Minggu, 27 Maret 2016

MUJAHADAH AGAR BATINMU INDAH

MUJAHADAH AGAR BATINMU INDAH.

Abu Ali Ad-Daqqaq rahimahullah mengatakan, 

"Barangsiapa menghiasi dirinya dengan mujahadah, 
maka Allah akan memperindah batinnya dengan musyahadah. 

Allah berfirman, 
"Orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, 
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami," 
(QS Al-Ankabut (29): 69). 

Barangsiapa yang tidak mengawali laku batinnya dengan mujahadah, 
maka ia tidak akan merasakan aroma wangi tarekat."

Imam Al-Junaed menuturkan,
 "Aku mendengar Sari As-Saqathi berkata,

 'Wahai kaum muda, bekerja keraslah 
sebelum kalian mencapai umur sepertiku yang lemah 
dan tak dapat melakukan amal yang maksimal.' 

Ini dikatakannya setelah melihat 
tak ada anak-anak muda yang menyertainya beribadah."

-- Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq

DOA-DOA TERBAIK PARA NABI YANG DIABADIKAN ALLAH DALAM QURAN

DOA-DOA TERBAIK PARA NABI YANG DIABADIKAN ALLAH DALAM QURAN.

Sobat, 
doa memiliki kekuatan besar untuk mendapatkan anugerah hidup 
dan kehidupan yang baik dalam segala hal. 
Karena itu jangan pernah bosan untuk berdoa. 
Mulai dari keadaan paling menyenangkan hingga keadaan paling sulit 
kita harus tetap memanjatkan doa kepada Sang Khalik 
untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup.

Sobat bisa mengucapkan doa dalam bahasa sendiri 
agar terasa lebih dekat kepada Allah dan 
kita bisa lebih leluasa mencurahkan segala isi hati 
dan juga meminta permohonan kepada Allah. 

Memang terdapat banyak doa dalam bahasa Arab 
yang juga perlu kita pelajari
 karena Al-Quran pun mengandung bahasa Arab, 
dan bahkan akan lebih afdol lagi jika kita bisa mengerti 
akan doa yang kita ucapkan dalam bahasa Arab.

Ada banyak doa yang bisa kita panjatkan dalam bahasa Arab. 
Di samping itu, 
untuk berbagai hal kita juga bisa berdoa dengan bahasa sendiri 
yang tentu harus sopan dan disertai puji-pujian kepada Allah SWT.

Adapun kumpulan doa terbaik Para Nabi yang diabadikan Allah 
dalam Quran yang bisa kita pelajari dan terapkan setiap hari seperti:

1. Doa Nabi Musa AS dalam surat Thoha 25-28
Doa memohon ampun: 
“Ya Tuhanku, 
sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, 
karena itu ampunilah hamba. 
Maka Allah mengampuninya, 
bahwa Allah sesungguhnya Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Doa menghadapi Firaun: 
“Ya Allah, 
lapangkanlah dadaku serta mudahkanlah urusanku 
dan lepaskanlah kakunya lidahku 
sehingga mereka mengerti akan perkataanku.”

2. Doa Nabi Ayub dalam Surat Al-Anbiya 83

Doa kesabaran dan mohon sembuh: 
“Ya Tuhanku, 
sungguh aku telah ditimpa dengan penyakit 
dan Engkau-lah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

3. Doa Nabi Yunus dalam surat Al-Anbiya 87
Doa saat dibuang kedalam laut: 
“Tidak ada Tuhan selain Allah, 
Maha Suci Allah, 
Sungguh hamba termasuk orang yang berbuat aniaya.”

4. Doa Nabi Sulaiman dalam surat An-Naml 19
Doa saat mendengar suara semut: 

“Ya Allah, 
anugerahkanlah hamba ilham 
untuk bisa tetap mensyukuri nikmat-Mu 
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada orang tuaku 
serta agar aku bisa mengerjakan kebajikan dengan keridhoan-Mu 
dan masukkanlah hamba dengan rahmat-Mu 
kepada golongan orang yang shalih.”

Semoga bermanfaat.
sumber: ummi-online.com
‪#‎RZKeilmuan‬ ‪#‎SharingHappiness‬ ‪#‎Zakat‬ ‪#‎Sedekah‬ ‪#‎Sharing‬ ‪#‎Happiness‬ ‪#‎Berbagi‬ ‪#‎Donasi‬ ‪#‎DonasiOnline‬ ‪#‎KemudahanDonasi‬

MU'AZ BIN JABAL 

| Berkata MU'AZ BIN JABAL 
mengenai mengajar dan belajar:

"Pelajarilah Ilmu!

Maka mempelajarinya kerana Allah itu taqwa. 
Menuntutnya itu ibadah. 
Mengulang-ulanginya itu tasbih.
Membahaskannya itu jihad. 
Mengajarkan orang yang tidak tahu itu sedekah. 
Memberikannya kepada ahlinya itu mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ilmu itu teman waktu sendirian dan 
kawan waktu kesepian, 
penunjuk jalan kepada Agama, 
pemberi nasihat bersabar waktu suka dan duka, 
seorang menteri di tengah-tengah teman sejawat, 
seorang keluarga di tengah-tengah orang asing 
dan sinar jalan ke Syurga.

Dengan ilmu, 
diangkat oleh Allah beberapa kaum, 
lalu dijadikanNya mereka pemimpin, 
penghulu dan penunjuk jalan pada kebajikan. 
Diambil orang menjadi ikutan dan penunjuk jalan pada kebajikan.
Jejak mereka di ikuti, perbuatan mereka diperhatikan. 
Malaikat suka kepada tingkah laku mereka. 
Disapunya mereka dengan sayapnya. 

Seluruh yang basah dan yang kering 
meminta ampun akan dosa mereka, 
hatta ikan dan binatang laut, 
binatang buas dan binatang jinak di darat, 
langit dan bintang-bintangnya".

Dengan ilmu itu, 
kehidupan hati dari kebutaan, 
sinar penglihatan dari kezaliman dan 
tenaga badan dari kelemahan.

[ Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin ]

Jumat, 25 Maret 2016

Fatwa Kehidupan ------------------------

Fatwa Kehidupan
------------------------
"Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya”
=============================================
Ruh itu ditiupkan bukan dimasukkan kedalam tubuh, dari dalam diri, 
dalam dimensi alam yang lebih tinggi, 
lalu dihembuskan kealam luar, meresap dan menjalar dalam setiap aliran tubuh. 

Maka jangan difahami bahwasannya ruh itu dari atas langit yang ada bintang2 itu
 lalu turun ke bumi, bukan demikian. 
namun dari dimensi alam tinggi keluar, 
dimana alam tinggi itu jg sama berada dalam tubuh, 
hanya berhimpit alamnya, namun terpisah secara dimensional.

Sebagaimana layaknya suatu tiupan atau hembusan dari mulut manusia, 
lalu mengeluarkan suara angin "Huuuuuuuuuuuuuu"...... 
Maka nama ruh itu adalah "Hu". Hu itu juga adalah sebagai "puji diri" dari ruh, 
puji diri itu maksudnya bahwa setiap ciptaan itu diberi "kode genetis" khusus, 
untuk "memuji dirinya sendiri", 
yang mana puji diri itu maksudnya adalah ALLAH memuji diriNYA sendiri 
melalui setiap ciptaanNYA, 
dan setiap ciptaan itu memiliki masing2 puji diri. 

Demikianlah maksudnya bahwa setiap ciptaan dilangit dan dibumi itu 
senantiasa "bertasbih" kepadaNYA, yaitu selalu memuji-muji ALLAH 
dalam bahasa puji dirinya masing-masing.

Ketika di dzikirkan "puji diri" dari ruh itu, yaitu "Hu.....Hu.....Hu....", 
maka setiap ruh manusia akan bergetar dan merespon mengikutinya, 
begitulah caranya untuk "menghidupkan" ruhani. 
bahwa rahasia-rahasia dari "puji diri" setiap sesuatu itu 
akan mendatangkan pengetahuan tentang hakekat sesuatu tersebut, 
demikianlah puji diri ruh itu bisa mendatangkan pengetahuan tentang ruh 
kepada seseorang.

MAJELIS CINTA DZIKIR

MAJELIS CINTA DZIKIR.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Musa a.s. bertanya kepada Allah SWT, 
"Tuhanku, apakah balasannya bagi orang-orang yang dzikir kepada-Mu 
dengan lisan dan hatinya?" 

Allah Swt. berfirman: 
"Wahai Musa, Aku akan melindunginya di Hari Kiamat dengan naungan 'Arsy, 
dan Aku akan menjadikannya di bawah kekuasaan-Ku."

Nabi Musa a.s. bertanya lagi, 
"Tuhanku, siapakah hamba-Mu yang paling merugi?" Allah SWT berfirman,
 "Orang yang tidak mengambil manfaat dari petuah dan orang yang tidak dzikir kepada-Ku sewaktu sendirian."
Dzikir merupakan cara yang paling efektif untuk berdialog dengan Allah SWT dan membuat hamba-Nya mampu secara aktif berpartisipasi 
dalam komunikasi dengan Allah SWT. 
Tentu saja kondisi spiritual dari pikiran atau hati setiap orang 
akan berbeda dalam menerimanya, 
tergantung dari kemajuan spiritual yang dialaminya. 

Secara umum dzikir akan selalu melahirkan sifat al-murâqabah 
(perasaan selalu diawasi oleh Allah) sehingga akan memasukkan pelakunya 
ke pintu al-Ihsan. 

Orang-orang yang lalai tentu tidak akan sampai ke derajat al-Ihsan. 
Dzikir juga akan melahirkan al-inabah (dorongan jiwa ingin selalu kembali kepada Allah) sehingga hanya Allah-lah yang ditakuti, dan tempat kembali serta berlindung.
Jadi, 
sangat na’if jika masih ada orang yang gemar membid’ahkan kegiatan dzikir. 
Bagaimana mereka memandang Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin ‘Anbasah r.a. ini. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda, 
”Di sebelah kanan Tuhan yang Maha Rahmân, 
begitu juga di hadapan-Nya, 
ada sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan para syuhada. 
Sinar wajah mereka menyilaukan siapa saja yang melihatnya, 
sehingga para nabi dan para syuhada merasa iri atas kedudukan mereka 
dan dekatnya mereka di hadirat Allah Azza wa Jalla.”

Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?” 
Rasulullah Saw. menjawab, 
”Mereka adalah sekumpulan manusia dari berbagai kabillah yang berkumpul 
untuk melakukan dzikir kepada Allah. 
Mereka memelihara ucapan-ucapan yang baik 
seperti halnya orang yang makan kurma menjaga dan memilih 
hanya kurma-kurma yang baik,” (HR Thabrani).

Abdullah bin Busr r.a. mengatakan, 
“Sesungguhnya ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, 
‘Ya Rasulullah, perintah dalam syariat Islam ini banyak. 
Baritahukanlah kepada kami sesuatu yang dapat kami jadikan amalan dan kesibukan.” Rasulullah SAW bersabda, 
“Hendaklah kalian senantiasa membasahi lidahmu dengan dzikrullâh.”

Maka, 
mari nikmati hidangan hidayah Allah dengan berdzikir. 
Mari kita masuki taman-taman surga dengan berdzikir. 

Ibnu Taimiyyah berkata, 
“Sesungguhnya di dunia ada surga. 
Barangsiapa tidak masuk ke dalam surga itu, 
ia tidak akan masuk ke dalam surga Akhirat.” 

Ibnu Taimiyyah ditanya, 
“Apakah yang dimaksud dengan surga dunia itu?” 
Beliau menjawab, “Majelis-majelis dzikir.”

Pendapat ini didasarkan pada Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, 
yang bertanya kepada Rasulullah SAW. 
Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, 
“Apakah ghanimah majelis-majelis dzikir?”. 
Rasulullah SAW menjawab, 
”Ghanimah majelis dzikir adalah surga,” (HR Ahmad).

Selasa, 22 Maret 2016

MENGAJI HIKMAH, BERBAGI SESAMA

MENGAJI HIKMAH, BERBAGI SESAMA
26 Mei 2015 pukul 3:34
Saya atasnama Pendiri dan Admin Tasawuf Underground mengundang saudara-saudara di komunitas ini untuk hadir dalam acara MENGAJI DAN BERBAGI. Mari menjalin silaturahmi sesama salik sambil mengaji Sirrul-Asrar dan berbagi berkah dengan anak-anak yatim dan dhuafa.
Waktu: Minggu, 7 Juni 2015
Acara   : 1) Mari Berbagi, jam 12.30-14.00 WIB. 2) Pengajian Sirrul-Asrar, jam 15.00-17.00 WIB.
Tempat: Komplek Bukit Cirendeu, Blok B 1/ 29, Pisangan- Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Konfirmasi hubungi: Ustaz Halim Ambiya: 087885080318.

Program Mengaji dan Berbagi GRATIS UNTUK UMUM. Insya Allah akan diselenggarakan secara berkala. Untuk acara bulan Juni diadakan pada tanggal 7,  21 dan 28 Juni 2015.

Kami mengundang para sahabat untuk terlibat kegiatan sosial dalam acara Mari Berbagi berasama 15 anak yatim dan dhuafa. Dilanjutkan dengan acara pengajian Sirrul-Asrar secara berkala dengan pokok bahasan tasawuf sesuai dengan Kitab Sirrul-Asrar karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Qaddasallahu sirrahu.

Mari jadikan forum ini sebagai majelis ilmu yang bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah SWT meridhoi dan memberkahi segala niat baik dan kepedulian kita kepada mereka yang memerlukan bantuan. Aamiin.
Salam cinta,

Halim Ambiya
Pendiri & Admin Tasawuf Underground

________________________________________
________________________________________
BERBAGI BERSAMA 15 ANAK YATIM & DHUAFA
Berbagi Cerita Bersama Anak
Berbagi Berkah (Pembagian Sembako, Buku & Sedekah)
Konsultasi dan Pendampingan
Program Orangtua Asuh

MATERI KAJIAN BERKALA SIRRUL-ASRAR: 
Hakikat Penciptaan Alam. Membahas tentang awal penciptaan, makna hakikat ruh dan nur Muhammad, dan dimensi-dimensi alam ruhani.
Makna Kembalinya Manusia ke Negeri Asal Membahas tentang pengenalan perjalanan jiwa dalam syariat, tariqat, makrifat dan hakikat.
Ruang Edar Ruh Mengenal tentang Ruh Jismani, Ruh Ruwani, Ruh Sulthani dan Ruh Qudsi dalam perjalanan jiwa manusia.
Ilmu-ilmu Ruhani Mengenal tentang makna ilmu Khuduri dan Hushuli, ilmu lahir dan ilmu bathin.
Makna Tobat dan Talqin Membahas tentang makna tobat dan hakikat talqin bagi perjalanan jiwa manusia.
Pentingnya Belajar Tasawuf Membahas sejarah dan epistemologi tasawuf dan tarekat.
Makna Dzikir Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Membahas tentang makna, maqam, dan syarat dzikr dalam pengamalan dzikir jahr/dzikir lisan, dzikir qalb/ dzikir khafi, dzikir akhfal khafi. 
Bashirah dan Tawajjud kepada Allah Membahas tentang ketajaman jismani, qalbu, fuad, dan sirr sebagai perangkat untuk mengenal dan bertawajjuh kepada Allah.
Tabir-Tabir Qalbu Membahas mengenai tabir-tabir yang biasa menyelimuti qalbu manusia dalam beribadah kepada Allah/
Makna Bahagia dan Derita Membahas tentang makna kebahagiaan dan penderitaan dalam perspektif tasawuf.
Makna Bersuci Syariat dan Tarekat Membahas tentang makna bersuci secara syariat dalam kehidupan serta pengamalannya secara tarekat/hakikat.
Makna Shalat Syariat dan Tarekat Membahas tentang makna shalat secara syariat dalam kehidupan serta pengamalannya secara tarekat/hakikat.
Makna Zakat Syariat dan Tarekat Membahas tentang makna zakat secara syariat dalam kehidupan serta pengamalannya secara tarekat/hakikat.
Makna Puasa Syariat dan Tarekat Membahas tentang makna puasa secara syariat dalam kehidupan serta pengamalannya secara tarekat/hakikat.
Makna Haji Syariat dan Tarekat Membahas tentang makna haji secara syariat dalam kehidupan serta pengamalannya secara tarekat/hakikat.
Getaran Kalbu (Al-Wajd) Membahas tentang getaran jiwa dan tarikan ruhani yang bersumber dari Allah SWT.
Khalwat dan Uzlah Membahas mengenai makna khalwat dan uzlah dalam beberapa tarekat.
 Makna Tidur dan Mengantuk bagi Salik Membahas tentang peristiwa dan makna tidur dan mengantuk bagi salik
Aliran-aliran dalam Tasawuf/tarekat Membahas tentang macam-macam tasawuf/tarekat dalam Islam.
------------------------------------------------------

Senin, 21 Maret 2016

TENTANG MELIHAT ALLAH.......

Fatwa Kehidupan
------------------------
TENTANG MELIHAT ALLAH.......
=============================
Saudara2 fahamilah, jika melihat Allah yang engkau maksud adalah melihat DzatNYA, maka kukatakan saja, bahwa tidak ada seorangpun, walaupun para nabi dan para wali yang pernah melihat Dzat ALLAH. Jika ada yang mengatakan melihat Dzat Allah itu adalah dusta besar, pendusta diatas pendusta. Bahkan hanya sekedar melihat udara saja tdk ada yg mampu, meski memiliki mata batin yang super tinggi.
Wujud tertinggi yang bisa ditembus oleh mata batin adalah wujud NUR atau cahaya, itulah yg nampak. itupun, cahaya itu adalah maknawiah2 saja. Dan sebagian besar orang hanyalah masuk dalam "suwung ing ndalem angen2", yaitu suwung hasil angan2 belaka, karena akal bawah sadar manusia, bisa mewujudkan suwung. iya, akal jg bisa mewujudkan suwung.
diantara orang, gara2 pelajaran buku fisika anak SMP tentang zat, maka mrk ada yg mengartikan Dzat Allah, sbg zat Allah, lalu dianggap spt zat cair, zat padat dsb...... Lalu beranggapan bahwa tubuhnya itulah Dzat Allah. Jauh panggang dari api..... mrk tertipu buku fisika SMP. heuheuheu.....
Saya sudah terangkan tentang hal itu kemarin, yaitu ada yg memandang Allah sbg Dzat belaka, adapula yg sbg kesatuan utuh Dzat dan sifat.
Lalu apa yang disaksikan dari Allah, yaitu wujud dari cahayaNYA.... yg terluar adalah alam lahiriah inilah berasal dari cahayaNYA jg, lalu alam2 tinggi batiniah yg berlapis-lapis.......
Mengajak orang lain untuk mengenal Allah, adalah sesuatu yg mulia, namun tak perlu berdusta......
yang tertinggi bisa dijangkau adalah alam cahaya Ketuhanan atau alam ilahiyah...... itulah alam seluruh ilmu dan pengetahuan berada...... diatas itu, maka seluruh pengetahuan menjadi lenyap, adanya hanyalah "tidak tahu", sebenarnyalah "tidak tahu" adalah pengetahuan yang tertinggi.
Karena titah dasar dari ketidak tahuan itulah, maka seluruh alam semesta ini berputar-putar selama-lamanya, hanya untuk "mencari tahu"....... "siapa aku, bagaimana aku bisa ada, bagaimana awalku" dsb......
Ketika melampaui alam cahaya tertinggi, maka adanya adalah hanya "tidak tahu". 
tidak tahu itu yang seperti apa??.... ya tidak tahu....... 
yang ada siapa dalam tidak tahu???..... ya tidak tahu...... 
engkau siapa dalam tidak tahu??...... ya tidak tahu......
Setitik saja engkau tahu, makrifat langsung batal dan anjlok ke alam yg lebih rendah.....

Kamis, 17 Maret 2016

PESAN SYEKH IBNU ‘ARABI TENTANG CAHAYA ILAHI

PESAN SYEKH IBNU ‘ARABI TENTANG CAHAYA ILAHI
Syekh Ibnu ‘Arabi menuturkan bahwa beberapa orang datang kepada Khalifah Usman r.a. dan bertanya, “Apakah ada manusia setelah pemimpin kita Rasulullah SAW yang menerima wahyu dari Allah?”
Khalifah Usman r.a. pun menjawab, “Ketahuilah bahwa tak seorang pun akan menerima wahyu langsung dari Allah seperti yang beliau (Rasulullah) alami—tetapi aku mendengar beliau bersabda, ‘Berhati-hatilah terhadap firasat orang yang beriman, sebab dia melihat dengan cahaya Allah.’” Dan, dia berkata kepada orang itu, “Kulihat sinar cahaya Ilahi itu dalam matamu sendiri.”
Sinar cahaya Ilahi ini, menurut Syekh Ibnu ‘Arabi, dikaruniakan Allah kepada sebagian orang beruntung tapi yang imannya masih lemah, tujuannya agar hati mereka diperkuat dan didekatkan kepada Tuhan mereka. Namun, sinar ini tak akan tampak, kecuali ia dilindungi dan dilestarikan oleh ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Maka, dengarkanlah apa yang Allah firmankan kepadamu di dalam Al-Quran. Carilah di dalamnya arah bagi perbuatan dan cintamu. Hatimu akan berdegup karena cinta itu jika engkau beriman kepada apa yang kau dengar, dan membuktikannya dengan perbuatanmu.
Jika imanmu lemah dan kau lupa kepada Tuhan, berpegalah kepada tanda-tanda yang telah Allah letakkan di dalam segala sesuatu yang ada di sekitarmu untuk mengingatkan dirimu kepada-Nya. Maka, dengan penegasan dan bukti atas kebenaran tanda-tanda itu,yang diajarkan agamamu, hatimu akan menemukan kekuatan, dan imanmu akan semakin kokoh.
Lalu, jika engkau mampu melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan di sekelilingmu, namun tidak memahami maknanya karena kau kurang melaksanakan latihan batin, maka akibatnya kau mungkin disalahkan (orang lain), bahkan oleh dirimu sendiri, karena yang kau lihat hanyalah sihir atau ilusi belaka.
Ingatlah bahwa alat penglihatan kita adalah bashirah, mata batin—dan tanda orang yang memiliki mata batin ini adalah bahwa perilaku dan akhlak yang indah terungkap dalam perbuatannya. Perbuatan ini merupakan buah dari pemahaman dan pengetahuannya.
Memikirkan tentang makna batin atau spiritualitas dengan Allah mempengaruhi indera dan menajamkan kepekaan, yang memampukan orang untuk melihat berbagai alam gaib. Kaum materialis menolak kemampuan semacam ini. Banyak di antara mereka tidak percaya hal ini. Tetapi, sebenarnya ia merupakan sebuah ilmu yang tak ubahnya seperti ilmu yang lain, yang bergantung pada latihan (riyadhah), percobaan, dan usaha yang terus menerus (mujahadah). Ia merupakan pengetahuan yang diawali dengan iman dan bergantung pada iman.
Dan, kebahagiaan yang diperoleh oleh seseorang dari penglihatan sekilas atas kebenaran, yang dimungkinkan oleh firasat bawaan, karunia Allah, yang dimiliki setiap orang.
Orang yang melihat dengan mata batin ini berarti melihat dengan cahaya Tuhan. Cahaya Tuhan hanya mengungkapkan kebenaran saja. Kenyataan ini, dan pengakuan atasanya, hanya terungkapkan jika firasat bawaan dilengkapi dengan hukum-hukum agama.
Semoga bermanfaat!
--Syekh Ibnu ‘Arabi dalam Kitab Tadbirat al-Ilahiyyah fi Ishlah al-Mamlakah al-Insaniyah.

KEWAJIBAN DI JALAN TOBAT

KEWAJIBAN DI JALAN TOBAT
Imam Al-Ghazali mengungkapkan:
"Ketahuilah, sesungguhnya kewajiban bertobat itu telah sangat jelas dinyatakan dalam banyak hadis dan ayat Al-Qur'an. Bahkan, sangat nyata jika dilihat melalui cahaya mata batin (bashirah) bagi orang yang telah terbuka bashirahnya dan kalbunya telah dilapangkan Allah dengan adanya cahaya iman sehingga ia mampu memandan dan menerobos gelapnya kebodohan, tanpa perlu seorang pemandu yang akan menuntunnya di setiap langkah.
Di antara para salik, mungkin ada yang buta sehingga ia memerlukan penuntun dalam setiap langkahnya. Sedangkan para salik yang dapat melihat, hanya memerlukan penuntun di awal langkahnya saja, kemudian ia akan menuntun dirinya sendiri.
Sebaliknya, ada orang yang beruntung dilapangkan dadanya oleh Allah untuk menerima Islam, dan terus disinari oleh cahaya Rabb. Dia cepat merespons setiap sinyal selemah apa pun untun menempuh perjalanan yang penuh rintangan dan berbagai kesulitan yang melelahkan. Di hatinya telah terpancar cahaya Al-Qur'an dan iman.
Cahaya dalam batinnya itu begitu tajam sehingga ia sudah merasa cukup dengan penjelasan yang hanya sekilas. Keadaan ini seperti "...yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak tersentuh api." Dan, jika tersulut api, itu adalah "cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki."(QS An-Nur: 35) Tipe orang seperti ini tentu tidak lagi memerlukan petunjuk tektual (nash) di setiap situasi."
---Imam Al-Ghazali dalam Kirab At-Tawbah, Ihya Ulumuddin

EMPAT TINGKATAN MANUSIA

EMPAT TINGKATAN MANUSIA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani qaddasallahu sirrahu mengatakan:

"Terdapat empat jenis manusia:

Pertama, manusia yang tak berlidah dan tak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh, dan hina. Mereka ini tak pernah ingat kepada Allah. Tak ada kebaikan dalam diri mereka. Mereka ini bagai sekam yang tak berbenih, dimana Allah tak mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya.

Kerana itu, waspadalah jangan menjadi seperti mereka. Ini adalah manusia-manusia sengsara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah penghuni neraka. Mari berlindung kepada Allah dari mereka.

Hiasilah dirimu dengan makrifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan agama, menjadi pemimpin dan penyeru agama. Ingatlah, kau harus mengajak mereka taat kepada Allah dan memperingatkan mereka akan dosa.

Kedua, manusia berlidah, tapi tak berhati. Mereka berkata bijak, tapi tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah SWT, tapi mereka sendiri menjauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri tenggelam dalam lautan noda.

Kerana itu, menjauhlah dari mereka agar kau tak terseret oleh manisnya lidah mereka, yang kelak api dosanya membakarmu, lalu kebusukan hatinya akan membinasakanmu.

Ketiga, manusia berhati tapi tak berlidah. Mereka adalah Mukmin yang telah diberkahi, diberi pengetahuan tentang noda-noda dirinya, dikurniai hati yang mencerahkan, dan menyedari mudaratnya bergaul dengan manusia, kekejaman dan kekotoran lidah, dan meyakini bahawa keselamatan manusia ada pada sikap diam. Sebagaimana sabda Nabi, "Barangsiapa selalu diam, maka ia memperoleh keselamatan." (HR Ahmad dan At-Tirnidzi).

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya pengabdian kepada Allah terdiri dari sepuluh bahagian, dan yang sembilan bahagian dari itu adalah sikap diam."(HR Ibnu Abi Dunya).

Hunad Ibn As-Sari dalam kitab Az-Zuhud meriwayatkan hadis dari Abu Dzar Al-Ghifari, Rasulullah SAW bersabda, "Belumkah aku beritahukan pada kalian ehwal ibadah paling ringan dan mudah bagi badan? (ia adalah) diam dan berakhlak baik."

Mereka adalah para wali Allah, yang dalam rahsia-Nya tersembunyi, dilindungi, diberkahi dan dirahmati-Nya.

Kerana itu, kau harus mencari, mendekati dan berguru kepada orang-orang mulia ini. Layanilah dan cintailah mereka.

Keempat, manusia yang berlidah dan berhati. Mereka adalah orang-orang yang diundang ke dunia ghaib, yang dibalut pakaian kemuliaan, hal seperti ini yang disebut dalam Hadis, "Barangsiapa yang mengetahui dan bertindak sesuai pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka dia akan diundang ke dunia ghaib dan menjadi mulia." (HR An-Nasa'i).

Mereka ini adalah orang 'alim yang memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang sempurna tentang-Nya, dan Dia menganugerahkan kepadanya rahsia-rahsia yang disembunyikan-Nya dari yang lain. Dia memilihnya, mendekatinya, membimbingnya, memperluas hatinya agar dapat menampung rahsia dan pengetahuan hingga menjadikanya pekerja di jalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada kebajikan, pengingat akan siksaan perbuatan-perbuatan keji dan menjadi hujjatullah di tengah mereka.

Mereka menjadi pemandu, pembimbing, perantara, seorang siddiq dan saksi Al-Haqq, wakil para nabi, dan pilihan Allah.

Maka, orang semacam ini berada pada puncak tertinggi tingkatan manusia. Tak ada maqam di atas ini, kecuali maqam para Nabi. Adalah kewajipanmu untuk mentaati mereka, dan jangan sekali-kali memusuhinya. Sungguh keselamatan terdapat pada ucapan dan kebersamaan dengan mereka.

-- Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adb as-Suluk wa at-Tawasul ila Manazil al-Muluk

Rabu, 16 Maret 2016

BAGAIMANA KAU SEHARUSNYA BERPIKIR TENTANG AKU

BAGAIMANA KAU SEHARUSNYA BERPIKIR TENTANG AKU

Seorang murid mendatangi Ma'ruf al-Karkhi dan berkata:
"Aku berbicara pada orang-orang tentang Anda. Orang Yahudi mengatakan bahwa Anda beragamaYahudi; orang Kristen menganggap Anda sebagai salah satu pendeta mereka; orang Muslim bersikeras bahwa Anda adalah yang paling mulia dari seluruh ummat Muslim."

Ma'ruf menjawab:
"Inilah apa yang dikatakan ummat manusia di Baghdad. Ketika aku di Jerusalem, orang Yahudi mengatakan bahwa aku orang Kristen, yang Muslim menganggapku Yahudi, dan yang Kristen menganggapku Muslim."

"Lalu, apa yang harus kami pikirkan tentang Anda?" tanyanya.

"Sebagian tidak memahami dan mereka memujaku. Lainnya tidak demikian, maka mereka mencaci aku. Itulah apa yang harus aku katakan. Kau harus berpikir tentang aku sebagai seseorang yang mengatakan ini."
--------------------------------------------------------------
Karena saking 'tidak jelas' nya "penampakan luar" ma'ruf al-kharqi (ulama sufi penggagas paham cinta dalam dunia tasawuf) hingga membingungkan yang melihatnya, bahkan Ketika beliau wafat, banyak orang dari berbagai golongan datang bertakziyah, baik islam maupun non islam termasuk juga Yahudi dan Nasrani.
Sebelum meninggal Ma'ruf berpesan atau berwasiat sebagai berikut,
"Jika ada kaum yang dapat mengangkat peti matiku, berarti aku adalah salah satu diantara mereka."
setelah itu ternyata bahwa orang-orang Kristen tak Bisa mengangkat peti matinya. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi. saat tiba giliran orang-orang Muslim ternyata mereka sukses. setelah itu mereka men-shalatkan jenazah dan menguburnya di tempat itu juga. 
seperti halnya sufi lain jalaluddin rumi ketika meninggal orang -orang non muslim,yahudi nasrani pun ikut mengantarkannya ketika ditanya,"kenapa kalian mengantarkan seorang ulama islam? mereka menjawab,"kami menganggap nya seperti Musa ataupun Isa.", saking ramainya orang berdesak-desakan hingga peti matinya rusak dan diganti sampai enam kali , seseorang sampai memperingatkan:
"Perbaiki sikap kalian! Belajarlah bersikap baik selama pemakaman. Dia Raja dari para guru yg sebenarnya, dia telah berangkat ke alam seberang ,..."

kita orang indonesia pun punya tokoh seperti itu ,..
ya tokoh yang terkenal dengan ucapannya ,"Gitu aja kok repot ,..." pacman emotikon

CINTA

Para sufi menganggap Allah SWT 
sebagai kekasih hakiki para pecinta sejati, 
kekasih-kekasih selain-Nya adalah jelmaan dari tajali-Nya. 

Cinta kepada tajalli-Nya dianggapnya 
sebagai cinta majazi yang secara vertikal menuju cinta sejatinya, yaitu Allah Swt. 

Para sufi percaya bahwa 
pada hakekatnya tidak ada suatu apapun kecuali eksistensi-Nya yang maha Esa. 
Semua makhluk adalah huruf-huruf yang terangkai indah dalam lembar wujud-Nya. Tintanya adalah cinta.

Cinta hanya bisa dipahami lewat pengalaman personal. 
Namun hakikatnya mustahil direngkuh hanya dengan sekali percobaan. 
Manusia tak mungkin mengarungi dan menggapai cinta sejati, 
karena cinta merupakan jalan tak berujung. 
Cinta tak pernah memuaskan pencandu yang selalu dicekik dahaga.

Besarkah pengaruh cinta? 

Demi cinta, 
subjek rela meniadakan dirinya 
sembari menganggapnya sebagai puncak kesempurnaannya. 
Laron yang mati akibat tersengat api lampu yang dipujanya. 
Semut ternggelam dan terbenam dalam gula yang dicintainya. 

Bagi sebagian orang, cinta lebih dari sekedar bernyawa. 
Karena itulah, mereka mengutamakannya atas kehidupan.

ALLAH itu bersifat Qadim

| ALLAH itu bersifat Qadim dan kita bersifat hamba.
Namun sebagai hamba, kita diberi sedikit SifatNya 
dalam menjalani kehidupan sebagai manusia.

Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayyat, Sama', Basar dan Qidam adalah 
7 sifat yang diberi pinjam kepada kita buat sementara waktu.
Untuk menggerakkan kita Allah berikan Qudrat, 
tenaga atau upaya, keupayaan untuk kita bergerak sebagai manusia.

Qudrat pula tidak cukup kalau tidak ada Iradat, hasrat atau keinginan, 
bila dah boleh bergerak dan ada keinginan, 
boleh dan pasang angan angan apa yang nak dimiliki atau ke mana nak dituju.

Ada Qudrat dan Iradat pula masih belum cukup tanpa Ilmu, 
maka Allah berikan kita ilmu pengetahuan, iaitu kelebihan untuk kita berfikir.

Bila 3 perkara dah ada, Hayyat perlu ada, 
tiada Hayyat bererti kita tak hidup atau bernyawa, perlu ada nyawa.

Dalam menjalankan satu kehidupan, 
bila dah ada Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayyat, itu baru untuk suatu perbuatan, 
masih belum sempurna lagi kehidupan.

Kemudian Allah swt beri kita pinjam, Sama' atau penglihatan untuk melihat apa yg diinginkan. Beri kita Basar atau pendengaran untuk mendengar apa yg diperkatakan kepada kita.
Lepas boleh melihat dan mendengar, 
Allah beri kita Qalam, kebolehan untuk berkata kata. 

Sebab itu kita boleh bergerak, bercakap, mendengar dan melihat, 
barulah sempurna kejadian kita sebagai hambaNya yang dikasihi.

Namun bila diambil balik kesemua itu, 
yang tinggal pada kita hanyalah tulang, kulit, darah, daging lendir, 
otak dan bulu bulu roma, yang akan reput dan kembali semula ke tanah, 
asal kejadian kita.

Wallahu a'lam.
[ SEKADAR RENUNGAN ]

Mengapa Awliya adalah Awliya tetapi kita bukan?

Mengapa Awliya adalah Awliya tetapi kita bukan?

Masalahnya adalah 
kita tidak melakukan apa yang mereka katakan kepada kita 
untuk dilakukan. 
Kita tidak ingin mengalami kemajuan. 
Mereka mau menghadapi banyak rintangan 
dalam memurnikan diri mereka. 

Kalian puasa, mereka puasa. 
Kalian makan, mereka makan, 
kadang-kadang bahkan mereka juga (bertubuh) besar. 
Mereka makan (dengan porsi) dua kali lipat. 
Sebagian dari mereka berbadan besar. 
Mereka senang bercanda, tidak masalah. 
Kalian menikah, mereka juga menikah. 
Kalian mempunyai anak, mereka mempunyai anak. 
Kalian salat malam, mereka salat malam. 

Jadi, apa yang mereka lakukan lebih banyak? 

Mereka masuk ke dalam Maqaam al-Ihsan. 
Mereka melakukan ibadah nawafil, 
kita tidak melakukannya. 
Itulah masalahnya. 
Kita tidak melakukannya. 

Apakah ibadah nawafil itu? 

Mereka berbagi rasa dengan orang-orang. 
Mereka membagi apa yang mereka miliki dengan orang-orang. 
Mereka memberi nasihat untuk membantu orang, 
mereka mengatasi ego mereka. 
Tetapi kita, 
ego kita menguasai kita. 
Mereka menunggangi ego mereka. 
Mereka membuat ego mereka berada di bawah kendali mereka. 
"Nafsuka mati`atuka - Nafs, egomu adalah tungganganmu." 

Bukannya kalian yang menjadi tunggangan ego kalian. 
Kalian membuat ego kalian sebagai kuda kalian. 
Sekarang Setan dan ego kita menunggangi kita. 
Itulah perbedaan besarnya 
dan ketika mereka menyingkirkan semua karakteristik buruk ini, 
Allah membukakan maqamul cinta bagi mereka, 
sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits suci Nabi (s). 
Itu adalah hadits yang sangat sahih, sebuah hadits qudsi,

"Hamba-hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku 
dengan ibadah-ibadah sunnahnya (nawafil) hingga Aku mencintainya; 
ketika Aku mencintainya, 
Aku akan menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, 
Aku akan menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat, 
Aku akan menjadi lidahnya yang ia gunakan untuk bicara, 
Aku akan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk menyentuh sesuatu, dan 
Aku akan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan." ( Bukhari.)

Shaykh Hisham Kabbani

http://sufilive.com/Why-Awliya-Are-Awliya-and-We-Are-Not--1…

JENIS JENIS NAFSU

JENIS JENIS NAFSU
Imam al-Ghazali dalam kitabnya 
Ihya' 'Ulum al-Din dan Mukhtashar Ihya' 'Ulum al-Din 
menyebut nafsu itu ada 3 Martabat iaitu:

1) Nafsu al-Ammarah
Iaitu nafsu yang menyuruh melakukan segala maksiat dan kejahatan, dan tidak pernah menyuruh melakukan kebaikan serta tidak pula mencela (kesal) melakukan kejahatan.
Pada tahap ini hati nurani tidak akan mampu untuk memancarkan sinarnya kerana hijab-hijab dosa yang melekat tebal. Dan tidak ada usaha untuk mencari jalan menyucikannya. 
Kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit. 
Inilah martabat nafsu yang rendah sekali.

2. Nafsu al-Lawwamah
Nafsu Lawwamah ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya. Ianya lebih baik sedikit dari nafsu amarah. Kerana ia tidak puas atas dirinya yang melakukan kejahatan lalu mencela dan mencerca dirinya sendiri.
Bila buat silap dia lebih cepat sedar dan terus kritik dirinya sendiri. Perasaan ini sebenarnya timbul dari sudut hatinya sendiri bila buat dosa, secara automatik terbitlah semacam bisikan di lubuk hatinya. Inilah yang di katakan lawwamah. Golongan ini beramal tetapi masih ada riak, hasad dengki dan sebagainya.

3. Nafsu al-Muthmainnah
Seseorang yang telah istiqamah dalam melakukan ibadah dan tidak lagi tergerak hati untuk melakukan maksiat, sama ada zahir atau batin, hatinya telah suci dan nafsunya telah fana daripada terdorong kearah perkara keji.
Mereka mendapat ketenangan dan hilang gelisah di jiwa, mereka adalah wali kecil.
Antara sifat-sifat maqam ini adalah:
● Taqwa yang benar
● Arif
● Syukur yang benar
● Tawakkal yang hakiki
● Kuat beribadat
● Redha dengan ketentuan Allah
● Murah hati dan seronok bersedekah
● Dan lain-lain sifat mulia yang tidak 
dibuat-buat.
Al-'Arif Billah Syaikh Qasim al-Halaby dalam kitabnya Sair al-Suluk, menyebut nafsu itu ada 7 martabat, selain 3 yang di atas ditambah 4 lagi iaitu:

4. Nafsu Mulhamah.
Nafsu mulhamah ini ialah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui beberapa latihan.
Sifat orang yang telah sampai pada tahap ini ialah rindu, menangis, susah hati, enggan terhadap semua makhluk, sibuk beribadah.
Antara sifat-sifat yang bernafsu mulhamah:
● Sifat-sifat ketenangan,lapang dada dan 
tidak putus asa.
● Tak sayangkan harta
● Qanaah
● Berilmu laduni
● Merendah diri/tawwadu’

5. Nafsu al-Radhiyah
Maqam ini dinamakan radhiyah kerana perasaan keredhaan pada segala ketentuan dan hukuman Allah. Pada maqam ini sudah tidak ada rasa takut dengan pada bala Allah dan tak tahu gembira dengan nikmatNya. Sama sahaja.
Apa yang penting Allah redha padaNya. Itu kalau sakitpun dah tak perlu kepada ubat, sebab bagi dia sakit itulah nikmat kerana dia merasa makin dekat dengan Tuhannya. Wang ringgit sudah sama dengan daun kayu. Emas sama dengan tanah. Dunia sudah dipandang kecil, malah sudah tidak dipandang lagi sebaliknya dunia yang datang kepadanya.
Sifat-sifatnya:
● Ikhlas
● Warak
● Zahid
● Dan lain-lain lagi yang baik yang ada pada
maqam sebelum ini

6. Nafsu al-Mardhiyyah
Pada peringkat ini segala yang keluar darinya semuanya telah diredhai Allah. Perilakunya, kata-katanya, diamnya semuanya dengan keredaan dan keizinan Allah belaka. Akan keluar keramat yang luar biasa. Mereka sudah menanam ingatan pada Allah diteras lubuk hati mereka menerusi cara "khafi-filkhafi", maknanya secara penyaksiaan 'basitiah' iaitu penyaksian sifat ma'ani Allah yang nyata dan dizahirkan oleh diriNya sendiri.
Af'al diri mereka sudah dinafi dan diisbatkan secara langsung kepada af'al Allah semata-mata. Jiwa mereka betul-betul sebati, ingatan mereka terhadap Allah tidak sesaatpun berpisah darinya. Penyaksiaan terhadap hak sifat Allah jelas baginya sehingga hilang dirinya nya sendiri.
Sifat-sifatnya:
● Redha dan rela dengan apa-apa pemberian
Allah
● Lemah lembut pergaulannya
● Elok dan tingginya budi
● Lain-lain sifat terpuji maqam sebelum ini
7. Nafsu al-Kamaliah

Maqam ini adalah tertinggi. Maqam ini digelar sebagai "baqa billah", Kamil Mukamil", 
Al Insan Kamil kerana ia dapat menghimpunkan antara zahir dan batin, yakni ruh dan hatinya kekal kepada Allah tetapi zahir tubuh kasarnya tetap dengan manusia.
Hati mereka kekal dengan Allah tak kira masa dan tempat, tidur atau jaga sentiasa mereka bermusyahadah kepada Allah.
Ini adalah maqam khawas al khawas. Semua gerak geri mereka sudah jadi ibadat. 
Hatta berak kencing mereka, tidur mereka dan sebagainya.
Wallahu a'lam.

PENTINGNYA ILMU TAREKAT

PENTINGNYA ILMU TAREKAT.

Dalam tulisan Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat itu SATU 
telah saya uraikan tentang begitu pentingnya ilmu Tarekat 
sebagai metodologi pelaksanaan teknis dari syariat, 
aturan-aturan baku yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. 

Sejak kecil kita semua sudah mengetahui bagaimana cara shalat, 
jumlah raka’at dan bacaan yang wajib serta sunnat dibaca, 
dari sejak kecil sampai dewasa kita telah mahir melaksanakannya, 
lalu dimana bedanya?

Kalau pertanyaan ini tidak bisa dijawab, 
berarti shalat yang kita laksanakan ketika umur 10 tahun 
sama dengan shalat yang kita laksanakan ketika dewasa 
atau saat ini tidak ada perbedaan sama sekali. 

Lalu seberapa yakin kita bahwa shalat yang telah dilaksanakan bertahun-tahun 
diterima oleh Allah SWT? 
Seberapa yakin bahwa shalat yang kita kerjakan itu telah sesuai 
dengan apa yang dilaksanakan Nabi secara zahir bathin?

Pertanyaan ini perlu direnungi dan dijadikan semangat 
untuk terus mencari cara agar ibadah bisa di upgrade ke level lebih tinggi 
sehingga apapun ibadah yang kita lakukan akan memiliki makna yang dalam.

Tarekat sebagai ilmu untuk melaksanakan semua aturan Agama 
akan bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di atas. 

Menekuni Tarekat pada tahap awal dimulai dengan Tobat, 
menyesali kesalahan dan kekeliruan kita, 
menyesali akan kelalaian kita dalam mengingat-Nya. 

Dengan tobat maka rohani manusia akan menjadi suci 
seperti orang baru dilahirkan kembali. 

Jiwa manusia atas bimbingan Guru Mursyid akan terasa seperti kain putih, 
dan ketika kita melihat kain putih akan membuat diri sadar bahwa 
kita telah mengalami mati 
dan kemudian hidup kembali dengan kehidupan yang baru.

Jiwa yang telah mati dan dihidupkan kembali itulah kemudian memulai ibadah 
dengan kehidupan baru sesuai dengan tuntunan Allah SWT. 

Nabi berpesan, “Matikanlah dirimu sebelum engkau mati”, 
hadist ini hanya bisa dilaksanakan ketika orang mulai menekuni Tarekat. 

Mati dalam pengertian syariat nafas berhenti 
sedangkan mati dalam makna hakikat adalah mematikan akal fikiran 
dan menghidupkan Qalbu sebagai media komunikasi dengan Allah SWT.

Manusia yang mempunyai keterbatasan, 
penuh kehinaan dan penuh kesilapan tidak akan mungkin bisa berhubungan, berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Bersih dan Maha Tinggi yaitu Allah SWT. 

Karena itu Allah lewat Rasul menurunkan Wasilah, Nur Allah, 
sebagai media komunikasi antara hamba dengan Allah. 
Satu hal yang harus dipahami bahwa Rasul dan Nabi bukanlah Wasilah, 
mereka hanya sebagai pembawa wasilah yang berasal dari Allah SWT. 

Setelah Nabi wafat maka Wasilah itu dibawah oleh Ulama Pewaris Nabi yaitu 
Para Ulama, Guru Mursyid dan Wali Allah untuk menuntun manusia ke jalan-Nya.

Disinilah sebenarnya letak selisih pendapat antara pengamal tarekat 
dengan orang yang tidak pernah mengamalkan tarekat. 

Sebagian menganggap bahwa Guru Mursyid itu adalah wasilah 
sehingga mereka menuduh 
Guru Mursyid sebagai perantara antara hamba dengan Tuhan. 

Guru Mursyid meneruskan tradisi dari Rasul yaitu 
membawa Wasilah dari sisi Allah 
untuk disampaikan kepada seluruh ummat manusia. 
Orang-orang yang membawa wasilah itu bukan ditunjuk oleh sekelompok orang, 
bukan dipilih oleh manusia tapi mereka adalah pilihan Allah, 
orang-orang yang dikasihi oleh Allah SWT.

Kenapa Guru Mursyid begitu penting kedudukan dalam tarekat 
karena memang inti sari dari Tarekat itu terletak pada Guru Mursyid. 

Jadi bukan jenis tarekat yang menentukan kualitas sebuah tarekat 
tapi tergantung pada kualitas dari Mursyid itu sendiri. 
Maka tidak semua ulama bisa menjadi Guru Mursyid 
walaupun ilmu agamanya sangat luas. 

Menghapal Al-Qur’an dan Hadist, 
paham akan hukum-hukum agama belum tentu layak untuk dijadikan sebagai Mursyid. 

Guru Mursyid harus memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang telah ditetapkan 
oleh Allah dan Rasul-Nya, 
yang pasti seorang Guru Mursyid haruslah mencapai kedudukan Wali Allah. 

Keterangan tentang Wali Allah bisa di baca di Siapakah Wali Allah itu? 

Dan penjelasan secara lengkap tentang wasilah dan Guru Mursyid 
bisa anda baca di sini dan disini

Guru Mursyid sebagai pembawa Wasilah pada hakikatnya adalah 
sebagai pembawa Nur Allah (baca surat An Nur 35). 
Karena pembawa Nur Allah, 
maka dari dalam diri Mursyid akan mengalir 
segala ilmu rahasia dari Allah yang merupakan warisan Rasulullah SAW. 

Sudah sewajarnya para murid memberikan penghargaan yang tinggi 
kepada Guru Mursyidnya, melebihi penghargaan kepada Guru-guru biasa. 
Sebagai contoh sederhana Kulit kambing pun kita hargai, hormati, 
kita cium dengan penuh khidmat ketika menjadi sampul Al-Qur’an 
(ayat-ayat Allah yang tertulis), 
lalu bagaimana mungkin kita tidak menghargai Guru Mursyid 
yang merupakan sampul dari Nur Allah yang merupakan Hakikat dari Al-Qur’an.

Untuk bisa membaca Al-Qur’an,
kita harus membuka sampulnya agar seluruh isi Al-Qur’an bisa dibaca, 
begitu juga untuk bisa berhubungan dengan Ayat-Ayat Allah Yang Maha Hidup 
berupa Nur 
kita juga harus membuka sampulnya yaitu Guru Mursyid. 

Itulah sebabnya dikalangan Tasawuf hadap atau sopan santun kepada Guru Mursyid 
sangat diutamakan melebihi Dzikir itu sendiri karena Guru Mursyid adalah 
pintu yang langsung kehadirat Allah SWT.

Dengan belajar ilmu Tarekat 
dari Guru yang membimbing ruhani kehadirat Allah SWT, 
maka setiap saat kita akan bisa merasakan getaran-Nya, 
merasakan kerinduan kepada-Nya 
dan selalu mendengar firman-Nya yang Maha Hidup 
sehingga ibadah kita lebih hidup dan bermakna, 
hilang was-was dan kekhawatiran akan diterima atau tidaknya 
ibadah yang kita lakukan.

Ketika kita telah mencapai makrifat, 
mengenal Tuhan dengan sebanarnya, 
maka fokus kita
 bukan lagi kepada diterima atau tidaknya ibadah 
tapi fokus kepada bagaimana mencintai-Nya.
Demikian.

Credit goes to blogger sufi muda.

TARIQAH DAN MAKRIFAT

Tadz, apakan Tariqah itu jalan untuk menuju Makrifat, apakah jalan makrifat hrs selalu bertariqah ?. Tentunya jawabnya bisa iya dan bisa tidak, kalau menjawabnya dgn jujur. Tergantung dr kesadaran dn keyakinan masing" dlm bertariqah dan bermakrifat.
Makrifat adalah jalan pengenalan diri kita kpd Allah, untuk mengenal Allah lebih dekat, untuk mencintai Allah lebih intim. Sedangkan tariqah adalah tata cara untuk bermusyahadah, bermuraqabah dan bermukhasyafah kpd Allah. Sama, tetapi beda dalam pembarangatan segala amal ibadah yg di lakukan.
Makrifat adalah penganalan Allah yg paling awal, niat-nya bersama Allah, ibadah dan perbuatanya bersama Allah, Sedangkan Tariqah segala amaliyahnya itu dr diri sendiri untuk mendekatan diri kpd Allah, yg terpola dan terbimbing. Hal ini yg membedakan, beda bukan berarti untuk diperdebatkan, tetapi untuk mengetahui kadar dan kondisi masing". Dan apa bila seseorang itu melakukan tariqah-nya dgn memasukan makrifat-nya, yakni dia bertariqah bersama Allah, ya itu dia menyadari dan merasakan Allah yg nyata dlm tariqah-nya, sehingga ia fana (tdk merasa bisa bertariqah, kecuali daya dan upaya Allah), tdk lagi untuk mendekat tetapi bersama dan merasakan Allah yg bertqriqah dlm dlm tariqah-nya, hal ini dinamakan "Marifat-nya tariqah atau tariqah-nya makrifat).
Makrifat adalah mendahulukan dan menyertakan Allah dlm setiap segala sesuatu yg dilakukan, hingga merasakan diri fana dlm ibadaha yg dilakukan, sedangkan tariqah adalah untuk mendekat, untuk mencintai dn lain"nya. Kalau makrifat tdk perlu di baiat, krn itu bukan masuk dalam ibadah dan laku atau amalan, makrifat adalah kedekatan dan istiqamah dlm kedekatan dlm setiap keadaan, kedekatan hati dn rasa kpd Allah. Selama rasa dan hati merasakan kedekatan kpd Allah, niscaya akan terlahir setiap ibadah dan perbuatan yg semuanya terlahir dr proses cinta dn kedekatan kpd Allah, dan lahirnya ahlaq yg mulya. Kedekatan dlm makrifat, hny bisa dilakukan dgn menghilangkan ego dan keakuan diri, sedangkan kedekatan dlm tariqah mengedapankan ibadah, dzikir" dan yg lainya.
Untuk kita ketahui, sebelum syariat dan tariqah, itu makrifat dulu.... "Awwaluddin makrifatullah", dan Allah itu lebih dekat dr urat leher,...
Makrifat dalah kenali, kenali, gali, gali....dlm diri sendiri dgn bersandar atas kekuatan ilhay, diwujudkan dlm kesadaran, keyakinan, dan kelakukan. Tariqah adalah mendekat, mendekat, istiqamah, istiqamah....dgn lebih mengedepankan kekuatan diri sendiri.

Selasa, 15 Maret 2016

10 Surah Al-Qur'an Dapat Menghalangi Dari 10 Ujian Besar Allah SWT .

10 Surah Al-Qur'an Dapat
Menghalangi Dari 10 Ujian Besar Allah SWT
.
1. Surah Al-Fatihah dapat memadamkan kemurkaan Allah SWT

2. Surah Yasin dapat menghilangkan rasa dahaga atau kehausan pada hari Kiamat,

3. Surah Dukhan dapat membantu kita ketika menghadapi ujian AllahSWT pada    hari kiamat,

4. Surah Al-Waqiah dapat melindungi kita dari kesusahan atau fakir,

5. Surah Al-Mulk dapat meringankan azab di alam kubur,

6. Surah Al-Kauthar dapat merelaikan segala perbalahan,

7. Surah Al-Kafirun dapat menghalangi kita menjadi kafir ketika menghadapi kematian,

8. Surah Al-Ikhlas dapat melindungi kita menjadi golongan munafiq,

9. Surah Al-Falq dapat menghapuskan perasaan hasad dengki,

10. Surah An-Nas dapat melindungi kita dari penyakit was-was 
.
Semoga Bermanfaat smile emotikon
Silahkan Share Bila Menurut Anda Bermanfaat smile emotikon

Iman yang Kuat.

Iman yang Kuat.
Mawlana Syaikh Muhammad Adil ar-Rabbani qs
5 Maret 2016

Bismillahir Rahmanir Rahim

Thariqat al-suhba wal Khayru fi Jam'iyyah. 
Tariqah adalah nasehat 
dan ada kebaikan dalam berjamaah. 

Ini adalah apa yang Shah Bahaudin Naqshaband qs katakan. 

Shah Bahaudin qs selalu mengucapkan kalimat ini 
bahkan hingga 12.000 kali sehari. 
Ia mengulangi kata-kata ini dan setiap kali beliau mengatakan 
maka memberikan barakat bagi para pengikutnya.

Shah Bahaudin Naqsbandi qs adalah Ulama besar, 
dia berjuang untuk berperang melawan setan. 
Setan tidak pernah berhenti memerangi orang-orang baik. 

Shah Bahaudin Naqsbandi berjuang menegakkan kebenaran, 
ia berjuang menegakkan keyakinan dalam Islam, 
ia berjuang untuk setiap hal yang baik.

Shah Naqshaband Hazratleri qs ia memiliki lebih dari 100.000 murid. 
Setiap murid diberinya maqam wilayah (kewalian). 
Jalan yang baik adalah jalan Allah, 
jalan untuk melawan setan dan para pengikutnya. 

Jadi tidak mudah diwaktu itu, 
orang-orang zaman dahulu memiliki keyakinan keimanan yang kuat. 
Lebih baik daripada saat ini, 
meskipun mereka memiliki keyakinan yang kuat 
dan mereka percaya pada Tuhan dan percaya pada Nabi (saw) 
tetapi setan masih terus berusaha dengan kuat 
untuk membuat mereka keluar dari jalan yang benar.

Shah Bahaudin Naqsbandi qs tidak memberi setan kesempatan 
untuk melakukan apa pun pada muridnya. 
Setiap kali beliau membawa lebih banyak orang, 
lebih banyak murid tariqat untuk membantu Islam, 
untuk membantu manusia dalam melawan setan 
sehingga tariqat sufi berkembang sampai ke India dan seluruh dunia.

Wa min Allah at Tawfiq