H)
Ulama besar dan filosof Islam berkata, “Jalan sufi adalah jalan salaf, yakni jalannya Para Ulama terdahulu di antara Para Sahabat ROSULULLOH SAW, Tabi’ien, dan Tabi’it-Tabi’ien. Asasnya adalah beribadah kepada ALLOH dan meninggalkan perhiasan serta kesenangan dunia.” (Muqaddimah Ibn Khaldun, hal. 328)
IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTI
(Ulama besar ahli tafsir Qur’an dan hadits) didalam kitab Ta’yad al haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57 berkata, “Tasawwuf yang dianut oleh ahlinya adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Ilmu ini menjelaskan bagaimana mengikuti sunnah Nabi Saw dan meninggalkan bid’ah.”
SYEIKH TAJUDDIN AS-SUBKI R.A
Kitab Mu’iid an-Na’iim, hal. 190, tentang Tasawwuf: “Semoga ALLOH memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah”
Dia berkata pula: “Mereka adalah manusia-manusia yang dekat dengan ALLOH yang doa dan shalatnya diterima ALLOH, dan melalui mereka ALLOH membantu manusia”
SYEIKH IBNU ‘ABIDIN R.A
Ulama besar, Ibn ‘Abidin dalam Rasa’il Ibn cAbidin (p. 172-173) menyatakan: ” Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka”. [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].
SYEIKH RASYID RIDHA R.A
Dia berkata, ”Tasawwuf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri danmempertanggung jawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi”
[Majallat al-Manar, tahun pertama hal. 726].
MAULANA ABUL HASAN ALI
AN-NADWI R.A
Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, “Para sufi ini memberi inisiasi (bai'at) pada manusia ke dalam keEsaan ALLOH dan keikhlasan dalam mengikuti Sunnah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap maksiat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada ALLOH.”
“Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuhan (ALLOH Ta'ala) mereka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam”
SYEIKH ABU ‘ALA AL MAUDUDI R.A
Dalam Mabadi’ al-Islam (hal. 17), “Tasawuf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul” “Tasauf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya.”
Seperti itulah pengakuan para Ulama besar kaum muslimin tentang tasawwuf. Mereka semua mengakui kebenarannya dan mengambil berkah ilmu tasawwuf dengan belajar serta berkhidmat kepada para Masyaikh Tarekat pada masanya masing-masing. Oleh kerana itu tidak ada bantahan terhadap kebenaran ilmu ini, mereka yang menyebut tasawwuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran ALLOH SWT!
Ringkasnya, belajar Tasawwuf dengan memilih Tarekat yang benar, Tarekat yang mu’tabaroh (yang diakui kesahihannya di dunia Islam) dari segi silsilah Guru dan ajarannya dari dahulu mahupun sekarang, adalah efektif untuk menyebarkan kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, dan meningkatkan kebahagiaan serta kedamaian.
Dengan Ilmu Tasawwuf manusia dapat lebih mengenal diri sendiri, dengan demikian akan lebih mengenal Tuhannya. Sehingga manusia mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia serta dari godaan keindahan penciptaan. Dan hanya ALLOH SWT yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-NYA yang tulus.
* * * * * * * * * * * * *
"Laa ilaha illa-ALLOH"
Tiada Tuhan melainkan ALLOH
"Laa ma’buda illa-ALLOH"
Tiada yang disembah melainkan ALLOH
"Ilahi anta maqsuudi, waridhoka mathluubi, wa 'atini mahabbataka wama'rifataka ya ALLOH."
Wahai Tuhanku (ALLOH), ENGKAU lah Dzat yang kutuju, dan keredhaanMU lah yang kucari, Sudilah ENGKAU memberikan rasa Cinta dan mengenalMU kepadaku, wahai ALLOH
‪#‎penyucianhati‬ ‪#‎jalananmanusiapencinta‬ ‪#‎ilmudanamal‬ ‪#‎jalanbagisangpencinta‬ ‪#‎jalanbagisangpencarikedamaiancinta‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar