Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani
Audzubillah himinas Syathonir Rojim
Bismilah hirRohman nirRohim
Ada satu kenyataan spiritual dimana orang-orang saleh atau para Wali memiliki kekuatan penyembuhan yang bila diarahkan kepada seseorang maka akan mempengaruhinya.
Hal ini mungkin saja terjadi dengan mengarahkan kekuatan atau tenaga seperti sebuah cahaya laser spiritual, bahkan dari Amerika kepada seseorang yang berada di Cina.
Melalui komunikasi hati dan spiritual ini kamu bisa menjangkau dan menyembuhkan seseorang. Tetapi bila energi ini tidak terpusatkan maka energi itu tidak mempunyai efek atau dampak apapun. Seperti perbedaan antara seberkas cahaya yang terpusatkan dan seberkas cahaya yang tersebar. Seberkas cahaya yang terpusatkan akan terpancar lebih jauh, sama seperti cahaya mercusuar.
Tanpa fokus, kamu melompat dari satu persoalan ke persoalan yang lainnya, dan orang-orang berpikir kamu gila. Jika kamu berbicara dari Timur kemudian ke Barat, lalu ke Selatan kemudian ke Utara, orang-orang berkata, “Aduh! Orang ini mabuk. Bawa dia ke rumah sakit jiwa. Dia cacat. Rawat dia.” Padahal orang ini tahu bahwa hal itu tidaklah benar, dia tidak sakit, tetapi lebih cenderung sedang mengalami hal yang berbeda-beda.
Fokusmu harus terus dipusatkan untuk meningkat, hingga fokusmu menjadi sangat tajam atau jelas dan dapat fokus pada satu hal diwaktu yang bersamaan, hingga kamu dapat mencapai koneksi ‘digital’ bukannya ‘analog’. Dengan koneksi ‘digital’ kamu bisa fokus pada beberapa hal di waktu yang bersamaan. Digital adalah untuk para Mursyid.
Kamu tidak mempunyai gelar Mursyid, atau sarjana. Kamu mungkin mengalami berbagai hal, tetapi kamu harus meningkat hingga mencapai keahlian, setelah itu kamu bisa mendapatkan koneksi digital. Para guru ahli bisa menjangkau setiap orang melalui kekuatannya Sayyidina Muhammad SAW.
Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT di kitab suci Al Qur’an, “Ketahuilah bahwa Utusan Allah itu ada didalam dirimu”. Tuhan tidak mengatakan “Ketahuilah bahwa Utusan Allah ada bersamamu,” atau ”diantara kamu.” Ini merujuk pada suatu kebenaran bahwa para Mursyid mewarisinya dari Nabi SAW.
Wa min Allah at Tawfiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar