Belajar Menjadi Sufi
Jalaluddin Rumi, seorang tokoh sufi berpengaruh di dunia Islam dilahirkan di Balkh (sekarang Afganistan) pada tahun 604 H/1207 M.
Ia dikenal sangat piawai dalam pemikiran esoteriknya
melalui ungkapan syair-syair yang indah.
Pemikiran Rumi berbeda dari sebagian tokoh sufi lainnya.
"Rumi itu sosok yang berbeda. Dia tidak punya aliran,
dia tidak punya mazhab,
dia tidak punya ajaran khusus tentang tasawuf.
Disebut sufi karena dalam seluruh aspek kehidupannya
senantiasa terjun pada dunia spiritual," kata Prof Muhtar Sholihin,
Wakil Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
dalam Seminar Internasional
"The Beauty of Persian Peotries and The Teaching Of Islamic Mysticism
of Maulana Jalaluddin Rumi"
di gedung Aula Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, Jalan AH Nasution, Bandung.
Pengurus LTNU Jawa Barat ini menambahkan bahwa
dalam konteks pemahaman pemikiran,
Rumi beserta kajian tasawuf dan filsafatnya
lebih menyulitkan daripada memahami Ibnu Arabi dan Al Hallaj.
"Kenapa demikian?
Karena Rumi ini adalah seorang filosofi dan filsufi
yang pemahaman-pemahaman wihdatul wujudnya
dan sebagainya dituangkan dalam karya sastra," tegasnya.
Sebuah contoh karya Jalaluddin Rumi adalah
tentang penciptaan alam semesta ini yang dihubungkan dengan cinta,
sebab katanya hal pertama yang di ciptakan oleh Tuhan adalah cinta.
"Cinta adalah samudra (tak bertepi) tempat langit
menjadi sekadar serpihan-serpihan busa, (mereka kacau balau)
bagaikan perasaan Zulaikha yang menghasrati Yusuf,"
kata Prof Muhtar menyebutkan salah satu karya Rumi tentang "Cinta Universal"
Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Bandung ini pun menjelaskan
mengapa cinta digambarkan sebagai sebuah samudra yang tak bertepi
dalam kata lain pengkiasan bumi,
tetapi bumi yang kita pijaki ini adalah sebuah serpihan,
karena bumi itu di ciptakan karena cinta.
"Jadi yang disebut hukum alam atau sunatullah itu adalah sebuah proses bergerak oleh cinta," jelasnya
Dalam perspektif Rumi, lanjutnya, dalam sebuah contoh,
dua orang yang saling membenci,
pada saat ketika bisa melakukan sikap saling membenci?
Menurut pandangan Rumi kedua orang tersebut dilandasi karena cinta,
sebab dibalik kebencian terdapat rasa sayang.
"Seperti dalam teori es,
ketika berada pada titik 4 derajat Celcius menjadi sangat beku dan dingin,
turun di titik 0 Celcius masih dingin,
dan pada titik negatif ke bawah menjadi panas.
Itu artinya karena bencinya kepada orang, itu menjadi cinta,
maksud saya adalah kebencian itu ialah wujud cinta yang teramat cinta," imbuhnya
Acara seminar International yang bertajuk Keindahan sastra Persia
dan tasawuf Maulana Jalaluddin Rumi ini diselenggarakan oleh Iranian Corner,
nampak hadir pembicara
Dr. Hujjatullah Ibrahimnion (Republik Islam Iran),
Prof. Dr. Muhtar Sholihin M.Ag (Wakil Rektor II UIN Bandung),
Bastian Zulyeno (Dosen Bahasa dan sastra Universitas Indonesia Jakarta),
Dr. Ali Masrur M.Ag (Direktur Iranian Corner).
Ratusan mahasiswa memadati Aula Fakultas Usuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (NU Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar